The Alchemists: Cinta Abadi

Melarikan \'Aleksis\'



Melarikan \'Aleksis\'

3Semua orang menghitung menit demi menit dengan penuh ketegangan. Alaric mengatur pergerakan keempat anak buahnya dan beberapa pengawal pribadinya agar langsung terbagi ke dua lokasi yang ditentukan.     

Ia menyadari bahwa musuhnya pasti akan lebih memusatkan penjagaan di rumah sakit, maka ia harus mengecoh mereka dengan membuat mereka berpikir sebaliknya. Tidak ada jalan lain.     

Lauriel yang sedang menatap langit dari jendela rumah sakit seketika tertegun mendengar ponselnya berbunyi. Max yang meneleponnya. Hmm... ini baru 20 menit, kan?     

"Ada apa?" tanyanya cepat.     

"Uhm... mereka sudah datang. Lebih cepat dari perkiraan." jawab Max dengan suara ragu-ragu. "Alaric Rhionen datang dengan pengawalan lengkap."     

"Apa?? Ke Gedung Mandalay?!" Lauriel tak percaya pendengarannya sendiri.     

Bukankah seharusnya Alaric Rhionen sangat mengkuatirkan Aleksis? Kenapa dia tidak langsung ke rumah sakit?     

Brengsek.     

Ia buru-buru menelepon Petra yang sedang dalam perjalanan dari bandara menuju rumah sakit. "Kalian segera ke Gedung Mandalay, target kita ada di sana."     

Lauriel segera berlari ke luar dan memerintahkan Terry menyetir ke Gedung Mandalay. Endo tetap diperintahkannya menjaga di rumah sakit bersama beberapa pengawal. Mereka hanya berfokus mengawasi semua pintu masuk dari orang mencurigakan di lantai dasar dan di lantai tempat 'Aleksis' dirawat.     

Puncak gedung sudah ditutup sehingga helipadnya tidak bisa digunakan jika Rhionen Assassins akan mencoba mendarat di sana dengan helikopter. Lauriel tidak perlu kuatir rumah sakit akan diterobos dari jalan atas.     

Karena Terry mengebut membawa mobilnya, ia dan Lauriel tiba di Gedung Mandalay dalam waktu 7 menit saja. Ia disuruh menunggu di mobil karena Lauriel tak ingin orang-orang Rhionen Assassins mengenali Terry.     

Dengan langkah-langkah panjang Lauriel berjalan ke arah tempat perjanjian dan segera masuk ke toko bunga di seberang Gedung Mandalay. Di sana Neo dan Max beserta anak buahnya telah menunggu. Ada juga Petra dan Peach yang baru tiba. Keduanya menyapa Lauriel singkat dan kembali fokus pada layar di depan mereka.     

Di depan Gedung Mandalay telah berdiri santai 'Alaric' diiringi Takeshi dan Kai serta 20 orang pengawal. Mereka semua bersedekap di dada seperti menunggu sesuatu terjadi.     

"Ada dua orang yang hilang, pasti mereka menuju ke rumah sakit," kata Lauriel. "Tapi pengamanan di sana sudah oke. Kita fokus di sini saja."     

Baru saja ia hendak memerintahkan sesuatu, ia mendengar suara Endo yang terdengar panik dari alat komunikasi mereka.     

"Mereka datang! Kami tidak sempat menahannya!!"     

"A... apa yang terjadi?!" tanya Lauriel cepat.     

"Mereka menggunakan helikopter! Cepat sekali..."     

"Tapi helipadnya kan tidak bisa digunakan...."     

"Mereka sama sekali tidak mendarat."     

"APA?"     

***     

Alaric yang sudah mengamati bahwa helipad Rumah Sakit tidak dapat didarati segera memerintahkan Mischa untuk bermanuver dan membawa helikopternya ke sisi gedung tempat 'Aleksis' disembunyikan. Dari radar infrared yang dibacanya ia dapat mengetahui persis lokasi gadis itu karena ada banyak orang yang mengawal di lantai 15 dan sikap mereka layaknya pengawal profesional.     

Helikopternya yang dikemudikan Mischa adalah jenis helikopter siluman yang tidak menimbulkan suara sama sekali dan mereka dapat dengan mudah muncul di dekat gedung tanpa menarik perhatian. Setidaknya, ketika musuh menyadarinya, semua sudah terlambat.     

Alaric turun dengan tangga tali dari helikopternya dan saat menemukan peluang untuk masuk, dengan sigap ia meloncat ke dalam melalui jendela kaca yang besar.     

Suara kaca pecah dan masuknya orang misterius ke lantai 15 membuat para pengawal segera memburunya, tetapi dengan lincah Alaric telah menembaki mereka dengan pistolnya. Tidak sampai 2 detik semua pengawal di lantai itu telah ia habisi.     

Tanpa membuang waktu ia masuk ke kamar 'Aleksis' dan segera memeriksa keadaannya. Hm... gadis itu pingsan, tetapi selebihnya ia tidak mengalami perlakuan buruk. Hal ini membuat Alaric sedikit lega.     

Ia memeluk 'Aleksis' dan mencium keningnya lalu mengikatkan pinggang gadis itu dengan tali khusus ke tubuhnya sendiri. Ia bekerja dengan sangat cepat dan efisien dan sekejap saja ia telah menggendong 'Aleksis' kembali ke jendela yang sudah terbuka itu dan memberi tanda agar Mischa mendekat agar ia dapat menggapai tangga tali tersebut.     

Setelah mengatur manuver helikopternya agar tangga tali yang menggantung itu dapat menjadi sedekat mungkin dengan jendela, Mischa mempertahankan posisi helikopter melayang di tempatnya hingga Alaric dapat melarikan diri.     

Hmm... masih agak jauh, pikirnya. Ia harus melompat dan mengambil risiko tidak akan dapat menjangkau tangga itu karena harus menggendong Aleksis yang pingsan...     

Tetapi tidak ada pilihan lain.     

"Aku akan coba lebih mendekat," kata Mischa lewat headsetnya.     

Alaric memberi tanda agar Mischa tidak melakukan apa-apa karena ia sudah bertekad untuk melompat dan berusaha sebaik mungkin menjangkau tangga tali itu.     

"Tuan bisa melompat dan aku akan turun. Kita bertemu di bawah." kata Mischa cepat.     

Alaric telah melompat saat ia mendengar kata-kata Mischa. Satu tangannya memeluk pinggang 'Aleksis' dan satu lagi menjangkau ke depan berusaha menangkap tangga tali dari helikopter.     

Gawat... tubuhnya turun terlalu cepat dan tangga itu terlewat beberapa centimeter saja dari tangannya.     

Mereka akan segera menghantam tanah beberapa detik lagi.     

Tiba-tiba saja tangga tali yang tadi terlewat itu sudah terjulur di depannya dan Alaric yang sigap segera mencengkramnya dengan sekuat tenaga.     

Mischa benar-benar berhasil menurunkan helikopternya dengan begitu cepat sehingga tangganya kini bisa diraih Alaric. Begitu tangannya mencengkram tangga tali itu. Alaric segera membelitkan tali tambahan yang terjulur ke tubuhnya dan tubuh 'Aleksis'.     

Saat helikopter itu melayang naik dengan kecepatan tinggi, ia merasakan tubuh mereka dikatrol naik ke atas dan pelan-pelan ia tiba di pintu helikopter.     

"Terima kasih, Mischa. Ayo kita pergi dari sini."     

Alaric naik ke dalam helikopter dengan tubuh Aleksis di tangannya dan ia segera melepaskan semua ikatan di tubuh mereka. Dengan hati-hati ia menaruh tubuh gadis itu di kursi belakang dan kemudian mengamati situasi gedung di bawah mereka.     

Ia hanya tersenyum sedikit saat melihat puluhan orang keluar ke halaman gedung dan menatap ke arah helikopternya dengan wajah terkejut dan tangan-tangan terkepal.     

***     

Lauriel tidak percaya ia baru kehilangan Marion. Ia menatap 'Alaric' yang berdiri tenang bersama anak buahnya di depan Gedung Continental, dan melihat di wajah pria berkepala botak itu kini tersungging senyuman tipis.     

Alaric Rhionen sangat percaya diri bahwa dua saja anak buahnya dapat melarikan 'Aleksis', itulah sebabnya ia dengan santai datang kemari, pikir Lauriel.     

Lauriel menyilangkan tangannya di dada, tampak sangat serius.     

Baiklah... kami memang ingin kalian membawa 'Aleksis' agar kami dapat masuk ke dalam Rhionen Assassins dan membasmi kalian sampai ke akar-akarnya. Aku hanya tidak mengira akan begini caranya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.