The Alchemists: Cinta Abadi

Ren Yang Lelah



Ren Yang Lelah

0Karl merasakan lututnya tiba-tiba menjadi lemas. Ia seolah melihat Friedrich yang berdiri menatapnya dengan pandangan dipenuhi duka, memohon kepadanya untuk berhenti.     

Ia sudah hidup dengan kebencian dan dendam selama lebih dari 30 tahun. Ia bahkan sudah melupakan siapa dirinya, dan hidup sepenuhnya dengan identitas baru. Ia bahkan sudah melupakan bahwa namanya sebenarnya adalah Charles, bukan Karl.     

Ia telah lama hidup sebagai orang lain. Semua itu demi dendam yang berakar.     

Dan kini.. satu-satunya alasan ia melanjutkan dendam itu, memintanya untuk berhenti?     

Lalu, untuk apa lagi ia hidup?     

Ren seolah dapat membaca pikiran Karl dan ia menarik napas panjang.     

"Paman... hidupmu masih panjang. Kau masih dapat memulai semuanya dari awal. Pergilah dan menghilang," bisiknya.     

Karl menatap Ren dengan pandangan kalut. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya yang sudah hampir menginjak lima puluh tahun di bumi ia, ia merasa terombang-ambing.     

Apakah memang sudah saatnya untuk berhenti?     

Belum sempat Karl melakukan apa-apa, pintu kantor Ren didobrak dari luar dan masuklah beberapa petugas keamanan yang menodongkan senjata ke arah Karl. Ren telah memanggil mereka beberapa saat lalu dengan memencet tombol rahasia di bawah mejanya.     

Para petugas keamanan itu tampak sangat lega karena Pangeran Renald masih baik-baik saja. Namun, mereka dapat merasakan suasana di dalam kantor ini begitu tegang.     

"Jangan bergerak! Kalau tidak aku akan membunuh pangeran!" ancam Karl. Dengan sangat sigap ia telah bergerak ke belakang Ren dan mengacungkan pistol ke keningnya. Hal ini sangat tidak diduga oleh siapa pun.     

Ren tersenyum tipis melihat pamannya masih sangat sigap walau dalam kondisi berbahaya sekalipun. Ia melambaikan tangannya dan memberi tanda kepada para pengawalnya untuk menurunkan senjata mereka.     

"Sophia ada di penthouse. Kalau kau bergerak cepat, kau masih dapat menyelamatkan nyawanya..." kata Ren pelan. Ia sama sekali tidak kuatir Karl akan mencelakakannya. Pamannya itu terlalu menyayanginya untuk membunuhnya.     

Ia tahu Karl sengaja 'menyanderanya' untuk mengalihkan perhatian para pengawal tersebut. Ren akan membiarkan Karl pergi dan mengalihkan semua kecurigaan Alaric kepada pamannya dan Sophia.     

Dengan enggan, para pengawal menurunkan senjata mereka. Namun, mereka semua tetap waspada dan mengawasi Karl dengan mata elang.     

"Semuanya! Lemparkan senjata kalian ke lantai!" bentak Karl kepada para pengawal itu.     

"Turuti permintaannya," kata Ren.     

Para pengawal saling pandang, tetapi mereka tidak memiliki pilihan lain. Perlahan-lahan kelima orang itu membungkuk ke lantai dan menaruh senjata mereka.     

"Tendang senjata kalian ke sudut sana!" perintah Karl dengan suara tidak sabar. "Awas! Jangan mencoba kesabaranku!"     

Para pengawal itu menuruti perintah Karl dan menendang semua senjata mereka ke ujung ruangan. Setelah Karl puas, ia lalu mendorong tubuh Ren untuk bergerak melewati pintu. Para pengawal menyingkir ketika mereka lewat.     

Karl yang melihat kesempatan untuk kabur segera mendorong Ren hingga jatuh menimpa para pengawalnya dan berlari sekuat tenaga untuk keluar dari kantor Pangeran Renald.     

"Yang Mulia!" Seorang pengawal dengan sigap menahan tubuh Ren agar tidak jatuh ke lantai dan segera membantunya berdiri tegak kembali. "Kami akan segera mengejarnya!"     

"Tidak usah," kata Ren sambil melambaikan tangannya. Ia merasa tidak perlu mengerahkan pengawalnya untuk menangkap Karl. John dan anak buahnya sudah menunggu di penthouse.     

Kalaupun Karl lolos dari John, masih akan ada Mischa dan Alaric.     

'Maafkan aku, Paman,' pikir Ren. 'Sekarang kau benar-benar sendirian.'     

Ren menekan dadanya yang terasa sesak dan duduk menenangkan diri di kursinya yang empuk. Pandangannya tampak kosong dan tubuhnya terasa begitu lelah.     

Ia hendak pulang ke rumah dan membaringkan diri untuk mengistirahatkan tubuh dan jiwanya yang lelah. Namun, sebelumnya ia memutuskan untuk mengirim pesan kepada Alaric.     

[Karl Sotterham tadi mencoba membunuhku. Aku memikirkan kata-kata Tuan dan mencoba menyelidiki siapa sebenarnya laki-laki yang selama ini ada di dekatku. Mungkin hal itu membuatnya merasa terancam dan ia lalu menyerangku. Kalau Tuan ingin menginterogasinya langsung dan mencari tahu, ia barusan melarikan diri dari kantorku.]     

Setelah mengirim pesan tersebut kepada Alaric, Ren menyimpan ponselnya dan mengambil jasnya lalu berjalan keluar kantor.     

"Tuan mau kemana?" tanya salah seorang pengawalnya sambil berjalan menjajari langkah Ren. "Apakah kami perlu mengerahkan polisi untuk mengejar Tuan Sotterham?"     

"Tidak usah," kata Ren. "Sudah ada yang akan mengurusnya."     

Ia melanjutkan berjalan keluar kantornya dan masuk ke dalam mobil. Untuk pertama kalinya selama bertahun-tahun, kali ini ia akan mengemudi sendiri.     

Ia menolak ketika rombongan pengawalnya hendak mengikuti dari belakag.     

"Aku sudah bukan pangeran putra mahkota. Kalian tidak perlu lagi memberiku pengawalan," kata Ren. "Mulai hari ini aku adalah orang biasa."     

Saat ia mengatakan hal itu, entah kenapa hati Ren diisi rasa hangat.     

Ahh, benar. Ternyata, bahkan takhta Moravia yang sudah hampir ada di tangannya tidak begitu penting baginya. Sama seperti dendamnya tidak lagi menjadi tujuan hidupnya.     

Ia akan mendengarkan perintah Alaric dan kembali ke SpaceLab.     

Ia akan memulai hidup baru bersama Vega, istrinya. Mereka akan dapat menjadi orang biasa, hidup bahagia seperti halnya para pasangan lainnya. Lalu, setelah Vega siap, mereka akan kembali membangun keluarga bersama.     

Ia dapat membayangkan anak-anak yang akan mereka miliki di masa depan nanti. Ia akan menyayangi mereka, melindungi mereka, melakukan apa pun untuk mereka.     

Kebahagiaan Vega dan anak-anak mereka adalah hal yang paling utama.     

Dan ia juga akan dapat mengejar mimpinya sendiri, yang juga merupakan mimpi ayahnya, yaitu membawa manusia menjelajah alam semesta, yang dimulai dari luar angkasa.     

Selama ini, mimpi yang dipaksakan untuk ditanam dalam hidupnya oleh ibu dan pamannya adalah tujuan mereka untuk membalas dendam. Dendam yang begitu dalam dan membara, telah merusak hidupnya dan hidup pamannya selama puluhan tahun. Untuk apa? Semua itu tidak akan dapat menghidupkan kembali ayahnya.     

***     

Karl menyalakan ponselnya dengan ketenangan luar biasa, walaupun saat ini nyawanya di ujung tanduk. Selama puluhan tahun ini, ia telah terbiasa menghadapi segala kemungkinan dan dapat selalu bertindak dengan kepala dingin.     

Ia mengerti bahwa Ren ingin mengorbankan dirinya dan Sophia. Itu sebabnya Ren berpura-pura sebagai Karl dan mengundang Sophia datang dari Belanda ke Moravia.     

Walaupun Ren sudah meminta Karl membunuh Sophia, ia tahu bahwa Karl tidak akan dapat melakukannya karena pria itu sudah jatuh cinta kepada Sophia setelah sepuluh tahun bersama. Karena itulah ia memaksa Karl untuk mengambil tindakan sekarang.     

Kalau ia ingin menyelamatkan Sophia, Karl harus bertindak cepat dan menemukan gadis itu sebelum orang-orang suruhan Ren membunuhnya.     

[Sophia, kau dijebak. Kau harus keluar dari sana dan kabur. Begitu kau berhasil lolos, beri tahu aku di mana posisimu.]     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.