The Alchemists: Cinta Abadi

Pertemuan Dengan Ren (5)



Pertemuan Dengan Ren (5)

0Professor Renald Hanenberg sudah terlihat sangat mengesankan hanya dengan berdiri di panggung tanpa mengatakan apa-apa. Namun, saat ia mulai bicara dan membahas tentang berbagai rencananya untuk SpaceLab ke depan, pesonannya menjadi berkali-kali lipat.     

Tidak ada seorang pun yang tidak terpukau oleh kecerdasannya. Vega sampai memejamkan mata dan mendengarkan laki-laki itu bicara, karena ia terpesona oleh suaranya yang tenang dan menyejukkan.     

Mischa menoleh ke samping dan mengamati Vega dengan dada bergemuruh. Apakah Vega mengingat suara Ren? Apakah ada sesuatu di dalam dirinya yang tergerak ketika melihat Ren dan mendengarnya bicara?     

Mischa mengakui bahwa Ren adalah seorang laki-laki genius yang pemikirannya sangat luas dan jauh ke depan. Itu juga salah satu alasan mengapa Alaric memberinya kesempatan untuk menebus dosa dengan mengabdikan kecerdasannya untuk memajukan SpaceLab seperti yang dulu diinginkan ayahnya.     

Kini dalam waktu beberapa bulan saja sejak ia bergabung kembali, ada begitu banyak inovasi dan gebrakan yang ia adakan di SpaceLab. Bahkan para investor sepakat untuk menyerahkan kendali pimpinan utama kepadanya dalam rapat umum pemegang saham yang lalu.     

Hal ini belum diumumkan, tetapi orang-orang dalam, termasuk Mischa sebagai perwakilan dari RMI sudah tahu itu. Ahh, di mata begitu banyak wanita, Ren adalah seorang lelaki idaman. Tidak ada yang tahu kejahatan yang pernah diperbuatnya.     

Vega juga seorang wanita. Tentu ia juga akan mengagumi Ren karena ia hanya melihat Ren dari luar, pikir Mischa.     

"Kenapa melihatku seperti itu," tegur Vega sambil mencubit Mischa. Rupanya gadis itu merasa diperhatikan walaupun ia tidak membuka matanya.     

Mischa tertawa kecil. "Kau lucu. Kenapa kau memejamkan matamu seperti itu? Seperti sedang mendengarkan suara radio."     

Vega membuka matanya dan menatap ke arah Mischa. "Entahlah.. aku rasa suaranya sangat menenangkan. Karena itu aku menutup mata, agar dapat mendengarkannya dengan lebih baik."     

"Apa saja yang kau dengarkan?" tanya Mischa. "Apa kau mendengarkan ucapannya tentang semua program SpaceLab mendatang?"     

Vega mengangguk. "Kurasa Professor Renald Hanenberg sangat ambisius. Aku ingin tahu apakah ia akan dapat mencapai semua mimpinya."     

"Kita lihat saja nanti," kata Mischa.     

Mereka mendengarkan sampai Ren selesai bicara, membawakan semua visi misi baru dan berbagai target besar SpaceLab yang akan mereka kejar selama sepuluh tahun ke depan. Kemudian dimulai sesi tanya jawab.      

Untunglah moderator acara sangat pandai membawakan acara. Ia memilih para jurnalis dan orang-orang yang dapat mengajukan pertanyaan berbobot sehingga seminar singkat itu menjadi sangat menarik dan mengundang perhatian banyak orang di seluruh dunia.     

Bukan hanya orang-orang yang menyaksikan secara langsung di aula tersebut, tetapi dari laman Virconnect milik SpaceLab, banyak orang di seluruh dunia juga ikut menyaksikan.     

Setelah puas melihat-lihat aula SpaceLab dan mendengarkan berbagai informasi dari perwakilan SpaceLab, Mischa dan Vega lalu keluar dan melanjutkan perjalanan mereka melihat-lihat ruangan lainnya.     

"Ahh.. aku sudah capek," kata Vega kemudian. Ia meregangkan kedua tangannya dan menunjuk ke kafe di luar gedung expo. "Kak Mischa mau minum kopi dulu? Jam berapa wawancara makan siangnya dengan Tatiana?"     

Mischa melihat jam tangannya dan menjawab, "Setengah jam lagi. Kita bisa ke restoran tempat wawancara berlangsung. Kita minum kopi di sana sambil menunggu kedatangan Tatiana."     

"Oh... kurasa itu lebih baik," kata Vega setuju. "Di mana restorannya?"     

"Tidak jauh dari sini. Kita bisa berjalan kaki ke sana."     

"Baiklah."     

***     

Wawancara yang dilakukan oleh Tatiana kepada Mischa berlangsung cair dan menyenangkan. Mungkin karena Tatiana merasa sudah kenal Mischa sebelumnya, ditambah dengan kehadiran teman SMA-nya yang dekat dengan Mischa, membuat sang lifestyle guru menjadi santai dan dapat mengajukan berbagai pertanyaan sesukanya.     

Tatiana menanyakan tentang RMI, karier Mischa di grup konglomerat tersebut, rencananya ke depan serta kehidupan pribadinya.     

Gadis itu menjadi sangat berani dengan pertanyaan-pertanyaannya yang bahkan terasa sangat personal, karena Mischa sangat ramah dan tidak tampak keberatan dengan pertanyaan apa pun.     

Hal ini membuat Tatiana sangat senang. Banyak orang yang diwawancarainya berubah menjadi tertutup atau defensif saat ia menanyakan tentang kehidupan pribadi mereka. Namun, Mischa sama sekali tidak seperti itu.     

Ia selalu bersikap baik dan menyenangkan dari awal hingga akhir, bahkan termasuk saat Tatiana menanyakan hal yang sangat pribadi seperti kehidupan cintanya.     

"Hmm.. kehidupan cintaku, praktis tidak ada," kata Mischa sambil tertawa. "Aku terlalu sibuk bekerja. Itulah sebabnya, sebentar lagi aku akan mengundurkan diri dari RMI dan fokus pada kehidupan pribadiku."     

"Ahh... maksudmu, kau akan berhenti bekerja dan fokus untuk mencari cinta?" tanya Tatiana sambil tertawa. Ia melalu menoleh ke arah kamera. "Kabar gembira untuk kita semua, Mischa Rhionen masih single, dan ia akan segera mengundurkan diri dari RMI untuk mencari cinta. Apakah Anda yang akan menjadi wanita beruntung itu????"     

Ia mengerling ke arah Vega yang duduk di seberangnya, tidak terliput oleh kamera. Gadis itu tampak berusaha kerasa menahan tawa.     

"Sebenarnya aku sudah ada calon," kata Mischa buru-buru. Ia melambai ke arah kamera dan menggeleng-geleng sambil tertawa kecil. "Aku menyukai seseorang. Memang sekarang aku masih single, tapi kalau gadis yang kusukai membalas cintaku, maka mungkin aku akan segera menanggalkan status lajang ini. Jadi... jangan salah paham dulu."     

Tatiana tertawa berderai-derai mendengar perkataan pria itu. Ia hampir saja tidak dapat menahan diri dan menarik tangan Vega agar masuk ke dalam layar kamera.     

"Baiklah... kurasa aku tahu siapa wanita yang kau maksud." Tatiana berdeham. "Semoga berhasil."     

"Terima kasih," jawab Mischa. Ia sama sekali tidak perlu menoleh ke arah Vega untuk tahu bahwa pipi gadis itu sudah bersemu merah.     

Tatiana lalu menutup wawancaranya dengan menyalami Mischa dan membisikkan 'semoga berhasil' sekali lagi. Setelah kamera dimatikan, Tatiana segera menyimpan kameranya ke dalam tas.      

"Baiklah. Setelah ini kita ke ke lounge seberang jalan dan minum teh bersama Professor Renald Hanenberg," kata Tatiana setelah menarik napas panjang. Ia menoleh kepada Mischa. "Tidak apa-apa kan kalau aku meminjam Vega sebentar?"     

Mischa tertawa, "Kenapa harus bertanya kepadaku? Vega adalah temanmu dan ia dengan senang hati menemanimu ke sana. Kalian bersenang-senanglah."     

"Aku tidak mengerti kenapa kau merasa takut kepada Professor Hanenberg, komentar Vega. "Aku barusan melihat dia bicara di aula SpaceLab. Ia sama sekali tidak terlihat menakutkan."     

"Oh, ya? Kau melihatnya?" Tatiana tampak sangat tertarik. "Ekspresinya selalu ketus, kan? Ucapannya juga sering menusuk hati."     

Vega menggeleng. "Sama sekali tidak. Ia memang tidak murah senyum seperti Mischa, tetapi kurasa dia tidak segalak seperti yang kau bilang. Suaranya juga sangat menenangkan. Saat ia bicara, kau bisa mendengar bahwa ia adalah orang yang sangat cerdas."     

"Hm... begitu, ya?" tanya Tatiana. "Aku pernah datang ke salah satu acara tempat ia menjadi pembicara. Saat itu aku merasa ia sangat dingin. Entahlah..."     

Vega mengangkat bahu. "Mungkin dirinya yang dulu dan sekarang sudah berubah? Kita tidak tahu jika peristiwa yang terjadi selama setahun terakhir ini mengubahnya...."     

Tatiana menghela napas panjang. "Masuk akal. Hmm.. baiklah, kita lihat nanti."     

"Kalau begitu, kalian gadis-gadis, silakan bersenang-senang, ya. Aku akan kembali ke expo dan bertemu Altair."     

"Sampai jumpa nanti," kata Vega sambil melambai ke arah Mischa yang mengambil jasnya dari kursi dan beranjak keluar restoran.     

Tatiana segera menggamit pinggang Vega dan menariknya keluar restoran.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.