aku, kamu, and sex

Gairah 2



Gairah 2

1Rena tertawa terbahak ketika melihat Ronald yang menggunakan apron warna merah jambu dan wajahnya dipenuhi oleh serbuk tepung gandum, ya pagi ini Ronald membuatkan sarapan untuk sang istri, walau sudah ada asisten rumah tangga yang selalu bersedia membantunya untuk membuat sarapan, namun Rena merengek minta di buatkan sarapan olehnya, sebenarnya perkara yang mudah jika Ronald harus memasak karena dia sering membuat masakan sendiri, namun kali ini Rena minta dibuatkan Roti gandum.     

Mau tak mau Ronald membuatnya walau ia harus mengalami beberapa kali kegagalan karena roti yang tak mau mengembang sempurna.     

"Tadaaaaa…." Teriak Ronald sambil meletakkan Roti hasil kerjanya dengan susah payah di meja depan sang istri, yang menatapnya takjub sekaligus geli karena hampir semua tubuh Ronald berwarna putih karena tepung gandum.     

"Nice," Ucap Rena, lalu mengambil sendok garpu dan mulai mencicipi roti buatan sang suami.     

"Bagaimana?" Tanya Ronald penasaran dengan hasil kerjanya.     

Rena mengunyah pelan roti di dalam mulutnya, lalu matanya menatap Ronald sambil tersenyum, tak lama dua jempolnya ia acungkan ke atas, membuat binar bahagia menghiasi wajah tampan Ronald karena berhasil menyelesaikan npermintaan sang istri.     

"Ayo cobalah, rasanya enak." Ucap Rena sambil memberikan sendok garpu pada suaminya, namun Ronald bukannya menerima sendok garpu yang disoddorkan padanya justru membuka mulutnya lebar minta Rena untuk menyuapinya.     

Dengan senang hati Rena menyuapi suaminya, namun Ronald tiba-tiba berhenti mengunyah karena rasa roti itu tak seperti yang ia bayangkan.     

"Bagaimana bisa kau bilang roti ini enak, tidak ada rasanya sama sekali." Ucap Ronald pada Rena.     

"Lidah itu yang salah, ini enak."Jawab Rena lalu memakan lagi roti yang Ronald buat.     

"Tidak ada rasanya."     

"Ini enak, karena suamiku membuatnya dengan cinta." Ucap Rena yang membuat Ronald tak mampu berkata-kata kecuali menatap perempuan yang kini duduk di hadapannya.     

"Benarkah?"     

"Tentu saja. Bukankah kau mau membuat ini dengan susah payah karena tak ingin mengecewakan aku, karena kau mencintaiku."     

Ronald tersenyum lebar, lalu mencubit hidung Rena pelan. " Kau pandai merayu sekarang." Ucapnya.     

"Aku tak merayu, itu semua rasa yang aku rasakan di dalam sini." Rena menunjuk ke dadanya.     

"Kau menyebalkan, kalau sudah begini bagaimana aku bisa jauh darimu."     

Rena tersenyum, lalu mencium pipi sang suami mesra. "Maka jangan pernah jauh lagi dariku."     

"Tidak akan. Ngomong-ngomong kau belum menceritakan padaku bagaimana kau dan ayah bisa sampai ke sini, dan tahu rencana penyerangan ke markas Kingdom Crush, dari kemarin kau belum jadi menceritakannya."     

"Ya, karena Kak Jelita dan Rey."     

"Kenapa mereka?"     

"karena setelah mereka detail menyelidiki kingdom crush, anak buah mereka sangat banyak, danb sepertinya kau dan anak buah Matt tak bisa mengalahkan mereka karena jumlah kalian yang lebih sedikit. Jadi kami membuat rencana untuk datang jika kau dan Matt kesulitan menghadapi mereka."     

"Dan itu terjadi."     

"Iya. Bukankah kami datang tepat waktu?" Ujar Rena sambil melahap rotinya sedangkan Ronald menyesap kopi yang dibuatkan oleh Rena.     

"Aku tak menyangka jika kau juga pandai menembak. Siapa yang mengajarimu, jangan bilang jika ayah Richard yang mengajarimu, karena tak mungkin Danil." Sergah Ronald pada sang istri.     

"Apa kau tak mengamati, berjajar piala di rumahku?" Tanya Rena pada sang suami.     

"Apa hubungannya? Itu kan hanya pertandingan biasa."     

"Kau tidak melihat secara keseluruhan, diantara piala itu ada piala kejuaraan menembak tingkat nasional."     

"Benarkah?" Tanya Ronald karena memang dia tak mengamati dengan seksama piala apa saja yang pernah diraih oleh istrinya saat sekolah di negaranya.     

"Kau benar-benar mengagetkan ku dengan aksi menembakmu itu."     

Rena tersenyum "maaf karena aku tak memberitahumu, karena aku yakin kamu tak kan mengijinkanku jika kau tahu aku dan ayah akan melakukan ini."     

"Tentu saja tidak aku ijinkan. Aku tak mau terjadi sesuatu padamu,"     

"Tapi jika aku tak datang, maka sesuatu pasti sudah terjadi padamu."     

"Oke…oke, terimakasih sayang karena kau telah menyelamatkan suamimu ini."     

"Terimakasih saja tidak cukup."     

"Lalu."     

Rena membisikkan sesuatu di telingga Ronald, yang membuat Ronald melotot tak percaya dengan apa yang istrinya sebagai tanda terimakasih.     

"Kau nakal, sayang." Ujar Ronald.     

"Bahkan kau lah penyebab kenakalanku, om." Jawab Rena membela diri.     

Lalu Ronald mendekatkan kursinya dengan kursi Rena hingga kini mereka tak berjarak, Ronald langsung melumat bibir sang istri yang selalu membuatnya tersulut birahi. Asisten rumah tangga yang hendak ke dapur langsung berbalik arah ketika melihat Tuan dan Nyonya mereka sedang memadu kasih.     

"Ada Maria." Ucap Rena di sela-sela ciumannya.     

"Dia sudah pergi." Ucap Ronald lalu melanjutkan mengulum bibir mungil Rena.     

"Aggghhh…" desah Rena.     

Ronald mengendong Rena di depan, bibir mereka masih saling bertaut saat kaki Ronald menapaki satu persatu anak tangga menuju kamar mereka di lantai atas.     

Rena membelitkan kakinya dipinggang Ronald, dan kedua tangannya mengalung indah di leher suaminya.     

Ronald masuk ke dalam kamar mandi yang berada di kamar, menyalakan shoer dengan satu tangannya, lalu menurunkan Rena dibawah kucuran shower.     

Bibir Ronald masih memagut bibir sang istri dan tangannya mulai menurunkan dress yang dikenakan sang istri. Hingga kini hanya tersisa bra dan celana dalam berwarna hitam, sedangkan Ronald perlahan melepaskan celana boxer dan kaos ketat yang ia kenakan hingga kini ia naked.     

"Kenapa belakangan ini kau semakin mengairahkan sayang?" Ucap Ronald.     

Rena tak menjawab justru tangannya kini dengan nakal mengelus sesuatu yang sudah menegak dibawah sana. Roanld hanya mampu memejamkan mata menikmati permainan jemari lentik sang istri dan juga bibir serta lidah yang saling beradu.     

Tangan Ronald pun tak mau diam, ia mulai melancarakan serangan balasan pada sang istri dengan meremas gundukan di dada Rena, yang semakin lama justru semakin membesar menurut Ronald.     

"Kenapa ini menjadi tambah besar sayang?" Tanya Roanald saat ciuman mereka terlepas dan pandangan mereka saling bertemu namun kedua tangan mereka tak ada yang berhenti memberikan serangan pada lawan.     

Rena hanya tersenyum, lalu kembali memajukan bibirnya untuk menggapai bibir Ronald yang menggodanya untuk dihisap. Perlahan Rena berjongkok lalu mulai mengulum benda yang sejak tadi ia mainkan dengan jari lentiknya. Ini adalah sesuatu yang digemari oleh Rena sejak menikah dengan Ronald. Maka ia akan berhenti jika ia benar-benar telah merasa puas melakukannya. Begitu juga Ronald akan membiarkan istrinya menikmati apa yang menjadi kegemarannya karena diapun juga menikmati.     

Istrinya kecilnya ini memang pandai memuaskan dirinya, membuat Ia lupa akan kenikmatan bercinta dengan sesame jenis. Ya Rena berhasil membuat Ronald terbuai dengan perlakuannya, Rena benar-benar telah mengunci Ronald menjadi laki-laki yang hanya akan merasakan kenikmatan jika bersamanya. Membuat Ronald candu terhadap dirinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.