The Alchemists: Cinta Abadi

Marie Yang Ingin Tahu



Marie Yang Ingin Tahu

0Nicolae memandang Altair dan Vega sambil mengangkat alisnya, berusaha menanyakan mengapa mereka begitu bersemangat hendak makan siang bersama Marie.     

"Kita kan besok pergi, Pa. Aku ingin bertemu Tante Marie lagi sebelum kita pergi.." kata Altair dengan wajah imut yang membuat Nicolae tidak dapat berkutik. Akhirnya ia terpaksa mengangguk.     

"Baiklah, Marie kau yang pilih restorannya..." kata Nicolae ke teleponnya.     

Marie yang sempat mendengar kata-kata Altair bahwa mereka akan pergi besok seketika terpaku di tempatnya. Ia hanya bisa menduga-duga kemana ayah dan dua anak itu akan pergi dan apakah pantas baginya untuk ikut campur dengan bertanya.     

"Marie?" tanya Nicolae yang belum mendengar jawaban dari gadis itu.     

"Eh.. iya, sebentar, aku sedang memikirkan restoran yang enak." Suara Marie yang terdengar riang sesaat membuat Nicolae keheranan, karena gadis itu tidak bersuara seperti orang yang baru kehilangan ibunya.     

Sungguh gadis itu sangat pandai menutupi kesedihannya dan bersikap seolah ia baik-baik saja, pikir Nicolae akhirnya.     

Marie lalu menyebutkan nama sebuah restoran bagus yang berlokasi dekat dari gedung apartemen mereka dan membuat janji untuk bertemu di sana dalam waktu setengah jam. Setelah Nicolae dan si kembar setuju, mereka pun memutuskan hubungan telepon.     

Nicolae dan si kembar berganti pakaian yang agak rapi dan berjalan keluar apartemen menuju restoran yang dimaksud. Jaraknya sangat dekat dan mereka hanya perlu berjalan kaki lima menit dari gedungnya. Ketika keluarga kecil itu tiba, Marie ternyata telah memesan meja terbaik di bagian teras yang letaknya menghadap ke jalan dan memberikan pemandangan taman yang cantik.     

"Hallo, Tante Marie, apa kabar?" tanya Vega dengan gembira saat ia sudah melihat kehadiran Marie. Gadis cantik itu bangkit berdiri dan menyambut mereka. Hari ini ia masih mengenakan pakaian gelap tanda berkabung, tetapi raut mukanya tidak tampak jejak-jejak kesedihan sama sekali.     

Di kedua pergelangan tangannya yang diperban masih ada lilitan pita hitam yang justru membuatnya terlihat keren kalau orang-orang tidak tahu ia menggunakan pita itu untuk menutupi percobaan bunuh dirinya. Hanya Nicolae yang tahu kenyataan ini, dan saat ia melihat lilitan pita itu ia seketika teringat saat Marie terbaring tidak sadarkan diri dengan kedua pergelangan tangan berlumuran darah...     

Nicolae hanya bisa menelan ludah mengingat peristiwa mengerikan itu. Ia sungguh berharap Marie akan dapat pulih dan tidak mencoba melakukan hal seperti itu lagi.     

"Aku baik-baik saja. Bagaimana kabar kalian?" Marie mencium pipi Altair dan Vega bergantian lalu mengusap kepala mereka sambil tersenyum lebar.     

"Baik. Tadi kami baru selesai berkemas dan rasanya capek sekali..." kata Altair sambil mengambil duduk di samping Marie.     

"Berkemas? Kalian mau ke mana?" tanya Marie dengan nada sambil lalu, seolah ia tidak sedang sangat ingin mengetahui jawaban pertanyaannya ini. ia memberi tanda agar pelayan datang mencatat pesanan mereka.     

"Kami akan ke Grosetto," jawab Altair. "Dua hari lagi adalah ulang tahun Mama dan kami tak ingin melewatkannya..."     

"Oh... benarkah?" Tanpa sadar Marie tertegun, ia lalu menoleh kepada Nicolae yang tampak agak salah tingkah. Gadis itu kemudian teringat kata-kata Nicolae bahwa ia sedang mengalami patah hati dan saat ini tidak bisa membuka hatinya kepada seorang wanita pun...     

Apakah wanita yang membuat Nicolae patah hati adalah ibu dari kedua anak ini?     

Dalam hati Marie hanya bisa bertanya-tanya apa yang terjadi sehingga hubungan mereka berakhir. Sayangnya, ia sudah berjanji kepada pria itu untuk tidak mencampuri urusan pribadinya, sehingga Marie tahu diri dan tidak bertanya.     

"Benar." Akhirnya NIcolae mengangguk. Ia tidak ingin berlama-lama membicarakan Aleksis dan dengan sangat serius meneliti menu di tangannya, berusaha mencari  hidangan yang ia sukai. Ia lalu mengangkat wajahnya dan menyebutkan pesanannya kepada pelayan yang sedang mencatat.     

Altair dan Vega juga sudah menemukan makanan yang mereka sukai dan untuk sesaat pembicaraan di meja makan berkisar tentang makanan favorit mereka masing-masing.     

Namun demikian, setelah beberapa menit, Marie yang sangat cerdas berhasil membelokkan pembicaraan kembali pada rencana perjalanan keluarga kecil itu ke Italia. Ia ingin tahu kemana dan berapa lama Nicolae akan pergi dan kapan pria itu akan kembali ke Singapura.     

"Kabarnya makanan di Italia enak-enak ya... Apa makanan favorit kalian?" tanya Marie sambil menyesap jusnya. Ia mengamati wajah Altair dan Vega dengan penuh perhatian.     

"Mmm... banyak sekali. Yang pasti hampir semuanya kami suka. Papa ini setengah Italia, dan ia jago memasak, jadi bisa dibilang kami sudah merasakan semuanya..."     

"Oh ya? Aku tidak tahu itu..." Marie bergumam sendiri mendengar kata-kata Altair barusan. Setahunya Nicolae adalah nama Rumania bukan Italia. Mengapa ia tidak terlihat dan bersikap seperti orang Italia sedikit pun?     

Nicolae menatap Altair dengan pandangan penuh arti dan anak itu seketika sadar bahwa ia telah terlalu banyak bicara. Altair segera menekap bibirnya dan berhenti bicara. Rupanya anak laki-laki itu merasa terlalu nyaman bersama Marie hingga kelepasan bicara tentang sedikit latar belakang Nicolae.     

Nicolae terpaksa menjelaskan sedikit, karena ia takut gadis itu akan bertanya-tanya lebih jauh dan menjadi curiga. "Sebenarnya aku terlambat mengetahui bahwa ayahku dari Italia. Aku baru mengetahui siapa ayahku sepuluh tahun lalu. Makanya aku bahkan tidak bisa bahasa Italia."     

"Oh.. begitu ya...?" Marie mengangguk dan tersenyum manis. Ia senang karena Nicolae sepertinya menganggapnya cukup penting sehingga ia menjelaskan situasinya. "Kalian sudah membelikan hadiah apa untuk ibu kalian? Bukankah ia akan berulang tahun?"     

"Kami sudah menyiapkan bunga lavender untuk Mama..." kata Vega dengan gembira. "Itu bunga favorit Mama dan biasanya sudah sulit dicari saat ulang tahunnya tiba, maka setiap tahun Papa dan kami memberinya lavender."     

Marie memaksa diri untuk menampilkan senyuman kagum mendengar kata-kata Vega. "Wahhh.. keren sekali! Kalian pasti sangat menyayangi ibu kalian..."     

Dalam hatinya Marie merasa cemburu sekali kepada wanita yang tidak dikenalnya di belahan dunia lain sana, karena wanita itu selalu mendapatkan hadiah yang disiapkan dengan penuh kasih oleh laki-laki yang disukainya.     

"Papa bilang, Mama sudah punya segalanya.. ia akan lebih menghargai hadiah yang disiapkan dengan hati, daripada dibeli dengan uang." Altair menambahkan.     

"Uhm.. Papa kalian sangat bijak. Aku setuju dengannya..." Marie mengangguk. Ia kemudian mengerutkan keningnya karena keheranan saat merenungkan sesuatu. "Sepertinya Papa kalian sangat mencintai mama kalian.. Kenapa... uhm... kenapa... mereka tidak bersama lagi?"     

Altair dan Vega seketika saling pandang mendengar pertanyaan Marie. Tidak satu pun dari mereka mau menjawab karena hal ini memang merupakan hal yang rumit. Mereka sangat menyayangi Nicolae dan selama bertahun-tahun mendambakan sosok pria ini menjadi ayah mereka.     

Tetapi kenyataannya sekarang adalah, ibu dan ayah mereka sangat saling mencintai dan telah saling menemukan setelah terpisah selama sepuluh tahun. Bahkan kini mereka sudah memiliki dua adik baru dari ayah dan ibu kandung mereka.     

Ini membuat Nicolae tidak mungkin lagi bisa bersatu kembali dengan Aleksis. Setidaknya hal itu tidak akan terjadi selama Alaric masih hidup, dan baik Altair maupun Vega tidak ingin ayah mereka mati.     

"Marie... kumohon... jangan bertanya hal pribadi lagi. Aku kan sudah bilang..." Akhirnya Nicolae angkat bicara dan menghentikan upaya Marie untuk mencari informasi. Gadis itu tertegun sesaat dan kemudian segera mengembangkan senyum riangnya.     

"Ahahaha.. maafkan aku yang terbawa suasana. Aku tadi hanya penasaran. Baiklah... tidak usah membahas hal-hal sedih. Tujuanku mengajak kalian makan bersama adalah untuk buang sial dan memulai hari baru dengan gembira. Mari kita bersulang!" cetus gadis itu sambil mengangkat gelas jusnya. "Aku mau bersulang untuk hari yang penuh senyuman mulai sekarang!"     

Ketiga orang yang ada di mejanya tampak menjadi lega melihat sikap santai Marie dan ikut mengangkat gelas mereka lalu menyebutkan keinginan mereka untuk menjalani hari  yang penuh senyuman mulai saat itu.     

Mereka berempat lalu makan dengan tenang. Marie dan si kembar hanya membicarakan hobi dan minat mereka bersama serta hewan-hewan favorit mereka. Nicolae lebih banyak diam. Ia memperhatikan pita hitam di pergelangan tangan Marie yang menutupi percobaan bunuh dirinya dua hari lalu, dan sikap bahagia yang ia tampilkan di depan kedua anaknya.     

Marie bahkan sama sekali tidak menyinggung tentang kematian ibunya. Altair dan Vega yang tidak tahu apa-apa sama sekali tidak mengira gadis cantik di meja mereka itu baru kehilangan satu-satunya orang tuanya, dan sempat hampir ingin mengakhiri hidupnya.     

Marie sungguh berbakat akting, pikir Nicolae. Lagi-lagi ia kagum dan takut akan bakat Marie ini. Ia kagum karena gadis itu sangat ahli menutupi kondisi rapuhnya dari orang luar, tetapi pada saat yang sama ia juga takut jika suatu hari nanti Marie berbohong kepadanya.     

Ah.. apa yang kupikirkan ini? Nicolae menegur dirinya sendiri. Ia tidak seharusnya berpikir seperti ini, karena bagaimanapun ia dan Marie tidak akan berjumpa lagi. Besok ia akan pulang ke Grosetto dan mengakhiri identitasnya yang dipakainya sekarang. Lalu ia akan menghilang sama sekali dari  kehidupan Marie.     

Pertemuan mereka kali ini bisa dibilang sebagai serendipity, kebetulan yang menyenangkan, dan masing-masing hadir untuk memberi dampak yang dibutuhkan yang lain.     

Marie kebetulan sedang membutuhkan seorang laki-laki yang akan berpura-pura menjadi suaminya untuk membuat ibunya bahagia sebelum menghembuskan napas terakhir, sementara Nicolae membutuhkan wanita yang dapat menyembuhkan luka di hatinya.     

Berkat Marie, ia dapat melepaskan Aleksis dari hatinya. Terbukti, tadi subuh ia bisa bercinta dengan wanita yang bukan Aleksis dan mengalami pelepasan atas patah hatinya yang demikian parah. Nicolae merasa ia kini sudah ada di jalan menuju pemulihan, dan untuk ini, selamanya ia akan berterima kasih kepada Marie.     

Masing-masing telah memenuhi maksud dari pertemuan mereka dan kini sudah waktunya untuk kembali ke kehidupan mereka sendiri. Besok, Nicolae akan menghilangkan jejaknya dan Marie tidak akan pernah dapat menemukannya lagi.     

Ia dapat merasakan betapa Marie menyukainya, dan bahkan mulai jatuh cinta kepadanya. Tetapi Nicolae tahu bahwa ia akan bersikap tidak adil kepada Marie kalau  ia memberi sedikit saja harapan kepada gadis itu...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.