The Alchemists: Cinta Abadi

Kembali Ke Kantor



Kembali Ke Kantor

2Finland diantar oleh supir pribadi keluarga mereka menggunakan mobil biasa dan berhenti di depan kantor pusat Schneider Group di pusat kota Berlin. Udara pagi itu terasa sangat segar. Setelah turun dari mobil ia berdiri dan menghirup udara segar hingga mengisi penuh paru-parunya.     

Di semua gedung yang dimiliki Schneider Group, mereka selalu membangun taman yang cukup luas di sekitarnya sehingga mereka dapat menikmati udara segar yang sudah mulai jarang ada di kota-kota metropolitan yang sudah banyak dirusak oleh polusi.     

Ia sengaja meminta supirnya untuk membeli mobil biasa, karena semua kendaraan yang ada di rumah mereka adalah kendaraan super mahal dari edisi terbatas. Tentu akan sangat janggal jika orang sepertinya yang bekerja sebagai karyawan biasa di perusahaan, diantar dengan mobil mewah.     

Saat ia melangkahkan kaki masuk ke dalam gedung, Finland seketika teringat nostalgia ketika ia dulu masih bekerja di LTX Internasional. Perusahaan marketing itu adalah satu-satunya perusahaan yang pernah menjadi tempatnya bekerja, dan ia bersyukur karena memperoleh banyak pengalaman dari masa ia bekerja di sana.     

Setelah menikah dengan Caspar, ia hanya pernah merasakan bekerja beberapa bulan di kantor pusat Schneider Group di New York. Pengalaman itu juga sangat menyenangkan karena ia dapat menghabiskan banyak waktu bersama suaminya, sekaligus belajar hal-hal baru dalam pekerjaan.     

Ahhh.. kini, ia dapat kembali merasakan bagaimana menjadi seorang wanita bekerja. Anak-anaknya sudah besar dan memiliki kehidupan mereka sendiri. Kini hanya tinggal ia dan Caspar di rumah. Sudah belasan tahun mereka hidup hanya berdua. Mungkin memang mereka membutuhkan kegiatan untuk membuat mereka sibuk.     

"Selamat pagi, ada yang dapat saya bantu?" tanya resepsionis ketika Finland melangkah masuk ke lobi gedung.     

Finland mengangguk dan tersenyum. "Aku karyawan baru di sini, pindahan dari kantor di New York. Katanya aku harus bertemu dengan manajer HRD?"     

Sang resepsionis tersenyum manis dan mengangguk. "Tunggu sebentar, aku akan memeriksa janji temu untuk Bu Garnett."     

Ia lalu membuka tabletnya dan memeriksa jadwal kemudian mengangkat wajahnya ke arah Finland. "Nama Nona siapa?"     

"Namaku Laura Makela," kata Finland. Kali ini ia menggunakan nama ibu kandungnya sebagai nama samaran. Ia takut namanya yang tidak biasa akan terlalu menarik perhatian.     

"Ahh.. benar. Kau ada janji temu dengan manajer HRD. Namaku Lola," si resepsionis mengulurkan tangannya dan memperkenalkan diri. Finland segera menyambutnya dengan senyuman.     

"Laura Makela."     

"Baiklah, silakan ikut aku. Aku akan membawamu bertemu Bu Garnett." Sang resepsionis yang ramah lalu mengangkat tangannya dan memberi tanda kepada Finland agar mengikutinya.     

Ketika mereka berjalan melintasi lobi menuju ke lift, Finland baru memperhatikan bahwa seisi lobi ternyata dipenuhi begitu banyak bunga yang sangat cantik. Ia hampir merasa seolah sedang berjalan di taman atau toko bunga.     

"Uhm... banyak sekali bunga di sini," komentar Finland dengan suara kagum yang tidak dapat disembunyikan. "Apakah suasananya selalu seperti ini?"     

Lola menggeleng dan tersenyum sangat lebar. Sepasang matanya tampak dipenuhi kegembiraan.     

"Tidak selalu. Baru hari ini saja. Aku tidak tahu ada acara apa, tetapi yang jelas hari ini ada banyak kiriman bunga datang ke kantor kita. Aku sih tidak keberatan. Selain kantor kita terlihat sangat cantik, bau bunganya juga sangat wangi... Ahhh... rasanya seperti berjalan di taman, kan?"     

Finland mengangguk setuju. Ahhh... dalam hati ia tertawa sendiri membayangkan bahwa ini pasti perbuatan suaminya. Caspar telah mulai bekerja di kantor ini sejak seminggu yang lalu dan baru hari ini Finland akan bergabung dengannya di kantor yang sama.     

Mereka sengaja tidak mulai bekerja di hari yang sama agar tidak menarik perhatian. Finland menduga bahwa suaminya sengaja menyiapkan ribuan bunga di kantor hari ini untuk menyambut kedatangannya kembali ke dunia kerja.     

Ia memutuskan untuk mengirim SMS dan berterima kasih kepadanya setelah ia selesai bicara dengan manajer HRD.     

"Selamat pagi, Bu Garnett. Karyawan transfer dari New York sudah tiba," kata Lola setelah ia mengetuk pintu sebuah ruangan dan masuk bersama Finland.     

Di dalam ruangan itu ada seorang wanita berpakaian resmi dengan kaca mata sedang meneliti beberapa berkas. Ia mengangkat wajahnya dan memberi tanda agar Finland duduk di depannya.     

"Terima kasih Lola." Ia bangkit dari kursinya dan menutupkan pintu setelah Lola permisi keluar. Ia lalu mengangguk ke arah Finland. "Kau adalah asisten pribadi Tuan Schneider dari kantor New York?"     

Finland mengangguk. Ia memang sudah membicarakan posisi barunya ini bersama Caspar dan mereka sepakat agar ia bekerja sebagai asisten pribadi Caspar supaya ia dapat selalu dekat bersama pria itu. Dan juga sekaligus untuk mencegah agar wanita-wanita yang tertarik kepada sang bos besar tidak dapat mengganggunya.     

Bu Garnet memperhatikan Finland dengan seksama. Ia mendeham. "Aku tidak akan mempertanyakan keputusan pimpinan. Aku hanya sedikit heran kenapa Tuan Schneider tidak mengambil asisten pribadi dari Jerman yang jelas-jelas akan dapat lebih mengerti situasi di negeri ini dan melakukan tugasnya dengan lebih baik.     

Finland tertegun mendengar kata-kata Bu Garnett. Dari sikap Bu Garnett yang baik kepadanya, Finland tahu wanita itu tidak bermaksud merendahkannya.     

Namun, dengan mempertanyakan kenapa Finland harus ikut bosnya yang pindah dari New York ke Berlin, ia merasa Bu Garnett tidak profesional. Ingin sekali Finland memberi tahu wanita itu bahwa ia sudah bertahun-tahun tinggal di Jerman dan menganggap negara itu sebagai negara keduanya.     

"Ahh... kurasa itu bukan urusan Anda," kata Finland akhirnya dengan bahasa Jerman yang fasih. Ia sudah tidak sabar ingin segera mulai bekerja dan tidak ingin melalaui birokrasi seperti ini.     

Bu Garnett tampak terkejut mendengar betapa fasihnya bahasa Jerman wanita di depannya ini.      

"Ehh.. Anda dapat berbahasa Jerman? Tadinya aku mengira karena berasal dari Amerika, Anda tidak bisa bahasa kami." Wajahnya seketika menjadi cerah.     

"Suamiku adalah orang Jerman. Tentu saja aku bisa bahasanya," jawab Finland. Jawabannya membuat Bu Garnet menganggguk senang. Ia lalu bicara dengan nada suara meminta maaf.     

"Maafkan saya karena sempat sedikit berprasangka. Masalahnya adalah baru-baru ini ada gosip di kantor yang mengatakan bahwa Bos baru kami itu membawa asistennya dari Amerika karena ia dan Anda memiliki affair. Tetapi kalau ternyata Anda sudah menikah, rasanya semua gosip itu akan hilang dengan sendirinya. Apakah suami Anda ikut pindah ke Jerman bersama Anda?"     

Finland menghela napas panjang. Ia sudah puluhan tahun tidak bekerja di perusahaan. Ia tidak mengira bahwa saat ia kembali, ternyata kasus-kasus seperti gosip internal seperti ini masih saja ada.     

Kenapa tidak ada kemajuan? Pikirnya kesal.     

Akhirnya ia sadar bahwa sifat manusia memang seperti itu. Selalu ingin tahu tentang masalah orang lain. Ia hanya bisa mengurut dada dan berharap ia tidak perlu menghadapi masalah dengan gosip dan politik kantor seperti zaman dulu.     

Saat ini, ia hanya ingin membantu suaminya dan mencari kesibukan agar tidak bosan. Hal terakhir yang diinginkannya adalah gangguan seperti ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.