Janji Makan Siang
Janji Makan Siang
Mereka sudah bertekad akan meminta bantuan Paman Terry mencarikan kekasih bagi Papa Nic. Mereka tahu Paman Terry selalu dikelilingi wanita cantik, walaupun tidak ada yang dipacarinya secara serius. Tentu Paman Terry akan dapat melempar satu dua wanita cantik yang berkepribadian menyenangkan ke arah Nicolae dan berharap salah satunya ada yang membuat Nicolae tertarik.
"Kalian mulai berkemas saja... kita akan ke Grosetto besok," kata Nicolae sambil mengambil dua koper dari atas lemari dan menaruhnya di ruang tengah. Seperti biasa mereka akan terbang dengan menggunakan pesawat komersial, walaupun ayah dan kakek kedua anak ini memiliki pesawat jet pribadi.
Aleksis dan Nicolae setuju untuk membiasakan Altair dan Vega menjalani hidup seperti orang biasa selama mereka bersama Nic, agar kedua anaknya tidak manja dan selalu hidup seperti burung di sangkar emas atau menara gading.
Tentu saja selalu ada pengawal pribadi yang mendampingi secara diam-diam dan Nicolae juga menjaga mereka dengan baik, maka orang tua anak-anak ini tidak kuatir bila mereka bepergian. Altair dan Vega kini sudah tidak canggung berada di bandara dan bersosialisasi dengan orang-orang yang mereka temui di perjalanan.
Kali ini, Altair dan Vega hanya akan membawa beberapa pakaian penting dan masing-masing satu jaket musim gugur, karena cuaca di Eropa sudah mulai dingin memasuki musim gugur kali ini. Selebihnya hanya ada mainan pribadi dan buku catatan mereka. Tidak perlu waktu lama bagi kedua anak itu untuk membereskan barang-barang mereka di dalam dua koper.
"Papa, kami sudah selesai. Apakah ada barang-barang Papa yang mau kami bereskan?" tanya Vega sambil masuk ke dalam kamar tidur Nicolae. Ia tertegun melihat pria itu sedang tertidur lelap di tempat tidurnya. Tanpa sadar Vega berseru tertahan.
"Ada apa?" tanya Altair yang buru-buru mendekati saudaranya. Ia juga melihat Nicolae yang tertidur dengan sangat lelap. Keduanya saling pandang dan mengernyitkan kening.
"Ihh.. Papa dan Tante Louisa tidak tidur semalaman, ya?" cetus Vega dengan nada tidak suka. Altair buru-buru menutup mulut Vega dan menariknya keluar kamar.
"Biarkan Papa istirahat. Tidak usah membahas Tante Louisa lagi. Besok kita akan meninggalkan tempat ini," bisiknya tegas.
Vega mengangguk.
Keduanya lalu membiarkan Nicolae beristirahat. Pemuda itu memang sangat mengantuk. Tadinya ia hanya akan berbaring sebentar sambil menunggu anak-anaknya selesai berkemas, tetapi ternyata rasa kantuk mengalahkan pertahanannya dan ia pun jatuh tertidur.
Ia sangat kelelahan karena semalaman tidak tidur, ditambah tadi subuh bercinta dengan Marie dengan sangat intens.
Ia telah sangat lama tidak berhubungan seksual dengan wanita mana pun dan tadi tubuhnya seolah mencurahkan kerinduan akibat menyimpan sendiri keinginan seksualnya untk waktu yang lama, sehingga semuanya tumpah. Ia kini tidur sambil tersenyum karena membayangkan betapa indahnya permainan cinta mereka tadi.
Ahhh.. untuk ini Nicolae juga merasa berutang budi kepada Marie. Gadis itu seperti obat penyembuh yang memulihkan patah hatinya. Ia tidak lagi merasa sesak dan sendirian karena menyimpan perasaan cinta kepada Aleksis. Kini pemuda itu merasa bahwa pelan-pelan ia akan dapat merelakan Aleksis dan melupakannya.
Ia sudah ada di arah yang benar.
***
Nicolae bangun saat matahari sudah tinggi. Ia terhenyak kaget oleh suara SMS masuk ke ponselnya. Rupanya, Marie mengirimnya pesan menanyakan kabarnya. Gadis itu baru bangun dan ingin tahu bagaimana keadaan Nicolae.
[Aku juga baru bangun. Tadi aku ketiduran cukup lama. Bagaimana perasaanmu?] balas Nicolae buru-buru.
Ia segera bangun dari tempat tidur dan bergerak menuju dapur untuk membuat kopi bagi dirinya sendiri. Nicolae melihat jam sudah menunjukkan pukul 1.
Ia harus segera memberi anak-anak makan siang, pikirnya.
Altair dan Vega sedang sibuk belajar dengan tablet mereka masing-masing di meja makan dan keduanya mengangkat wajah ketika Nicolae masuk.
"Papa sudah bangun," seru Vega senang. Ia meletakkan tabletnya dan segera memeluk pinggang Nicolae. "Mau aku tuangkan kopi?"
Nicolae mengangguk. Sistem automasi di apartemennya selalu menyediakan kopi segar, Vega hanya perlu menuangkan untuknya. Anak perempuan cantik itu mengambil gelas kesayangan Nicolae dan menuangkan kopi untuk ayahnya dengan ekspresi imut sekali.
Untuk sesaat Nicolae tertegun melihat anak perempuan yang sangat mirip dengan Alaric ini. Vega tampak sangat cantik dengan rambut platinum panjang yang sangat halus menuruni punggungnya. Mata birunya yang teduh mirip sekali dengan Nicolae, tetapi seluruh penampilan fisiknya yang lain lebih mirip ayah kandungnya.
Dalam hati Nicolae bersyukur memiliki dua anak yang demikian menyenangkan, tetapi ada suara kecil jauh di lubuk sanubarinya yang berkata bahwa mereka bukanlah anaknya dan ia tidak berhak mengambil mereka dari ayah kandung mereka.
Ia bertanya-tanya dalam hati, kapan gerangan ia akan jatuh cinta kepada seorang wanita dan kemudian memiliki anak kandungnya sendiri?
Dulu, saat ia berhubungan dengan Aleksis, Nicolae sudah siap untuk tidak punya anak sendiri karena ia menganggap Altair dan Vega sebagai anak kandungnya, dan ia tidak ingin membagi kasih sayangnya kepada mereka dengan anak yang lain...
Tetapi kini.. ia dan seluruh dunia tahu bahwa kedua anak ini bukanlah anaknya. Ia harus mengembalikan mereka kepada Alaric segera... Hatinya yang selama ini selalu dipenuhi oleh kedua anak ini akan kembali kosong...
Kapankah ia akan dapat mencintai wanita lain dan memiliki anaknya sendiri? Nicolae hanya bisa menghela napas, memikirkan hal itu.
"Papa... mata Papa kelilipan, ya? Kenapa sampai mengeluarkan air mata?" tanya Vega dengan penuh perhatian saat ia menyerahkan cangkir berisi kopi kepada Nicolae. Ia tidak sadar bahwa Nicolae hampir menangis karena sedih mengingat sebentar lagi mereka akan berpisah.
"Ini karena Papa masih mengantuk," kata Nicolae membuat alasan. Ia mengerjap-kerjapkan matanya dan meneguk kopi di cangkirnya sampai habis. "Terima kasih atas kopinya. Sekarang Papa sudah segar. Kalian mau makan siang apa?"
Belum sempat anak-anaknya menjawab, ponsel Nicolae di atas meja makan telah berbunyi dan Altair buru-buru melihat ID penelepon.
"Itu Tante Marie. Papa angkat teleponnya, dong!" Ia segera mengangkat ponsel itu dan memencet tombol terima panggilan sebelum Nicolae bisa mencegahnya. Anak laki-laki itu bertukar pandang dengan Vega dan keduanya tampak sangat senang mengetahui ayah mereka ternyata masih menjalin komunikasi dengan Tante Marie.
"Hai, Marie.. iya, aku baru mau membawa anak-anak makan siang," Nicolae menjawab telepon Marie. "Apa? Kau mau ikut makan bersama kami? Tapi aku kan sudah mentraktirmu waktu itu? Aku sudah tidak punya utang lagi..."
Di unit 1017, Marie mengerucutkan bibirnya, "Kali ini aku yang traktir. aku mau mengajak kalian makan untuk buang sial dan memulai hidup baru. Kuharap kalian bersedia..."
Nicolae hendak menolak, tetapi Altair dan Vega telah berseru dengan penuh semangat.
"Kami akan senang sekali!!"