Selena 3
Selena 3
Ketiga orang yang ada disampingnya sontak menatap kearah Rena yang justru memainkan kedua alisnya, dan ketiganya langsung menarik nafas panjang serentak, "Oke." Suara Tuan Handoko cukup member jawaban sekaligus persetujuan, karena dua orang lainnya tak aka nada yang membantah jika sang ayah telah menetapkan keputusannya.
Akhirnya ditetapkan bahwa hari ini mereka akan menghabiskan waktu di pantai.
"Arya, kamu ikut kami jalan-jalan." Ucap Tuan Handoko yang bertemu Arya di ruang keluarga setelah mereka sarapan.
"Maaf Tuan sepertinya saya tidak bisa ikut, karena saya harus mengerjakan tugas kantor."
"Kan bisa besok, atau nanti."
"Mohon maaf sekali lagi Tuan, tapi ini sangat penting karena sepertinya Pak Rey sedang sangat sibuk, jadi tidak bisa menghendel sendirian, mohon maafkan saya." Tplak Arya dengan sopan.
"Baiklah, kamu boleh di rumah dan menyelesaikan tugasmu."
"Trimakasih Tuan, kalau begitu saya permisi dulu." Pamit Arya seraya menunduk.
"Jadi kita hanya berempat saja?" Tanya Selena setelah mendengar penolakan Arya.
Tuan Handoko menatapnya, "Kau keberatan?"
"Tidak." Jawab Selena, tak berapa lama Ronald datang bersama dengan Rena, mereka sudah menggenakan pakaian santai untuk acara mereka di pantai.
"Ayo ayah." Ajak Rena penuh semangat, kemudian melepaskan pegangan tangan Ronald dan beralih mengandeng lengan sang ayah mertua.
Ronald hanya mendesah nafas berat, kemudian berjalan bersisian dengan Selena menuju ke mobil yang telah disiapkan.
Ronald masuk ke kabin kemudi dengan Rena disisinya sedangkan ayah dan Selena duduk di kursi penumpang.
Hampir selama di perjalanan hanya suara Rena yang mendominasi pembicaraan, sedang ketiga orang lain hanya ikut menimpali atau tertawa mendengar candaan yang di keluarkan oleh Rena, sampai waktu perjalanan sekitar tiga puluh menit akhirnya mereka sampai ditempat tujuan.
Rena bergelayut di lengan sang suami, yang berjalan mendahului sang ayah dan Selena yang terlihat cangung dari hari biasanya.
"Om sayang." Panggil Rena pada Ronald.
"Apa sayangku." Jawab Ronald sambil menoleh kearah Rena.
"Lakukan sesuatu agar ayah dan Selena ga cangung kayak gitu."
"Lakukan apa?"
Rena menepuk bibirnya menggunakan ujung jarinya, lalu tiba-tiba menjentikkann jari, "Aku ad aide."
"Apa?" Tanya Ronald.
Kemudian Rena mulai berbisik-bisik di telinga Ronald. Tak lama Ronald mengangguk kan kepalanya tanda jika ia setuju dengan ide dari sang istri.
Ronald dan Rena kemudian menunggu sang ayah yang datang menghampiri mereka, "Ayah, aku mau mengantarkan Rena membeli sesuatu di depan, ayah tunggulah bersama Selena, kami akan segera kembali."
Ronald tak menunggu jawaban dari sang ayah, kemudian Ia langsung pergi bersama Rena kembali ke area parkir mobil.
Tuan Handoko mendesah nafas berat, lalu mengajak Selena untuk menunggu Ronald dan Rena di gazebo dekat pantai, Rena sudah menyiapkan perbekalan mereka di gazebo tersebut, Tuan Handoko menatap semua perbekalan mereka dan Ia baru menyadari jika Ronald sengaja meninggalkan dirinya dan Selena berdua. Lagi-lagi hanya desahan nafas berat yang keluar dari mulut Tuan Handoko.
"Apa yang terjadi ayah?" Tanya Selena menatap Tuan Handoko yang terheran dengan bekal mereka yang begitu banyak.
"Tidak apa-apa, ayo duduk." Ajak Tuan Handoko.
Selena duduk di samping Tuan Handoko yang sedang menatap deru ombak yang saling berkejaran.
"Apa yang sedang ayah pikirkan?" Tanya Selena.
"Kau." Jawab Tuan Handoko tanpa menoleh kea rah Selena.
Selena mengerutkan dahinya, lalu kembali berucap, "Aku? Kenapa ayah? Apa ada yang dengan diriku?"
"Tidak." Lagi, Tuan Handoko hanya menjawabnya dengan jawaban yang begitu singkat.
"Lalu, kenapa ayah memikirkan aku?"
"Tidak apa-apa Selena."
"Ayah, aku tak suka jika ada yang ayah sembunyikan, bicaralah."
"Kau memang keras kepala, dan juga pemaksa." Tuan Handoko melirik Selena sekilas lalu merebahkan tubuhnya di kursi pantai.
Selena mengikuti apa yang di lakukan oleh Tuan Handoko, merebahkan tubuhnya di kursi pantai yang hanya terhalang meja yang berisi makanan dan minuman yang di bawa oleh Rena.
"katakana ayah."
"Kau benar ingin mendengarnya?" Tanya Tuan Handoko pada Selena.
"Tentu saja, aku bahkan sudah mendengar cerita paling menyakitkan yaitu tentang ayahku." Ujar Selena sambil melirik Tuan Handoko.
"Baiklah, dengarkan baik-baik karena aku tak kan pernah mengulanginya, dan tak kan menjawab pertanyaanmu."
"Baiklah."
Tuan Handoko menarik nafas panjang sebelum memulai ucapannya, "Ayah mendengar apa yang kamu bicarakan dengan Ronald semalam."
DEG
Jantung Selena serasa ingin loncat dari tempatnya, Selena mengalihkan pandangannya kearah pantai yang luas dengan deru ombak serta pasir yang berwarna putih.
"Lalu?"
"Benar kau mencintai Tua Bangka seperti diriku?" Tanya Tuan Handoko pada Selena.
"Harusnya tak perlu ayah tanyakan."Jawab Selena dengan pandangan yang tak beralih dari pantai.
"Bahkan kau memanggilku ayah."Sergah Tuan Handoko.
"Itu ayah yang meminta."Tandas Selena telak.
"Ayahmu akan murka."Ucap Tuan Handoko dengan tersenyum.
"Bahkan dia akan membunuhku."jawab Selena dengan nada santai.
"Kau tidak takut?" Tantang Tuan Handoko.
"Aku lebih takut jika tak jujur dengan perasaanku sendiri." Selena menoleh kea rah Tuan Handoko yang sedang terkekeh mendengar jawaban dari mulut Selena.
"Dasar gadis keras kepala."Maki Tuan Handoko kemudian mengambil buah jeruk yang ada diatas meja kemudian membukanya.
"Dasar Tua Bangka kesepian." Balas Selena pada Tuan Handoko yang membuat keduanya tertawa bersama.
Kemudian Tuan Handoko memberikan buah jeruk yang tadi ia kupas untuk Selena.
"Ckckck, aku kira akan diberi berlian, ternyata hanya jeruk, dasar pria tua." Lagi, makian keluar dari mulut Selena namun tak urung dirinya mengambil buah jeruk yang disodorkan kepadanya.
"Itu lebih sehat dari berlian." Ujar Tuan Handoko sambil terkekeh.
Selena mendesah nafas berat, "Dasar pelit."
Tuan Handoko tertawa mendengar perkataan Selena yang bahkan tanpa ekspresi apapun.
"Karena kau gadis nakal dan keras kepala."
"Baiklah, aku memang keras kepala dan juga__nakal." Selena menarik nafas panjang, lalu kembali menoleh kea rah Tuan Handoko.
"Kenapa ayah tidak menikah lagi, setelah istri ayah meninggal, jangan bilang kalau kau terlalu mencintainya, sungguh jawaban yang teramat klise."
"Kenapa ayah tidak menikah lagi? Karena ayah belum bertemu dirimu, keras kepala dan nakal." Ujar Tuan Handoko sambil terkekeh pelan.
"Baiklah, jadi ayah ingin menikah denganku?"
"Setelah membunuh ayahmu, karena kalau tidak maka aku yang akan dibunuh oleh ayahmu." Kemudia Tuan Handoko dan Selena tertawa.
"Kau benar ayah."
"Jangan jadi anak yang durhaka, aku pun tak ingi nmenjadi orang yang pendendam, aku hanya ingin ayahmu bertangung jawab dengan apa yang telah dia lakukan dan berhenti menjadi penjahat."
"Aku setuju."
"Kau hanya merayuku."
"Untuk apa aku merayu Tua Bangka seperti mu?"
Tuan Handoko tertawa terbahak mendengar apa yang dikatakan Selena, kemudian mengajakl Selena berjalan di tepi pantai yang berpasir putih.