The Alchemists: Cinta Abadi

Aku Sudah Lelah, Paman



Aku Sudah Lelah, Paman

0Konferensi pers yang diadakan Ren untuk mengumumkan pernikahannya dengan seorang wanita dari kalangan rakyat biasa baru saja berlangsung dua hari yang lalu, tetapi tiba-tiba sang pangeran kembali mengundang wartawan untuk konferensi kedua?     

Hal ini segera mengundang berbagai kontroversi. Apa gerangan yang ingin disampaikan Pangeran Renald Hanenberg? Kabar masuknya Raja Gustave ke rumah sakit akibat serangan jantung diduga ada hubungannya dengan konferensi pers hari ini.     

Mereka semua menduga-duga bahwa istana akan mengumumkan bahwa Pangeran Putra Mahkota Renald Hanenberg akan segera diangkat menjadi raja karena kondisi kakeknya yang sangat buruk.     

"Terima kasih atas kedatangan kalian semua hari ini," kata Ren dengan tenang, menyapa semua jurnalis yang hadir. Pandangannya yang tajam dan mengesankan membuat semua orang terpukau. Pewaris takhta Moravia ini memang sangat tampan dan cerdas. Kehadirannya selalu membuat orang-orang terkesan.     

Walaupun ekspresinya selalu ketus dan dingin, tidak ada yang membencinya. Mereka tahu ia adalah orang yang sangat serius dan tidak suka berbasa-basi, berbeda dengan sepupunya yang terkenal ramah dan penuh senyuman.     

"Aku sudah memikirkan hal ini baik-baik, dan mengambil keputusan ini setelah membicarakannya dengan raja dan ratu Moravia, kakek dan nenekku sendiri," Ren melanjutkan kata-katanya. "Setelah ini, aku rasa pihak istana akan segera melakukan klarifikasi dan membuat konferensi pers-nya sendiri."     

Semua mata terpaku menatap Ren, berusaha menangkap setiap kata yang keluar dari bibirnya. Mereka ingin tahu apa gerangan yang begitu penting, sehingga sang pangeran kembali mengadakan konferensi pers, tidak lama setelah konferensi pers sebelumnya.     

Hal ini membuat banyak orang bertanya-tanya dan mengambil kesimpulan bahwa telah terjadi sesuatu yang besar dan tiba-tiba. Semua orang berharap Pangeran Renald tidak menyampaikan kabar buruk.     

Kata-kata berikutnya yang keluar dari bibir Ren sungguh membuat semua orang yang mendengarnya terkejut.     

"Aku sudah memutuskan untuk mengundurkan diri dari kedudukan sebagai Putra Mahkota Kerajaan Moravia, dan kembali menjadi orang biasa."     

Semua jurnalis di aula konferensi pers dan orang-orang yang menyaksikan siaran langsung dari rumah serentak menahan napas. Untuk beberapa saat suasana seketika menjadi hening. Tidak ada yang mengeluarkan sepatah kata pun karena shock.     

Lima detik kemudian, serentak para wartawan mengangkat tangan mereka hendak mengajukan pertanyaan. Suara mereka begitu ribut di dalam ruangan hendak mendapatkan perhatian Ren. Pemuda itu mengerutkan keningnya dan menatap mereka semua dengan pandangan kesal.     

"Kalau kalian masih ribut, aku akan menyuruh stafku untuk mengusir kalian semua," katanya dengan suara dingin.     

Perlahan-lahan suara ribut itu mereda. Para jurnalis hanya bisa menggumam dan saling bertanya di antara sesama mereka.     

"Kalian tahu kenapa Pangeran Renald mengundurkan diri? Ada gosip apa di istana?"      

"Apakah ini ada hubungannya dengan pengumuman pernikahannya kemarin itu?"     

"Mungkin pihak istana tidak merestui pernikahan mereka karena istri Pangeran Renald adalah perempuan dari kalangan biasa?"     

Namun demikian, mereka tidak berani mengeluarkan suara keras saat bertanya, hanya dengan berbisik-bisik agar Pangeran Renald tidak marah lagi.     

Ren mengangkat tangannya dan suasana seketika menjadi hening kembali.     

"Aku sudah memutuskan ini karena keluarga Hanenberg telah memperlakukan ibuku dengan buruk dan aku tidak mau membantu mereka lagi." Ren menatap mereka semua dengan pandangan keruh. "Aku baru mengetahui betapa Raja Gustave dan Ratu Elena memaksa ibuku, Putri Hannah menikah dengan seorang pemerkosa.     

Ketika ibuku meninggalkan rumah karena perlakuan buruk mereka, keluarga kerajaan tidak lagi mengakuinya sebagai anak. Ia dibuang dari acara-acara kenegaraan dan tidak pernah mendapat perlindungan.     

Sebagai informasi untuk kalian, aku menggunakan nama belakang Hanenberg karena kakak ibuku pernah meminta untuk membesarkanku sebagai anaknya setelah anak laki-laki mereka meninggal dalam kandungan. Tetapi mereka membatalkannya ketika sepupuku terlahir laki-laki. Yah.. seperti itulah keluarga Hanenberg dari Moravia...     

Aku bukanlah anak haram. Ibuku menikah dengan ayahku dan mereka saling mencintai. Aku tidak lagi menginginkan ada hubungan apa pun dengan keluarga Hanenberg dan mulai hari ini akan menggunakan nama belakang ayahku. Ayahku adalah Friedrich Neumann, seorang ilmuwan genius yang meninggal sebelum aku dilahirkan.      

Aku akan mengikuti jejak ayahku dan kembali mengabdikan diri pada ilmu pengetahuan. Kalian bisa menuliskan namaku sebagai Renald Friedrich Neumann di semua berita yang kalian muat ke depan. Terima kasih banyak atas kehadirannya. Selama siang."     

Ren tidak menerima pertanyaan. Dengan langkah-langkah panjang ia segera meninggalkan aula dan keluar menuju kantornya yang terletak di lantai paling atas gedung tersebut. Kepergiannya diikuti keriuhan dari para jurnalis yang segera heboh mencatat berita dan mencari informasi tentang ayahnya, Friedrich Neumann.     

Karl buru-buru berjalan mengikuti Ren dan masuk ke kantornya. Setelah ia berada di dalam, lelaki separuh baya yang masih tampan itu segera menutupkan pintu di belakangnya.     

"Apa yang kau lakukan? Apa yang merasukimu?" tanya Karl dengan suara keras. Ia tidak lagi mempedulikan bahwa orang-orang akan mendengarnya berteriak kepada Ren. Ia terlalu emosi. "Ibumu sangat menderita karena orang-orang itu.. dan kau akan membuang takhta Moravia begitu saja?"     

Ren memencet tombol darurat di bawah mejanya dan berdiri tegak menantang Karl. Ia tahu dalam hitungan menit saja, beberapa petugas keamanan akan datang menyerbu ke dalam ruangannya.     

"Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan," kata Ren dengan nada datar. "Tolong keluar dari sini. Mulai sekarang kau tidak bekerja lagi untukku."     

Ia berjalan mendekati Karl dan membuka ponselnya. "Aku mengundang Sophia kemari. Orang-orangku sudah siap membunuhnya. Kalau kau mau menyelamatkannya, kau punya waktu sepuluh menit."     

Di ponselnya terlihat foto Sophia sedang tersenyum gembira memasuki mobil John di bandara. Foto itu dikirim anak buah Ren yang lain. Karl sangat terkejut karena ia mengenali John dan mobilnya serta suasana runway di bandara Almstad.     

"Tidak mungkin... Sophia masih ada di Belanda. Tadi kuperiksa ia tidak kemana-mana," cetusnya.     

Ren mengangkat bahu. "Paman lupa, aku adalah Skia. Kau bukan lawanku dalam hal itu."     

"Di.. di mana kau tawan Sophia?" tanya Karl dengan gusar. "Kalau kau sampai berbuat macam-macam kepadanya, aku akan membongkar semua rahasiamu kepada Alaric. Ia akan tahu semuanya... dan kau akan menanggung semua kesalahan ini sendiri."     

"Paman...." Ren berbisik dengan suara serak sambil memegang bahu Karl. "Aku sudah lelah. Kumohon berhentilah. Kau memaksaku untuk terus mengikuti rencana balas dendammu. Kalau kau tidak berhenti... aku akan melupakan hubungan keluarga di antara kita dan membunuhmu... dan membunuh Sophia. Apakah itu yang kau inginkan?"     

Karl menatap wajah Ren lekat-lekat. Ia sudah sangat lama tidak melihat pria itu meneteskan air mata. Ia ingat terakhir kali Ren menangis adalah di pemakaman ibunya dua puluh tahun yang lalu, dan setelah itu ia berhenti bicara selama dua tahun.     

Sesuatu dalam dada Karl membuatnya seolah kehilangan keseimbangan.      

Ren mengatakan ia lelah dengan balas dendam mereka.     

Tetapi... justru hal itulah yang membuat Karl bertahan hidup selama ini. Selama tiga puluh tahun, hal itu yang terus membakar jiwanya. Kalau tidak ada balas dendam, untuk apa lagi ia hidup?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.