The Alchemists: Cinta Abadi

Keributan Di Bandara



Keributan Di Bandara

1Karl mengangguk. Ia sendiri masih menyimpan senjata miliknya. Kalau ia ingin masuk ke terminal, ia juga harus menyingkirkan pistol itu karena petugas keamanan bandara akan memeriksanya.     

Jika ia menggunakan identitasnya sebagai asisten pribadi pangeran putra mahkota, sebenarnya bisa saja Karl lolos dengan senjata. Namun dalam situasi seperti sekarang ia tak dapat melakukan hal itu.     

Sebentar lagi Karl Sotterham justru akan menjadi buronan karena telah mencoba menyandera Pangeran Renald. Walaupun Ren telah mengundurkan diri dari posisi sebagai putra mahkota, ia tetap seorang Hanenberg, keturunan dinasti penguasa Moravia.     

Sophia mencium Karl lagi dengan singkat lalu bangkit berdiri dan membawa tas tangannya. "Aku akan segera kembali."     

Karl hanya menatap kepergian Sophia dengan mata nanar. Ia merasa sedikit bersalah kepada gadis itu.     

Sophia sungguh-sungguh mengira mereka akan ke Jerman dan memulai hidup baru. Ia bahkan membuang senjatanya.     

Karl menarik napas panjang dan memejamkan matanya. Di benaknya kembali terbayang-bayang wajah penuh duka keponakannya yang memohon agar ia mengakhiri semuanya.     

Ia kembali teringat saat pertama menggendong bayi merah itu dalam kedua tangannya yang kuat. Ren baru keluar dari inkubator setelah berjuang untuk bertahan hidup selama berbulan-bulan. Bayi itu sangat lemah dan sakit-sakitan.     

Karl ingat ia menitikkan air mata saat menggendong keponakan satu-satunya itu dan berjanji dalam hati ia akan menjaganya seumur hidup dan membantunya membalaskan dendam kematian ayahnya.     

Ia melihat Ren tumbuh dari jauh karena ia dan Hannah harus berpisah dan ia menjalani kehidupan dengan identitas baru. Barulah saat Ren berumur delapan tahun Karl dapat kembali ke Moravia dan menjadi guru pribadinya.     

Setelah Hannah meninggal, Karl terpaksa harus kembali menyingkir karena Ren dirawat oleh keluarga Genevieve. Ia baru dapat kembali menjaga Ren setelah anak laki-laki itu dikirim bersekolah ke Inggris. Dan akhirnya, setelah Ren menerima tawaran pekerjaan di SpaceLab, Karl dapat mendampinginya terus-menerus sebagai 'asistennya'.     

Dan selama hampir 12 tahun mereka telah bersama. Walaupun ia bekerja sebagai asisten Ren, Karl menjaga dan menyayangi Ren seperti kepada anaknya sendiri. Ia mengambil posisi Friedrich dalam kehidupan pemuda itu.     

Ren menjadi satu-satunya tujuan hidup Karl. Keponakannya itu seolah menjadi anak yang tidak akan pernah dimilikinya, karena Karl tidak pernah menikah dan membangun keluarganya sendiri.     

"Karl Sotterham."     

Suara dingin itu menggugah Karl dari lamunannya. Karl dapat menebak siapa orang yang baru datang ini. Ia masih mengenali suaranya. Namun demikian, ia tidak buru-buru membuka matanya.     

Dengan sikap acuh, Karl menghembuskan napas dan kemudian membuka mata. Ia tidak menoleh ke arah asal suara. Dengan tenang ia mengambil cangkirnya dan menyesap tehnya pelan-pelan.     

"Ada begitu banyak hal yang ingin kutanyakan kepadamu," kata Alaric dengan tanpa berkedip. Ia menyadari bahwa laki-laki di depannya ini tampak terlalu acuh untuk orang yang tentu sudah mengetahui siapa Alaric sebenarnya.     

Mischa yang berdiri di samping Alaric melipat kedua lengannya di depan dada. Sikapnya tampak mengancam.     

Mereka telah mengamat-amati Karl sejak ia meninggalkan kantor Pangeran Renald Hannenberg dan hampir saja meringkusnya ketika ia tiba di bandara.     

Namun, karena Mischa mendengar dari anak buahnya bahwa Sophia juga menuju kemari, maka mereka memutuskan menunggu untuk melihat keduanya bertemu.     

Benar saja informasi yang diberikan Skia bahwa Karl dan Sophia terlibat. Sekarang, mereka tinggal menemukan apa kaitan di antara kedua orang ini dengan Ren.     

Skia menuduh Ren bersalah, tetapi Ren mengatakan ia tidak tahu apa-apa. Bukti-bukti juga menunjukkan bahwa sebenarnya Ren tidak ada hubungan darah dengan Karl.     

Lalu siapa yang berbohong?     

Alaric dan Mischa tidak akan percaya kepada Skia begitu saja walaupun ia mengaku telah bertobat dan menyesali perbuatannya karena sekarang ia sedang sekarat dan ingin menebus dosa.     

Mereka juga tidak akan percaya kepada Ren begitu saja, karena perbuatannya menikahi Vega, seorang gadis desa yang baru ditemuinya itu juga sangat mencurigakan.     

Apakah ia memang diarahkan oleh Karl untuk menikahi Vega tanpa mengetahui siapa gadis itu sebenarnya...      

Ataukah Ren melakukan itu semua dengan pengetahuan penuh? Bahwa ia sebenarnya adalah salah satu dalang penculikan Vega?     

Sekarang, mereka hanya perlu pengakuan dari Karl dan Sophia saja...     

"Kalian adalah...?" Karl mengangkat wajahnya dan menatap Mischa dan Alaric, pura-pura tidak mengenal siapa mereka. "Maaf, ya... kupikir kalian salah orang."     

Alaric tersenyum tipis. Ia menatap Karl dengan sepasang mata ungunya yang berkilauan. Suaranya terdengar dingin saat ia memberikan perintah kepada Mischa.     

"Bawa dia dan Sophia."     

Mischa segera mencengkram bahu Karl dan hendak menariknya berdiri, tetapi tanpa diduga, Karl tiba-tiba menarik lengan pria itu dan membantingnya ke lantai.     

Ketenangan yang sedari tadi ia tunjukkan seketika berganti kemarahan dan ia menyerang Mischa dengan pukulan-pukulan berbahaya.     

Mischa dengan sigap bangkit dan menahan serangan Karl. Perkelahian di antara dua pria itu tidak dapat dielakkan lagi.      

Untuk pertama kalinya dalam hidup, Karl dapat menyentuh langsung orang yang ikut bertanggung jawab atas kematian kakaknya, dan seluruh dadanya segera dipenuhi kemurkaan yang selama ini tersimpan puluhan tahun.     

Dulu, ia hanya dapat mengamati dari jauh dan mengutuki mereka sambil membuat rencana untuk membalas dendam.     

Kini, mereka berada di depan matanya, dan ada dalam jangkauan lengannnya. Ini adalah kesempatannya yang pertama dan terakhir untuk meluapkan semua kebencian dan dendamnya.     

Karl terus menendang, memukul, menjotos, sementara Mischa menahan semua serangannya dan kemudian membalas.     

Kedua pria yang seumuran ini sama-sama memiliki kemampuan bela diri yang tinggi dan tubuh yang kuat. Perkelahian fisik di antara keduanya berlangsung seimbang dan segera menarik perhatian ratusan orang yang berada di depan terminal bandara.     

"Karl!!!" Jeritan histeris Sophia yang baru tiba dari toilet tidak dapat memberi dampak apa-apa. Malahan suaranya menarik perhatian Alaric yang segera berjalan dengan langkah-langkah panjang menghampirinya.     

"Kali ini kau sudah keterlaluan, Sophia," desis Alaric yang segera mencengkram leher sepupunya dan menarik tubuh gadis itu mendekat.     

"Aaaakkhh..." Sophia membeliakkan matanya kaget saat tahu-tahu saja Alaric telah mencekik lehernya dan menatap wajahnya dari jarak sangat dekat dengan sepasang mata dipenuhi api kemarahan. "A.. Ala.. ric..."     

Suara gadis itu hampir tidak kedengaran karena pipa tenggorokannya yang tidak mendapatkan udara. Tangannya menggapai dan berusaha melepaskan tangan Alaric dari lehernya, tetapi sia-sia saja.     

Para pengunjung di sekitar mereka yang melihat kejadian itu seketika menjadi riuh dan berteriak-teriak panik.     

Di satu sisi mereka melihat dua orang pria berkelahi dengan hebat, sementara di sisi lain, mereka melihat seorang wanita dicekik sampai hampir kehabisan napas.     

Dalam waktu tidak terlalu lama banyak dari mereka segera mengeluarkan ponselnya dan menyiarkan langsung peristiwa itu ke media sosial Splitz.     

"Gila! Hari ini terjadi keributan di bandara..!"     

"Kenapa tidak ada polisi yang turun tangan??"     

"Tunggu... kenapa ini?"     

Orang-orang yang menyiarkan secara langsung peristiwa keributan itu segera mengalami shock yang luar biasa saat menyadari mereka tidak dapat menyiarkan apa pun ke media sosial Splitz.     

Video mereka secara otomatis diblokir.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.