aku, kamu, and sex

Sang Penganggu 2



Sang Penganggu 2

1Rey menutup ruang kerja Humaira setelah Kelvin pergi, dan kembali mengungkung tubuh Humaira dalam dekapan hangatnya.     

"Suruh dokter lain untuk menangani anaknya, aku tak ingin ada yang mendekati dirimu selain aku." Ucap Rey tegas pada sang istri sambil mencium pipinya.     

"aku baru tahu jika kau sedang cemburu wajah tampanmu ini berubah menjadi mengerikan." Ucap Humaira yang langsung mencium bibir Rey dengan lembut untuk meredakan amarah dari sang suami.     

"kau selalu tahu bagaimana meluluhkan hatiku."     

"Karena aku istrimu."     

"Suruh dokter lain, oke?" Rey mengulang perintahnya.     

"Oke, aku akan menyuruh dokter Laila untuk menangani Kirana. Sudah puas sekarang suamiku?" Tanya Humaira menggoda.     

"Ya, aku hanya tajut dia akan menjadi penganggu rumah tangga kita, aku tak mau itu terjadi, jadi lebih baik kau menghindari Kelvin saja, jangan lagi bertemu dengannya."     

"Ya aku tahu. Kau jangan khawatir, kita pulang?"     

"Tentu nyonya, kau dan anak kita butuh istirahat yang cukup, agar kalian selalu sehat." Ucap Rey lalu mencium bibir istrinya sekilas.     

Rey mengambil tas pungung Humaira lalu membawanya di bahu sebelah kiri, sedangkan tangan kanannya memeluk bahu Humaira posesif, begitu juga dengan Humaira yang memeluk pingang sang suami menggunakan gtangan kirinya.     

Di balik pilar terlihat pria dengan tatapan nanar menatap kebahagiaan Humaira dan Rey.     

"Aku menyesal telah melepaskanmu, Humaira." Ucap sang lelaki yang berdiri bersembunyi lalu tak lama pergi meninggalkan ruangan itu kesebuah ruangan yang terisi sosok perempuan cantik yang tergolek lemah di sana.     

Rey membukakan pintu mobil untuk sang istri kemudian ia ikut masuk ke dalam mobil setelah memastikan istrinya menggunakan sabuk pengaman dengan benar.     

Rey segera melajukan mobilnya menuju ke rumah mereka yang tak terlalu jauh dari rumah sakit. semenjak Ronald kembali dari negara C, Rey meminta ijin untuk pada orang tua dan kakaknya untuk menempati rumah yang telah ia beli, pada mulanya mama dan papanya keberatan, karena mereka akan kesepian jika tak ada mereka disana. Tapi bagaimanapun ini adalah hak mereka untuk bisa mandiri dan mengatur kehidupan rumah tangganya sendiri.     

Ronald pun sudah menyuruh Rey untuk tinggal di rumah milik orang tuanya yang kini hanya sesekali saja di datangi oleh Ronald, karena Ronald lebih memilih pulang ke rumah mama dan papanya setelah pulang kerja, karena Rena harus menyelesaikan pendidikannya di negara A bersama Danil dan Jelita seperti yang sudah mereka rencanakan sebelumnya.     

Sedangkan sang ayah masih berada di negara M bersama Selena untuk membantu pemulihan keadaan dan memberi bantuan melalui yayasan milik selena dan Tuan Handoko sebagai donator utamanya.     

Regan tinggal di apartemen yang sengaja Ronald beli untuk ditempati Regan dan Lola, Regan bahagia bisa bertemu dengan pamannya yang juga asisten kepercayaannya Rey walau kedua orang tuanya telah meninggal, tapi paling tidak ia masih memiliki keluarga disini. Walau hingga detik ini ia belum bertemu dengan Danil.     

"Sayang, sebaiknya kamu hati-hati di rumah sakit." Ujar Rey pada Humaira.     

"Kenapa?" Tanya Humaira dengan mengernyitkan dahinya.     

"Entah tapi firasatku tidak enak, kamu sebaiknya menghindari Kelvin dan orang yang tidak kamu kenal."     

Humaira mengangguk, "Baiklah sayang, aku akan lebih mawas diri dan berhati-hati."     

"Kita akan langsung pulang, atau mau beli sesuatu dulu?" Tanya Rey sambil mengengam tangan Humaira dengan sebelah tangannya.     

"Pingin beli Ronde boleh?"     

"Boleh dong sayang. Mau beli dimana?"     

"Ditempat biasa aja, yang waktu itu kita kesana." Jawab Humaira.     

"Sesuai keinginanmu nyonya."     

Rey membelokkan mobilnya ke daerah dekat toko bunga milik Rena. Mata Rey menatap toko yang kini dikelola oleh suruhannya itu terlihat ramai dan bertambah maju.     

Dan tak lama mereka sampai di tempat penjual ronde. Rey mengandeng tangan sang istri mesra lalu membimbingnya duduk di tikar yang sudah disiapkan oleh sang penjual untuk menikmati ronde.     

Tak berapa lama pesanan mereka datang, dengan perlahan Rey dan Humaira menyesap Ronde yang menghangatkan tubuh mereka.     

"Humaira." Sapa seseorang, Lekas saja Humaira dan Rey mendongak melihat siapa yang menyapan Humaira.     

Mata Humaira terbelalak tak percaya dengan siapa ia bertemu saat ini, Humaira langsung merapatkan duduknya pada sang suami, ada ketakutan tersendiri yang mengelayut dihatinya saat menatap laki-laki berbadan tinggi di hadapannya itu.     

"Kamu kenal dia sayang?" Bisik Rey ditelingga Humaira, lalu perlahan Humaira mengangguk.     

"Kau masih takut denganku?" Tanya laki-laki itu.     

"Maaf anda siapa, anda telah membuat istri saya tidak nyaman." Ucap Rey masih dengan nada sopan.     

"Saya Raka, teman sekolahnya Humaira dulu." Ucap Raka sambil mengulurkan tangannya pada Rey.     

"Saya Rey, suami Humaira." Jawab Rey menyambut uluran tangan Raka.     

"Maaf Humaira, aku sudah mencarimu kemana-mana, tapi aku tak pernah menemukanmu, padahal niatku hanya ingin meminta maaf padamu." Ucap Raka tulus pada Humaira, reaksi Humaira tetap sama, dia memeluk lengan Rey erat.     

Entah apa yang telah dilakukan Raka pada istrinya dulu, tapi yang jelas dia melihat sikap Raka yang dengan tulus meminta maaf pada istrinya, namun istrinya masih saja ketakutan. Perlahan Rey memeluk tubuh Humaira untuk menenagkannya.     

"Tenang saja sayang, ada aku disini." Ucap Rey sambil mengecup dahi Humaira, sedangkan Raka hanya menunduk melihat perlakuan Rey pada teman sekolahnya itu.     

"Aku benar-benar minta maaf Humaira, tolong maafkan aku." Ucap Raka dengan wajah tertunduk lesu.     

"Duduklah." Ucap Rey pada Raka, lalu Raka mengambil posisi duduk yang lebih dekat dengan Rey dari pada Humaira, tukang ronde mengantarkian satu mangkok ronde untuk Raka dan langsung ia sesap perlahan dengan menggunakan sendok.     

"Apa yang kamu lakukan pada istriku sampai dia ketakutan melihat mu?" Tanya Rey pada Raka.     

"Maafkan aku," Ucap Raka lalau menarik nafas panjang.     

"Dulu aku hampir mencelakainya dengan mengurungnya di gudang, hingga dia hampir mati, dulu aku sering membullynya tapi itu semua karena Haris yang menyuruhku."     

"Harris?"     

"Ya, agar dia bisa menolongmu, dan kau mau membuka hati untuknya, aku kira kalian telah menikah, tapi ternyata aku salah, kau menikah dengan orang lain."     

"Haris yang memutuskan pertunangan kami, aku sudah memaafkan kamu, aku hanya terkejut saja melihatmu tiba-tiba ada di depanku."     

"Oh, rumahku tak jauh dari sini, tadinya aku hanya ingin berjalan kaki sambil membeli ronde, ternyata aku melihatmu disini. Aku hanya ingin meminta maaf, dulu kamu tiba-tiba pindah dari sekolah sebelum aku sempat emminta maaf padamu." Ucap raka sambil tersenyum kecut.     

"Tidak apa-apa Raka, aku sudah melupakannya." Ucap Humaira.     

"Aku senang kau telah menikah dan sepertinya kalian sangat bahagia, aku doakan kalian bahagia terus sampai kapanpun."     

"Amiin terimakasih Raka."     

"Kapan-kapan mainlah ke rumahku, aku hanya tinggal bertiga dengan kakakku dan anaknya." Tawar Raka pada Humaira dan rey.     

"Ya, terimakasih atas tawarannya."     

"Baiklah Raka, kami pulang dulu ya, sepertinya istriku sudah mengantuk, kapan-kapan kita sambung lagi obrolan kita." Ucap Rey sambil berdiri bersama Humaira. Lalu meninggalkan Raka setelah membayar Ronde mereka.     

"Satu lagi nih…"     

"cemburu? Ujar Humaira yang langsung mencubit pingang Rey, dan Rey hanya tersenyum pada sang istri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.