The Alchemists: Cinta Abadi

Semua Itu Membuat L Sedih



Semua Itu Membuat L Sedih

0Pammy berusaha menghibur L di dalam taksi menuju hotel. Ia tidak dapat berkata apa-apa selain menggenggam tangan L dan menenangkannya. L hanya menoleh keluar jendela di sepanjang perjalanan, berusaha tidak menampakkan air matanya.     

"Mungkin mereka tidak ada hubungan apa-apa." Akhirnya Pammy angkat bicara setelah mereka tiba kembali di hotel.     

L hanya menggeleng berkali-kali, "Tidak mungkin tidak ada hubungan apa-apa  Aku tidak buta. Kau sendiri lihat kan, bagaimana akrabnya mereka. Aku ingat kalau tidak salah Jan mengatakan bahwa salah satu dari gadis yang ingin dikenalkannyya kepada London adalah seorang dokter anak."     

Pammy ingat bahwa gadis di restoran tadi memang mengenakan jas dokter. Apakah ia salah seorang dokter di Rumah Sakit St. George di seberang taman?     

"Kau lihat tadi, jelas-jelas perempuan itu adalah seorang dokter. Jan mengatakan bahwa gadis itu bukan hanya sangat pintar tapi juga sangat cantik sampai ia memenangkan kontes kecantikan segala. Kau lihat sendiri kan orangnya tadi seperti apa?"     

Pammy terpaksa mengangguk. Caroline memang pantas menyandang gelar ratu kecantikan kalau ia mengikuti kontes kecantikan seperti kata L.     

"Gadis itu memang wajahnya cantik, tetapi kau jangan berburuk sangka dulu. Kalau soal cantik, kau juga cantik kok..." Pammy masih berusaha menghibur L. "Dan kau adalah seorang penyanyi yang sangat terkenal."     

L mendesah dengan sedih. Ia telah keluar dari panti asuhan saat usianya 16 tahun dan hidup mandiri. Ia bahkan tidak sempat menyelesaikan pendidikan SMA karena langsung bekerja. Walaupun ia telah memiliki karier sebagai seorang penyanyi, tetap saja ia merasa rendah diri karena tidak mengenyam pendidikan.     

Gadis itu menatap Lily yang sedang bermain di keranjangnya dengan boneka kecil yang aman untuk dikunyah bayi. Dalam hati ia bertekad akan memberikan pendidikan terbaik kepada Lily, agar anaknya tidak seperti dirinya yang sekarang sering merasa rendah diri kalau berhadapan dengan orang-orang yang berpendidikan tinggi.     

Pammy dapat membaca apa yang dipikirkan L. Ia telah bersama gadis itu selama hampir dua tahun dan cukup mengerti latar belakang L dan cara berpikir gadis itu. Ia menepuk bahu L dengan lembut.     

"Jangan begitu. Siapa tahu mereka baru bertemu dan kencan kali ini tidak akan berlanjut ke mana-mana. Lagipula, kau kan memberikan dia waktu 1 bulan, jadi sebaiknya jangan berpikir negatif dulu."     

L menggeleng dan mendesah sedih.     

"Justru kita harus bersiap untuk kemungkinan terburuk, Pammy. Aku menyuruhnya untuk menemui wanita-wanita itu agar ia bisa mengetahui apa yang ia inginkan. Aku tidak mau ia memiliki penyesalan saat kemudian dia benar-benar memilih menikah denganku."     

L melengos dan membuang pandangannya ke jendela. Matanya tampak menerawang. "Yang membuatku lebih terluka adalah... ternyata dia sampai jauh-jauh datang ke London untuk bertemu wanita itu. Perempuan itu pasti membuatnya sangat tertarik sampai dia rela pergi sejauh ini. Tadinya kupikir dia ke sini karena menyusulku. Ah, ternyata aku ini terlalu besar kepala aku, mengira ia ke sini demi aku. Seharusnya aku tahu diri..."     

Pammy menatap L dengan pandangan kasihan. Ia tadi juga mengira demikian, bahwa London sangat menguatirkan L hingga mengikutinya ke Inggris. Siapa mengira, ternyata ia ke Inggris untuk bertemu dokter yang dijodohkan oleh Jan untuk berkencan dengannya.     

"Apa yang akan kau lakukan... kalau Tuan Schneider bertemu gadis yang bisa membuatnya jatuh cinta?" tanya Pammy akhirnya.     

L menghela napas panjang. "Kalau memang ternyata dalam perjalanannya ia bertemu dengan wanita yang bisa membuatnya jatuh cinta, wanita yang lebih daripada aku, wanita yang memiliki apa-apa yang tidak aku miliki, dan setara dengannya... maka aku harus bersiap untuk menerima kenyataan dan melepaskannya dari hidupku, Pammy. Aku tidak punya pilihan lain."     

"Tetapi aku merasa hal itu tidak akan terjadi. Aku melihat ia sangat menyayangi Lily... Kau memiliki kelebihan itu dibandingkan semua wanita yang ada di dunia ini, L. Kau melahirkan anaknya, dan Tuan Schneider sangat menyayangi Lily," kata Pammy lagi.     

"Dia memang ayah yang baik bagi Lily. Tetapi aku tidak pernah mau mengikatnya hanya karena aku melahirkan anaknya. Kau kan tahu itu. Hubungan di antara kami nanti hanya akan terbatas antara dua orang yang memiliki anak bersama. Kalaupun kami berpisah, kami harus tetap berkomunikasi dan berhubungan baik demi Lily."     

L mengangguk membenarkan kata-kata Pammy. Pandangannya kini diarahkan pada Lily yang sedang bermain dengan gembira.     

"Ia bertanggung jawab atas Lily, tetapi tentu saja aku harus mengurus diriku sendiri. Aku tidak bisa mengandalkan dia lagi. Aku harus bekerja. Aku harus mencapai semua mimpi-mimpiku dengan tanganku sendiri. Kalau ia menikah dengan salah satu wanita yang dikencaninya itu, bayangkan apa kata istrinya nanti. Apakah menurutmu istrinya akan membiarkan ia terus-menerus membantuku? Tidak akan ada perempuan yang mau seperti itu."     

Pammy terdiam dan dalam hati membenarkan kata-kata L.  Memang akan sangat sulit kalau seandainya nanti London Schneider jatuh cinta kepada wanita lain dan meninggalkan L. Posisi gadis itu akan menjadi canggung.     

Sebenarnya Pammy sangat berharap L dan London bisa berakhir bahagia dalam pernikahan. Namun, mengingat selama hampir setahun terakhir ini hubungan keduanya sangat buruk dan selalu dipenuhi dengan pertengkaran, Pammy sudah tidak berharap banyak.     

"Aku lelah sekali... rasanya aku mau tidur saja. Kau tidak keberatan kalau aku tidur, kan?" tanya L tiba-tiba. "Kau silakan kalau mau jalan-jalan sendiri di London atau mau ke restoran dan lounge. Masukkan saja tagihanmu ke suite ini."     

Pammy mengangguk. "Silakan beristirahat. Semoga kau merasa baikan."     

"Terima kasih."     

L menggendong Lily dan membawanya masuk ke kamar lalu mengunci pintu. Ia mengurung diri hingga malam tiba. L tidak mengira hatinya akan merasa sesakit ini melihat London Schneider berkencan dengan wanita lain.     

Ketika tiga minggu lalu London membatalkan rencana pernikahan mereka, ia merasa terpukul, tetapi rasa sakit hati yang dirasakannya tidak sebesar sekarang. Dulu ia masih menganggap London hanya bersikap impulsif atau kesal karena L bersikeras tidak mau membuka hubungan mereka ke publik. Ia tahu London sangat mencintainya.     

Tetapi kemudian, saat ia mengetahui bahwa hanya dalam waktu dua minggu London bisa meredakan perasaannya dan mencari wanita lain untuk dikencani, hatinya benar-benar merasa sakit.     

Kini, saat ia melihat dengan mata kepala sendiri pria itu bertemu dengan wanita lain yang tidak kalah cantik darinya dan bahkan terlihat sangat berpendidikan.. L benar-benar merasa hatinya hancur.     

Ia sungguh merasa takut kalau London akan menemukan wanita yang lebih baik darinya dan menyadari bahwa sebenarnya ia bisa mendapatkan wanita lain yang lebih segala-galanya dari L. Ia akan sangat patah hati. Bukan saja kariernya menjadi terguncang dan reputasinya rusak, ia pun akan kehilangan satu-satunya pria yang ia cintai, dan Lily tidak akan memiliki keluarga yang utuh.     

Semua hal itu benar-benar membuat L sedih.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.