Sarah Londonderry
Sarah Londonderry
Gadis itu mengenakan gaun kasual berwarna krem yang sangat sesuai dengan cuaca hari ini. Rambutnya yang berwarna platinum disanggul kecil di atas kepalanya dan sepasang mata hijaunya yang cemerlang bagaikan batu zamrud tampak bersinar-sinar saat ia tersenyum.
Sarah memiliki bibir merah alami, seperti L, tetapi bedanya kalau bibir L tipis dan berwarna merah muda, Sarah memiliki bibir yang penuh dan berwarna merah darah. Ia hanya mengoleskan pelembab bibir dan bedak tipis pada wajahnya, tetapi penampilannya tidak kalah dengan wanita-wanita lain yang datang ke restoran ini dengan dandanan ala salon.
Untuk sesaat London terpaku sehingga ia tidak bisa berkata apa-apa. Sarah mengulurkan tangannya sambil tersenyum semakin lebar.
"Namaku Sarah Bell. Kita sudah bicara lewat email beberapa kali," kata gadis itu dengan ramah.
"Ah... benar. Aku Killian Makela. Senang bertemu denganmu, Sarah." London buru-buru menyambut uluran tangan Sarah dan mempersilakannya duduk. "Silakan duduk. Pelayan akan segera mencatat pesanan kita."
Ia membukakan kursi untuk Sarah baru kembali duduk di tempatnya. Seorang pelayan android yang sangat cekatan segera menghampiri meja mereka dan mencatat pesanan keduanya. London memperhatikan Sarah dengan fasih memesan hidangan di restoran Prancis itu dengan bahasa Prancis yang fasih.
Entah kenapa London menjadi teringat kepada L. Gadis itu setengah Prancis, tetapi ia belum pernah kembali ke negaranya sejak insiden pembunuhan keluarganya. Rumah orang tuanya di Paris juga telah dibeli London dan selesai direnovasi minggu lalu, tadinya ia ingin memberikannya kepada L sebagai hadiah pernikahan, tetapi mereka malah batal menikah.
Duh, L...
Lihatlah, aku sedang bersama wanita lain, tetapi yang kupikirkan hanya dirimu... kata London dalam hati.
London segera mengenyahkan pikiran-pikiran itu dan mencoba kembali berkonsentrasi pada kencannya dengan Sarah. Bagaimanapun ia harus bertanggung jawab dan berlaku sebagai gentleman dengan memperlakukan Sarah dengan baik.
Gadis itu tidak tahu apa-apa mengenai masalahnya dengan L dan tidak pantas untuk mengalami malam yang buruk karena pasangan kencannya memiliki pikiran yang mengembara kemana-mana.
London memesan berbagai hidangan yang diinginkannya dalam bahasa Jerman dan menyerahkan buku menu kembali pada pelayan. Lima menit kemudian seorang pelayan datang dan menuangkan red wine untuk mereka berdua.
Sarah dan London lalu berbincang-bincang tentang diri mereka sambil menunggu hidangan yang mereka pesan datang, dengan red wine di tangan.
"Aku senang bertemu denganmu," kata Sarah memulai pembicaraan. Ia tampak gembira karena lelaki yang ditemui dari kencan online kali ini benar-benar tampan, jauh lebih tampan daripada foto yang diterimanya. "Aku lihat profilmu cukup baru. Kenapa kau bisa single? Wajahmu cukup tampan dan sepertinya kepribadianmu juga menyenangkan. Aku tidak mengerti."
"Aku juga berpikiran hal yang sama tentangmu. Kau ini sangat cantik, kau petualang yang sudah keliling dunia, kenapa kau masih single?" London balik bertanya.
"Uhm... aku terlalu sibuk, sehingga tidak punya waktu untuk menjalin hubungan serius. Pacar terakhirku adalah sahabatku waktu kuliah dan ia meninggal sebelum aku melakukan ekspedisi keliling dunia." Sarah mengangkat bahu, berusaha terlihat baik-baik saja. "Bisa dibilang, perjalananku selama dua tahun ini adalah untuk melupakan kesedihan dan melanjutkan hidup. Sekarang aku sudah kembali dan siap untuk menata hidup."
"Ohh..." London hanya bisa mengangguk bersimpati. "Aku turut menyesal mendengarnya. Semoga sekarang kau baik-baik saja."
Sarah mengangguk sambil tersenyum. "Aku baik-baik saja. Perjalananku selama dua tahun itu memberiku banyak pengalaman berharga. Aku juga menulis buku tentang perjalananku dan memperoleh banyak pengikut di media sosial. Kau punya akun di Splitz?"
Sarah membuka ponselnya dan menunjukkan akun Splitz yang dimilikinya. London membelalakkan matanya saat melihat profil gadis itu di media Splitz ternyata memiliki pengikut hingga 20 juta. Bahkan di aktor dan musisi atau model, tidak banyak yang memiliki pengikut hingga sebesar itu.
"Namamu di sini berbeda..." gumam London. Ia menoleh ke arah Sarah meminta penjelasan. "Kau ini Sarah Bell atau Sarah Londonderry?"
"Ahaha.. iya, tentu saja. Aku menggunakan nama berbeda di media sosial. Ini sekaligus menjadi brand image-ku di luaran sana. Aku mengambil nama Londonderry dari Annie Londonderry, wanita pertama yang keliling dunia dengan mengendarai sepeda di tahun 1895, karena aku terinspirasi oleh kisah hidupnya." Sarah menjelaskan. "Sudah biasa bagi seniman untuk menggunakan nama panggung. Kau tahu Elle Marianne De Maestri? Dia penyanyi yang menciptakan brand untuk dirinya sendiri dengan menggunakan satu huruf saja. Huruf L. Namanya yang demikian unik membuatnya gampang diingat."
Tentu saja London tahu.
"L cukup terkenal," Ia mengangguk.
"Benar. Penggunaan nama yang unik adalah bagian dari strategi marketing yang baik untuk membuat seseorang menjadi terkenal. Sayangnya... ia tidak menjaga diri dan membiarkan urusan pribadinya bocor keluar," komentar Sarah. Ia menghabiskan red wine di gelasnya karena pelayan telah tiba dan tampak bersiap mengisi kembali gelasnya. "Reputasi yang dibangunnya selama setahun terakhir ini rusak begitu saja saat ia mengonfirmasi kehamilannya dan bayi yang dilahirkannya di luar nikah."
London hampir tersedak mendengar ucapan blak-blakan Sarah. Masakan beritanya sudah menyebar separah itu? Ia sangat menyesal tidak buru-buru memblokir berita tentang L di media. Ia dapat membayangkan tentu L dan Pammy serta seluruh manajemennya sedang pusing memikirkan cara untuk mengendalikan dampak dari pemberitaan buruk itu.
"Memangnya kenapa kalau dia punya anak? Apa yang salah dengan itu? Bukankah ini tahun 2050? Kenapa orang-orang meributkan hal semacam itu?" tanya London buru-buru. Ia memberi tanda kepada pelayan agar mengisi ulang gelasnya.
"Sekarang zaman memang sudah sangat modern, tetapi pandangan masyarakat tentang selebriti masih cukup kolot. Selebriti adalah milik publik dan mereka harus tetap sempurna di mata masyarakat. Kalau ia memang memiliki kekasih dan mereka menantikan anak ini, seharusnya tidak apa-apa, masyarakat bisa bersimpati. Tetapi yang membuatnya sulit mendapatkan simpati adalah sikapnya yang tidak ramah dan banyak dibenci sesama artis. Merekalah yang menyebarkan gosip bahwa ia tidur dengan banyak pria untuk memuluskan kariernya..."
"Tidur dengan banyak pria??? Siapa yang berani bicara begitu??" tanya London dengan gigi bergemeretak karena marah.
Untuk sesaat Sarah mengerutkan keningnya karena melihat reaksi pria di depannya. Tangannya terulur dan menyentuh tangan London yang tampak memegang gelasnya dengan sangat kuat. "Hei.. hei.. kau tidak apa-apa? Kenapa kau menjadi marah? Apakah kau kenal dengan L?"
London terdiam. Ia sadar, seharusnya ia tidak boleh terlalu terpengaruh dan merusak acara makan malam dengan Sarah. Akhirnya ia menggeleng.
"Aku hanya benci melihat orang yang suka menggosipkan orang lain. Kau tahu, aku bekerja di media dan sering bertemu orang-orang yang menyebarkan berita buruk yang dapat menghancurkan hidup orang lain, tanpa bertanggung jawab." Ia menenangkan diri dan mencoba tersenyum. "Sebaiknya kita tidak usah membicarakan gosip selebriti di sini. Kita bicarakan hal lain saja..."
Sarah mengangguk. Ia lalu tertawa kecil. "Ah, ya.. maafkan aku yang terbawa suasana. Tadi kita sedang membicarakan pilihan nama. Aku sudah menjelaskan kenapa orang tertentu menggunakan nama panggilan tertentu atau nama panggung... Sekarang, bagaimana denganmu. Apakah Killian Makela adalah namamu yang sebenarnya?"
Untuk sesaat London tampak tertegun. Pertanyaan Sarah datang begitu tiba-tiba dan ia tidak tahu apakah Sarah sungguh bertanya karena ingin tahu, atau karena ia mencurigai sesuatu.
Apakah Sarah mencurigai bahwa London sedang menyamar sebagai orang biasa?