The Alchemists: Cinta Abadi

Nicolae Melanjutkan Hidup



Nicolae Melanjutkan Hidup

0Aleksis tumbuh tanpa memiliki banyak teman, sehingga baginya, kehilangan sahabat seperti Nicolae tahun lalu sungguh merupakan peristiwa yang membuatnya cukup terpukul. Ia memang mendapatkan suaminya kembali, tetapi pada saat yang sama ia kehilangan sahabatnya.     

Oh, betapa bahagianya Aleksis jika Nicolae kembali mau bersahabat dengannya.     

Setelah melihat Alaric menghilang ke dalam kastil dengan kedua anak mereka, Aleksis menoleh ke arah Nicolae dan menunjuk ke arah Timur.     

"Di sana ada taman bunga yang sangat cantik. Alaric membuat tugu untuk ibu kalian di sana. Aku yakin kau mau melihatnya."     

"Tentu saja," Nicolae mengangguk dan tersenyum mendengar kata-kata Aleksis. "Aku akan senang sekali."     

Dengan penuh pengertian Alaric membiarkan kakaknya minta ditemani Aleksis untuk melihat-lihat sekitar kediamannya itu, karena ia mengerti Nicolae dan Aleksis perlu bicara berdua untuk menyelesaikan masalah di antara mereka.     

"Bagaimana kabar kalian?" tanya Aleksis sambil berjalan melihat-lihat taman cantik yang ada di sebelah timur kastil mereka.     

Mereka duduk di sebuah tumbangan pohon dan saling bertukar kabar. Nicolae menceritakan sedikit tentang kelakuan Altair dan Vega yang berkali-kali berusaha untuk mencarikan nya kekasih dengan meretas situs kencan online.     

Ia juga menceritakan 3 kencan butanya yang gagal. Terakhir, Nicolae berhasil membuat Aleksis tertawa berderai-derai saat mendengar bahwa pria itu memutuskan untuk memberi pelajaran kepada Altair dan Vega dengan berpura-pura sedang menjalin hubungan dengan Tante Louisa.     

"Astaga... Aku bisa membayangkan pasti mereka akan kapok mencarikanmu kekasih," kata Aleksis kemudian.     

Nicolae hanya mengangkat bahu. "Entahlah. Kuharap demikian... Aku sedang tidak ingin menyakiti perempuan mana pun saat ini. Rasanya aku masih perlu waktu untuk sendiri."     

Aleksis menatap Nicolae yang duduk di disampingnya. Ia menyadari bahwa Nicolae memang sungguh-sungguh dengan perkataannya.     

"Bagaimana keadaanmu sekarang?" tanya Aleksis dengan penuh perhatian.     

Ia merasa sangat senang dan sangat lega karena Nicolae sepertinya kini mulai tidak canggung lagi bersikap kepadanya. Ia sangat merindukan sahabatnya kembali, dan selama setahun terakhir juga mengalami kesedihan yang sama.     

Nicolae balas menatap Aleksis. Dengan tulus ia lalu mengungkapkan isi hatinya.     

"Aleksis, kau tahu kan... tidak mudah untuk melanjutkan hidup saat orang yang kau cintai meninggalkanmu? Kita sudah membicarakan ini sebelumnya."     

Aleksis mengangguk pelan. "Benar, aku ingat kata-katamu tahun lalu sebelum kita..."     

Aleksis terdiam sebentar, kemudian mengganti kalimatnya. Ia tidak ingin menyebutkan kata-kata 'sebelum kita seharusnya menikah'.     

Ia memilih kalimat lain untuk menyampaikan maksudnya. "Aku ingat kata-katamu tahun lalu, saat kita sedang berada di konservasi Ayah di Kenya. Saat itu kau mengatakan kepadaku bahwa aku tidak boleh terlalu keras kepada diriku sendiri. Melanjutkan hidup denganmu bukan berarti aku harus memaksa diriku melupakan masa laluku bersama Alaric."     

"Benar," kata Nicolae dengan tenang. "Ssekarang aku akan menggunakan kata-kata itu kepada diriku sendiri. Aleksis... suatu hari nanti aku akan melanjutkan hidup. Aku akan menemukan seorang gadis yang akan kucintai sepenuh hati dan ia akan mencintaiku sama besarnya seperti aku mencintai dia. Dan kemudian aku akan melanjutkan hidup. Tetapi, setahun terakhir ini... yang kulakukan adalah: aku berusaha melanjutkan hidupku dengan memaksa diriku sekeras-kerasnya untuk melupakan apa yang terjadi di antara kita, padahal itu tidak benar."     

"Nic...." Aleksis menatap Nicolae dalam-dalam.     

"Di sepanjang perjalanan menuju ke sini aku banyak memikirkan tentang kalimat itu dan sekarang aku menyadari bahwa aku akan selalu mencintaimu... Kau akan selalu memiliki tempat di dalam hatiku, tetapi aku harus merelakanmu pergi dari hidupku karena kau adalah milik orang lain. Aku harus melanjutkan hidup bukan dengan cara melupakanmu." Nicolae tampak mulai menjadi emosional, tetapi ia tetap berkata-kata dengan tenang.     

"Kau akan selalu menjadi gadis yang pernah aku cintai - karena waktu tidak bisa berdusta, dan kau juga adalah ibu dari anak-anak yang sangat aku cintai. Dengan menerima kenyataan itu... menerima bahwa engkau adalah bagian dari masa laluku, aku akan bisa melanjutkan hidup ke masa depan. Aku akan bisa membuka hati untuk wanita yang nanti akan menjadi cinta terakhirku."     

"Aku senang mendengar bahwa kau sudah berdamai dengan dirimu sendiri dan menemukan cara terbaik bagimu untuk melanjutkan hidup." Aleksis menyentuh tangan Nicolae dan menepuknya pelan. "Bagiku, kau memiliki tempat di hatiku sebagai satu-satunya lelaki yang pernah aku cintai di saat aku mengira suamiku telah tiada. Kau adalah sahabatku dan selamanya kau akan memiliki tempat dalam hidupku dan keluargaku."     

"Aku juga senang mendengarnya," kata Nicolae. "Ini tidak mudah.. tapi kuharap kita bisa tetap berhubungan baik, karena aku sangat ingin bisa sering-sering mengunjungi Altair dan Vega."     

"Tentu saja...!" kata Aleksis dengan gembira. "Kau akan selalu menjadi Papa Nic bagi Altair dan Vega."     

Gadis itu mengembangkan sepasang lengannya dan Nicolae tersenyum lalu memeluknya. Untuk beberapa saat mereka pun saling berdekapan untuk memutus kecanggungan yang membuat mereka selama ini tidak dapat bersikap seperti layaknya saudara atau sahabat seperti dulu.     

Nicolae dan Alexis merasa sangat bahagia karena kini seolah-olah layar tidak kelihatan yang dulu membatasi hubungan mereka perlahan menghilang entah kemana, dan mereka bisa kembali saling menatap sebagai dua orang sahabat baik.     

Aleksis kemudian bangkit berdiri dan menarik tangan Nicolae untuk bangkit dari tumbangan pohon.     

"Ini saat pertama kali kau ke Targu Mures, kan? Tugu yang dibangun Alaric untuk ibumu ada di sebelah sana. Sebelum Alaric memindahkan makam Putri Luna ke Yorkshire, ibu kalian dimakamkan di bukit ini. Tempatnya sangat indah..."     

"Aku ingin sekali melihatnya," kata Nicolae. Ia berjalan menyusuri tepian taman mengikuti langkah-langkah Aleksis ke tempat yang ingin ditunjukkan gadis itu.     

Langkah mereka terhenti di depan sebuah tugu cantik yang diapit dua patung dua malaikat. Mata Nicolae terpaku saat melihat tulisan yang dipahat di tugu tersebut dan tanpa sadar tangannya meraba tulisan tersebut.     

Ia membacanya pelan-pelan, "Kau adalah wanita terbaik di dunia."     

Ia dapat membayangkan perasaan sedih adiknya selama hampir seratus tahun, setiap kali pria itu datang ke sini untuk berkunjung ke makam ibunya. Alaric yang hidup sendirian dan abadi tanpa mengetahui asal-usulnya tentu merasa sangat terikat kepada wanita itu, yang meninggal tanpa sempat memberitahunya apa-apa tentang dirinya dan keluarganya.     

"Ayah berkata, ia ingin menunjukkan sesuatu kepadamu dan Alaric," kata Alexis kemudian. Ini menyangkut ibu kalian."     

"Aku sudah tidak sabar," kata Nicolae.     

"Sebaiknya kau mandi dan beristirahat dulu. Nanti kita bertemu di ruang makan," kata Aleksis.     

Nicolae mengangguk. Mereka kemudian berjalan kembali ke dalam kastil untuk membersihkan diri dan berganti pakaian. Makan malam akan berlangsung satu jam lagi. Aleksis pamit untuk mengurusi anak-anaknya sementara Nicolae diantar ke kamarnya untuk beristirahat.     

Setelah membersihkan diri, Nicolae duduk bersantai sambil menikmati wine di teras lantai tiga yang memberi pemandangan matahari terbenam yang indah. Alaric menyusulnya tidak lama kemudian.     

Kedua lelaki bersaudara itu tidak berkata apa-apa. Mereka hanya saling bertukar pandang dan mendentingkan gelasnya sebelum minum dan diam memperhatikan matahari jingga yang akan segera tenggelam.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.