The Alchemists: Cinta Abadi

Di Mana Mischa?



Di Mana Mischa?

2Suasana di dalam penthouse terasa begitu suram dan menyedihkan. Tidak ada seorang pun yang berkata-kata. Mereka tahu Alaric dan Aleksis telah tiba di Paris dan sedang menuju ke Hotel Nobel.     

Mereka merasa lebih baik menunggu keduanya sebelum membahas apa yang telah terjadi. Ketika ketukan di pintu terdengar, semua hampir terlonjak dari kursi masing-masing karena ketegangan yang menyelimuti mereka.     

Marion segera bangkit dan membukakan pintu untuk Aleksis dan Alaric beserta rombongannya. Aleksis segera menghambur kepada Finland dan menangis di bahu ibunya. Kedua wanita itu saling bertangisan dan segera memecah keheningan yang sedari tadi demikian menyesakkan.     

Suara tangisan keduanya membuat Altair dan JM terbangun. Dengan wajah terkantuk-kantuk keduanya berjalan keluar kamar. Begitu Alaric melihat anak lelakinya, ia segera berjalan cepat dan menghambur ke arah Altair. Ia menarik remaja itu ke dalam pelukannya dan menangis.     

Ia sangat lega Altair selamat. Pikirannya sangat tertekan di sepanjang perjalanan ke Paris, sehingga saat melihat salah satu anaknya ada di depan matanya, ia tak kuasa lagi menahan kesedihan dan segera melampiaskan kedukaannya akibat hilangnya Vega.     

Aleksis kemudian melepaskan diri dari pelukan ibunya dan ikut memeluk Altair. Bertiga, mereka lalu bertangisan di tempat. Orang-orang yang hadir hanya bisa menahan napas dan turut berduka bagi keluarga ini.     

Setelah beberapa lama, akhirnya Lauriel  bangkit berdiri dan mendeham, agar semua orang memperhatikannya. Ia merasa sudah saatnya mereka semua bertindak dan melakukan semua yang mereka bisa untuk menemukan cucu pertamanya.     

"Nicolae, kau sudah melacak apa yang terjadi di Menara Eiffel tadi malam? Bisa kau bagikan apa yang kau temukan?" tanya pria itu sambil memandang anak lelakinya yang duduk di kursi dengan wajah murung sambil memegang tabletnya.     

Nicolae mengangguk. Ia menarik napas panjang dan memulai penjelasannya.     

"Aku berhasil meretas semua gambar dari sekitar Menara Eiffel, serta dari dalam restoran. Ada sepuluh orang misterius dan mengenakan topeng yang mengawasi tempat itu sejak pukul 8 malam, begitu Vega turun dari taksi dan naik ke restoran.     

Mereka lalu bergerak pada pukul 9.45 dan segera membantai dua pengawal pribadi yang mengawasi Vega diam-diam. Satu orang berhasil melarikan diri dan naik ke menara untuk menyelamatkan Vega, tetapi ia dikejar dua orang penjahat bertopeng yang kemudian membunuhnya di dalam restoran.     

Setelah membunuh dan melukai banyak tamu, mereka lalu menculik Vega. Mereka menggunakan beberapa buah mobil yang memakai pelat curian. Mobil-mobil itu kemudian berpencar, sebagian masuk ke sebuah terowongan dan tidak pernah keluar lagi, sebagian melaju ke luar kota.     

Kemungkinan mereka menukar mobil di bawah terowongan dengan sangat cepat. Salah satu mobil yang lewat dan kemudian keluar dari terowongan pastilah berisi para penculik dan Vega. Sayangnya, walaupun aku berusaha menghitung waktu mereka melakukan penukaran, tetap saja aku tidak dapat menemukan mobil pengganti yang mereka pakai.     

Mereka juga telah bersiap sebelumnya dengan mematikan semua CCTV di dalam terowongan dan sekitarnya, sehingga aku tidak dapat melihat apa yang terjadi di sana."     

Penjelasan Nicolae membuat para pria di ruangan itu mengepalkan tinju mereka. Sudah jelas pelakunya pasti bukan orang biasa. Mereka telah mempertimbangkan semua ini dengan sangat saksama. Vega pasti telah diincar sejak lama.     

"Apa kalian bisa menemukan Mischa?" tanya Alaric.     

"Aku sudah mengerahkan satu kelompok mafia Prancis untuk mencari jejaknya dan Vega. Aku takut terjadi apa-apa terhadap Mischa. Altair tadi bilang seharusnya Vega makan malam bersama Mischa, tetapi rupanya Mischa tidak datang," kata Marion.     

Alaric mengerutkan keningnya. Ia tidak mengerti kenapa Vega hendak makan malam bersama Mischa hanya berdua saja. Kenapa tidak mengajak serta Altair?     

Ia mengeluarkan ponselnya dan kembali berusaha menelepon Mischa. Setelah sepuluh kali panggilannya tidak juga diangkat, ia hendak menutup teleponnya.     

Tetapi belum sempat ia melakukannya, ia mendengar suara Mischa di ujung sana.     

"Tu.. Tuan..." Suara pria itu terdengar pedih sekali. "Maafkan aku..."     

"Apa yang terjadi?" tanya Alaric, berusaha keras menahan dirinya untuk tidak  membentak Mischa.     

Anak angkatnya itu telah hilang tanpa kabar selama berjam-jam, membuat dirinya dan semua orang kuatir setengah mati. Ia juga merasa kesal karena tidak tahu mengapa anak perempuannya sampai makan malam berdua dengan Mischa dan pemuda itu tidak datang.     

Kalau saja Mischa ada di restoran tadi malam, mungkin Vega tidak akan hilang diculik seperti ini. Alaric mengepalkan tinjunya. Wajahnya tampak merah karena marah. Namun suaranya tetap ditahan agar terdengar datar dan tidak murka. Ia tahu Mischa pasti punya alasan. Anak angkatnya itu tidak mungkin sengaja membahayakan nyawa Vega.     

"Tuan..." Lama tidak terdengar Mischa melanjutkan perkataannya. Hanya desah napasnya yang berat terdengar dari ponsel Alaric, membuat semua orang yang ada di ruangan menjadi semakin tegang. Akhirnya, setengah menit kemudian, tanpa diduga-duga, terdengar tangis pria itu pecah, dengan sangat pedih. "Mereka.. mereka membunuh Lisa..."     

Tangan Alaric terkulai ke samping saat ia mendengar kata-kata anak angkatnya yang begitu sedih. Ia tahu betapa Mischa sangat mencintai wanita itu dan mereka telah hidup bersama selama delapan tahun.     

Alaric sebenarnya tidak menyukai Lisa yang telah mematahkan hati Mischa saat memutuskan hubungan ketika Mischa menceritakan kepada gadis itu tentang masa lalunya sebagai assassin.     

Namun, karena ia mengerti rasanya bagaimana mencintai seorang wanita dengan begitu mendalam, ia tahu apa yang dirasakan Mischa sekarang pastilah sangat mengerikan. Ia masih ingat perasaan hancur hatinya ketika belasan tahun yang lalu ia mendengar kabar kematian Aleksis.     

"Apa yang terjadi...?" bisik Aleksis kuatir. Ia belum pernah melihat suaminya sekuatir dan setertekan hari ini. Rupanya, walaupun mereka berhasil menghubungi Mischa, pria itu membawa berita yang sangat menyedihkan.     

Alaric menggeleng-geleng. "Mereka membunuh kekasihnya..."     

Serentak semua orang yang ada di ruangan itu menahan napas. Aleksis terpekik kaget dan sedih, dan Marion tanpa terasa meneteskan air mata ke pipi.     

Ia telah beberapa kali bertemu Mischa dan tahu betapa sedihnya pria itu selama dua minggu terakhir ini karena Lisa. Ia sama sekali tidak menduga bahwa sekarang Lisa telah mati.     

Siapa.. siapa yang membunuh Lisa? Apa yang mereka inginkan sebenarnya?     

Alaric menarik napas panjang dan kemudian kembali mengangkat telepon ke telinganya. "Mischa, kau bisa datang ke Hotel Nobel? Kami semua menunggumu di sini. Kalau tidak, kau tetap di tempatmu. Aku akan mengirim seseorang menjemputmu."     

"Biar aku yang menjemputnya." Nicolae buru-buru menawarkan. Ia dapat segera melacak lokasi Mischa dan pergi ke sana. Ia juga merasa berutang budi karena Mischa banyak membantunya dalam urusannya kemarin untuk menolong Marie dan menjaga anak-anaknya di Bordeaux.     

Alaric mengangguk ke arah Nicolae lalu kembali bicara di telepon kepada Mischa. "Jaga dirimu baik-baik. Nicolae akan segera tiba di sana."     

"Aku ikut!" seru Marion yang segera bangkit mengikuti Nicolae. Ia juga ingin menolong Mischa.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.