aku, kamu, and sex

Selena 2



Selena 2

0Seperti biasa Selena mengambilkan semua keperluan Tuan Handoko dari mulai handuk baju tidur hingga pakaian dalam, pada awalnya Tuan Handoko merasa sungkan dengan perlakuan Selena terhadap dirinya, namun semua menjadi terbiasa karena juga seakan tidak pernah merasa sungkan pada dirinya, apa karena memang selena tinggal dinegara yang memberi kebebasan dalam hubungan antara laki-laki dan perempuan.     

"Ayah, jangan lupa sebelum tidur diminum dulu vitaminnya." Ucap Selena sambil meletakkan air putih beserta di atas nakas samping tempat tidur Tuan Handoko.     

"Terimakasih Selena." Ucap Tuan Handoko yang masih berada di dalam kamar mandi.     

"Sama-sama ayah, Aku ke kamar dulu ayah."     

"Ya, selamat malam Selena."     

"Malam ayah."     

Selena keluar dari kamar Tuan Handoko lalu menutup pintunya, namun dia kaget ketika Ronald sudah berdiri di belakangnya.     

"Selamat malam, Ronald." Ucap Selena kikuk.     

"Bisa kita bicara?" Jawab Ronald yang langsung melangkah mendahului Selena setelah gadis itu menganggukkan kepalanya.     

Ronald berhenti di samping kolam renang, Ronald duduk dikursi taman di ikuti oleh Selena.     

"Kamu mau bicara apa?" Tanya Selena penasaran     

"Kenapa kau begitu perhatian pada ayahku? Maksudku_"     

"Bukankah kau sendiri yang bilang, jika kalian adalah keluargaku, jadi ayahmu juga ayahku kan? Lalu dimana letak kesalahanku?"     

Ronald menarik nafas panjang, "Bukan maksudku menyalahkanmu, tapi perhatianmu itu__" Ronald tak sampai hati untuk menyampaikan apa yang ada dalam pikirannya.     

"Apa maksudmu sebenarnya Ronald?"     

"Kau mencintai ayahku?"     

Selena tercekat. Seketika matanya tertuju pada Ronald yang juga menatapnya. Tak tahan dengan tatapan Ronald yang begitu mengintimidasi, Selena langsung membuang pandangannya kea rah kolam renang.     

"Jawab Selena." Desak Ronald.     

Selena masih terdiam, dia bingung harus mengucapkan apa, sejujurnya dia memang mencintai Tuan Handoko tetapi dia tahu diri, Tuan Handoko hanya menganggapnya sebagai seorang anak dan tak lebih dari itu.     

"Kenapa kamu tidak menjawab?" Tanya Ronald dengan dahi berkerut.     

"Mana aku berani mencintai ayahmu, Ronald. Aku hanya anak dari seorang lelaki penghancur keluarganya." Ucap Selena dengan nada sedih.     

"Lalu kenapa kamu sedih?"     

Selena menatap Ronald, "Aku anak yang tidak seberuntung dirimu, Ronald. Walaupun kau punya masa lalu yang menyakitkan, tapi kau jauh lebih beruntung dari pada aku."     

Selena mendesah, "Kau punya ayah yang sangat baik dan menyayangimu, kau punya Rena yang mencintaimu, dan dari cerita ayahmu kau punya keluarga angkat yang merupakan teman ayahmu, mereka semua juga menyayangimu, Jelita, Kak Danil semua selalu mendukung mu, tidak seperti aku."     

Ronald menatap Selena yang beranjak berdiri di tepi kolam, rambut pirangnya terurai berkibar tertiup angin, menambah raut sedih di wajah Selena bertambah kelam.     

"Aku tak pernah mendapat kasih sayang dari siapapun, baik ayah atau ubu, ibuku sudah meninggal dari aku masih kecil, dan aku hanya hidup dengan asisten rumah tanggaku, karena ayahku tak pernah memperdulikanku, bahkan ketika aku diculikpun dia tak berusaha menyelamatkanku."     

Selena membalikkan tubuhnya menghadap Ronald yang duduk di kursi taman samping kolam renang yang juga sedang menatapnya.     

"Karena itu kau mencintai ayahku, karena dia bisa mampu mengisi kekosongan dihatimu."     

"Aku sudah bilang padamu, mana mungkin aku berani mencintai ayahmu, bisa bersamanya dan mendapatkan senyuman darinya setiap hari saja itu sudah cukup untukku."     

Tanpa mereka sadari, Tuan Handoko berdiri di balik pintu penghubung antara kolam renang dan ruang makan, Tuan Handoko mendengarkan apa yang disampaikan Selena pada Ronald.     

Tuan Handoko memejamkan mata sekejap untuk meredakan rasa sesak di dadanya yang tiba-tiba saja datang setelah mendengar ucapan dari Selena.     

"Aku tak melarangmu mencintai ayahmu, karena sama halnya dengan diriku, kau layak untuk di cintai Selena, walau itu dari seorang laki-laki yang telah berumur seperti ayahku."     

Selena tercekat mendengar apa yang disampaikan oleh Ronald padanya, begitu juga dengan Tuan Handoko yang mencuri dengar pembicaraan mereka.     

"Ayahku juga berhak mendapatkan cinta lain selain ibuku, walau dari wanita yang seumuran dengan anaknya, ayah selalu hidup sendiri sejak ibuku meninggal, dulu hampir tak pernah aku melihat tawa dari wajahnya, baru setelah ayah tinggal bersama dengan Jelita dan Danil ayah bisa tersenyum dan tertawa, lalu kini setelah ayah bersamamu aku melihat jiwanya kembali hidup, aku bahagia melihat ayah bahagia." Ucap Ronald yang juga bangkit berdiri mensejajarkan dirinya dengan Selena.     

Rena melihat dari atas balkon dengan tersenyum, dia bernafas lega karena akhirnya keluarga suaminya kembali bisa hidup normal selayaknya keluarga yang lain. Selama ini bukannya Rena tak mengetahui apa yang terjadi dengan Tuan Handoko dan masa lalu suaminya yang seorang gay, tapi dia memilih untuk tak mengungkit kembali masa lalu, itulah mengapa dia selalu meyakinkan Ronald bahwa dialah masa depannya. Rena membakar habis cerita masa lalu Ronald dalam benaknya, dia tak ingin membukanya kembali, maka dia mengangap dirinya tak pernah tahu dengan masa lalu suaminya. Ronald yang sekarang adalah Ronald mantan gay yang menjadi pelengkap hidupnya. Dan atas nama cinta Rena menerimanya.     

Di tempat berbeda Tuan Handoko meneteskan air matanya mendengar apa yang diucapkan oleh Ronald, dan perlahan melangkah pergi untuk kembali ke kamarnya, setelah melihat Ronald yang hendak pergi dari tempatnya berdiri saat ini.     

"Ronald." Selena menghentikan langkah Ronald yang sudah berbalik hendak meninggalkan Selena.     

Ronald menoleh pada Selena, lalu Selena berucap, "Terimakasih." Ronald mengangguk kecil sambil tersenyum kemudian pergi meninggalkan selena seorang diri dipinggir kolam.     

Rena membuka pintu kamar ketika mendengar ketukan pintu di kamarnya. Rena memeluk tubuh Ronald erat seraya berucap, "Terimakasih." Ucap Rena didalam dekapan suaminya.     

"Aku yang seharusnya berterimakasih padamu, karena kamu aku jadi menyadarinya, terimakasih istri kecilku." Kata Ronald lalu mengecup pucuk kepala sang istri.     

"Itu sudah kewajibanku untuk mengingatkanmu." Ronald mengangkat tubuh Rena sambil terus memeluknya.     

"Mau bermain?"     

"Tentu, aku sang dominan." Ucap Rena yang membuat Ronald tertawa mendengar apa yang diucapkan istrinya.     

"Baiklah nyonya kecil, aku ikuti permainanmu."     

Rena berguling ke atas tubuh Ronald dan mulai mencumbu suaminya, Ronald dengan senang hati menyambut ciuman istri kecilnya ini, tangan kekarnya memeluk tubuh Rena dan satu tangannya sedikit menekan kepala Rena agar ciuman mereka semakin dalam.     

Rena melepas tautan mereka kemudian beralih mencium rahang sang suami, lembut sapuan bibir Rena membuat Ronald tersulut birahi, apa lagi Rena mulai merambah ke dada bidangnya, mencium dada yang ditumbuhi bulu-bulu halus, Rena beralih ke puncak dada Ronald yang membuat Ronald semakin mengerang nikmat.     

Rena terus melancarkan berbagai aksi penambah gairah yang membuat lenguhan dan desahan terus keluar dari mulut suaminya, Rena duduk diatas kedua paha Ronald lalu dengan gaya sensual melepas gaun malam yang ia kenakan dan membuangnya asal serta melepas kuciran rambutnya, sontak apa yang dilihat Ronald menjadi penambah bumbu gairah.     

Rena kembali memainkan aksinya dengan memainkan benda pusakan sang suami yang menjadi benda favoritnya, bak sedang menikmati lollipop kegemarannya Rena melumat dan menjilat benda tersebut dengan gaya sensual.     

Ronald tambah tersulut gairah ketika rena melepaskan tautan branya, hingga terlihat dua gundukan kenyal yang berukuran cukup besar untuk seseorang seusia Rena.     

Rena kembali mengulang aksinya membuat Ronald tak tahan untuk tak kembali mendesahkan nama Rena, Ronald bangkit dan membalik posisi, kini Rena yang ada di bawahnya dan dengan segera Ronald membalas stimulant gairah yang diberikan oleh sang istri dengan memberikan cumbuan di sekitar leher dan dadanya.     

Mereka terus terhanyut dalam kemesraan penuh cinta hingga dini hari mereka baru menyelesaikan sesi bercinta, lalu mereka tidur dengan Ronald memeluk Rena dari belakang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.