The Alchemists: Cinta Abadi

Kau Pembunuh Ayahku



Kau Pembunuh Ayahku

3Ren tertegun mendengar kata-kata Alaric. Ia menatap ayah mertuanya dengan wajah penuh tanda tanya.     

"Aku tidak mengerti maksud Tuan..." kata pemuda itu dengan sopan. Walaupun pernyataan Alaric sangat mengejutkan, ia selalu dapat menguasai dirinya dan tidak menampakkan emosinya ke permukaan.     

"Kau ini genius kan? Masa hal sesederhana itu saja tidak mengerti?" kecam Alaric sambil menatap Ren lekat-lekat. Ia kembali teringat saat Vega tidur sambil bermimpi buruk. Tangannya yang sedang menggenggam gelas wine-nya mencengkram gelas itu dengan kuat.     

Ren dapat melihat hal itu dan segera menyadari ada sesuatu yang mengganggu pikiran Alaric.     

"Apakah aku melakukan kesalahan?" tanya Ren lagi.     

"Kau tahu, Ren... Kau mengingatkanku kepada ayahmu," kata Alaric tiba-tiba. "Ia sangat mirip denganmu. Ia juga genius, menguasai banyak bahasa, dan sangat visioner. Tetapi satu hal yang sangat berbeda. Ia tidak pernah menyakiti wanita."     

Ren menatap Alaric lekat-lekat. Ia tidak mengira Alaric akan tiba-tiba membahas tentang ayahnya. Ia tahu ayahnya dulu pernah bekerja di Atlas X yang kemudian dibeli Rhionen Industries dan diubah menjadi SpaceLab.     

Ren selalu menganggap SpaceLab adalah hak ayahnya, karena ayahnya dan Sam Atlaslah yang pertama mencetuskan visi itu, tetapi kemudian Alaric merebutnya dan mengubahnya menjadi sesuatu yang berbeda. Itu sebabnya, Ren sengaja menerima tawaran bekerja di SpaceLab bertahun-tahun yang lalu, untuk mewujudkan keinginan ayahnya yang tidak terwujud.     

"Ayahku meninggal sebelum aku dilahirkan, jadi aku tidak akan tahu dia orang seperti apa," balas Ren dengan nada getir yang berusaha ia sembunyikan. Rasanya sungguh sulit, duduk berdua dengan orang yang bertanggung jawab atas kematian ayahnya dan tetap harus bersikap sopan seperti ini.     

Kalau bukan karena Vega, Ren sudah akan menghambur dan mencekik laki-laki di depannya ini. Walaupun ia tahu Alaric adalah mantan pembunuh profesional yang pasti memiliki kemampuan bela diri sangat tinggi, ia tidak takut.     

Seumur hidupnya ia fokuskan untuk membalas dendam. Ren tidak takut mati.     

"Aku tahu," kata Alaric dengan nada penuh penyesalan. "Ia terlalu muda untuk mati."     

"Ia tidak ingin mati," tukas Ren kemudian. Ia sudah tidak tahan lagi melihat Alaric berpura-pura simpati kepada ayahnya. Bukankah Alaric sendiri yang menganggap orang yang lemah tidak pantas untuk hidup di bumi? Ren sangat benci kepada orang munafik.     

'Ayahku tidak ingin mati. Kaulah yang membunuh ayahku. Aku sangat membencimu,' Ren hanya dapat menyimpan kata-kata kebencian itu di dalam hatinya.     

"Aku bertemu Ayahmu sewaktu ia masih bekerja di Atlas X. Sebenarnya salah satu alasan aku membeli perusahaan itu adalah ayahmu. Setelah Sam Atlas meninggal, Friedrich Neumann adalah orang berikutnya yang merupakan orang yang cukup visioner untuk membawa manusia ke luar angkasa," komentar Alaric. "Kurasa kau mewarisi bakatnya sehingga kau meneruskan pekerjaannya di SpaceLab."     

Ren tidak menjawab. Sepengetahuannya Alaric bukanlah orang yang banyak bicara, tetapi malam ini, setelah mendiamkan Ren untuk beberapa saat, pria itu sepertinya mulai membahas banyak hal. Ia hanya menunggu, kapan Alaric akan membahas hal yang sebenarnya ia ingin bahas.     

"Aku mendapat email rahasia dari sumber yang menutupi jejaknya dan memberitahuku bahwa kau adalah dalang penculikan Vega," kata Alaric kemudian tanpa basa-basi. Ia menatap Ren dengan pandangan tajam. "Aku bisa saja menyiksamu sampai kau mengaku, atau kau akan mengaku sendiri dan menebus perbuatanmu."     

Ren pura-pura terkejut mendengar tuduhan Alaric. Ha. Rencananya berhasil. Ia sengaja mengirimkan petunjuk kepada Alaric yang menuduhnya sebagai pelaku penculikan Vega.     

Lebih baik jika Alaric mengkonfrontasinya sekarang dan ia dapat membersihkan dirinya dari tuduhan itu, sehingga nanti kalau sampai ada kecurigaan lagi yang mengarah kepadanya, Ren dapat menghindar.     

"Aku?" Ren menyipitkan matanya dengan pandangan mencemooh. "Untuk apa aku melakukannya?"     

"Kau beri tahu aku," kata Alaric tenang sambil menyandarkan tubuhnya ke kursi. "Aku tidak menyukaimu sejak awal kita bertemu, tetapi aku berterima kasih karena kau mengurus anakku selama hampir dua tahun terakhir. Namun, setelah aku menyadari bahwa selama ia hidup bersamamu ia sangat menderita, aku semakin tidak menyukaimu."     

Ren balas menatap Alaric. Ia tidak dapat membantah perkataan pria itu. Ia memang membuat Vega menderita selama setahun pertama pernikahan mereka karena ia hanya menggunakan Vega sebagai pion untuk balas dendam.     

Malah... ia telah melakukan begitu banyak hal kejam untuk menyembunyikan gadis itu sejak remaja hingga sekarang. Ia merampas ingatan Vega, mengambil identitasnya, dan membiarkan ia hidup menderita di desa.     

Tetapi itu semua adalah peristiwa di masa lalu, karena ia masih terbakar oleh api dendam dan seluruh hidupnya diabdikan untuk menyakiti Alaric Rhionen melalui anaknya. Sekarang ia telah menyesali semua itu.     

Apakah tidak boleh jika ia ingin menebus semua kesalahannya di masa lalu dengan memperlakukan Vega sebaik mungkin? Menjaganya dan membahagiakannya... dan mengabdikan seumur hidup Ren untuk menebus dosa kepada Vega? Ren bahkan telah melupakan dendamnya yang besar kepada Alaric, demi Vega.     

Apakah ia tidak layak mendapat kesempatan kedua?     

"Bukan aku yang menculik Vega. Kalau aku pelakunya, sampai sekarang Vega tidak akan ditemukan," jawab Ren dengan tenang. Ia mengambil gelas wine-nya dan menyesap minumannya pelan-pelan. "Aku ingin tahu bukti apa saja yang Tuan miliki sehingga dapat menuduhku seperti itu."     

"Aku tidak menyukaimu, tetapi aku tidak sampai terpikir bahwa ada laki-laki yang begitu jahat, menculik anakku untuk menikahinya, sehingga aku tidak pernah mencurigaimu sebelumnya," kata Alaric pelan.     

Nada suaranya terdengar mulai emosional. Vega adalah anak perempuannya satu-satunya. Kini, membicarakan peristiwa penculikan itu dan penderitaan yang mengikuti kehidupan mereka selama bertahun-tahun membuat perasaannya kembali diliputi amarah.      

"Tetapi, setelah aku mendapat surat kaleng itu, aku mulai menyelidikimu lebih dalam dan menjadi sadar bahwa ada begitu banyak kebetulan. Ayahmu dan aku pernah bertemu. Ia meninggalkan perusahaan yang kubeli begitu saja.     

Sekarang aku menyadari bahwa ia sebenarnya marah karena aku membeli perusahaan yang ia bantu dirikan dan mengubahnya menjadi perusahaan lain. Lalu kau 'kebetulan' saja bertemu Vega dan dengan cepat menikahinya.     

Kau adalah seorang pangeran dari kerajaan terpandang di Eropa Tengah, tetapi dengan begitu mudahnya kau menikahi seorang gadis desa. Ini saja sudah mencurigakan," kata Alaric lagi.     

"Kurasa, kalau aku memaksamu atau mencari tahu dengan lebih mendalam, aku akan dapat mengetahui semua detailnya, bagaimana kau melaksanakan semuanya. Yang aku tidak tahu adalah... kenapa? Apa alasannya kau melakukan itu kepada seorang gadis sebaik anakku? Ia tidak bersalah kepada siapa pun..."     

"Alasannya?" Ren mengangkat bahu. "Aku tidak bisa bilang karena bukan aku pelakunya. Kalau Tuan ingin memaksaku meninggalkan Fee karena menganggap aku yang bertanggung jawab atas peristiwa penculikannya, Tuan harus dapat membuktikan bahwa memang aku yang bersalah."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.