Pengorbanan 3
Pengorbanan 3
"Ayah!!" Teriak Selena yang langsung terduduk di atas ranjang.
"Hm." Jawa Tuan Handoko yang masih terpejam di sampingnya memeluk guling membelakanginya.
"Kenapa ayah tidak memelukku? Kenapa ayah malah memeluk guling?" Protes Selena.
"Guling ini lebih empuk Selena, tubuh mu hanya berisi tulang." Jawab Tuan Handoko sambil terpejam.
"Ayah!!"
Tuan Handoko terkekeh mendengar teriakan Selena, sesuatu yang baru ia alami, mendiang istrinya dulu adalah perempuan yang lembut, dan tak pernah memaki ataupun berteriak padanya.
"Dasar Tua Bangka banyak protes." Maki Selena.
Lagi, Tuan Handoko hanya terkekeh geli.
"Selena, kau sadar sedang tidur dengan seorang pria tua, yang bahkan akan encok jika harus tidur dalam satu posisi."
Wajah Selena melembut, benar apa yang di katakana Tuan Handoko, dia adalah pria tua yang tak mungkin bisa tidur hanya dengan satu posisi saja, lagi pula dia sudah terbiasa hidup sendiri tanpa ada yang menemani.
Selena kembali memeluk Tuan Handokodari belakang, meletakkan kepalanya di atas kepala Tuan Handoko.
"Ayah, jam berapa nanti aku berangkat?"
"jam sepuluh. Kenapa?"
"Tidak apa-apa, masih ingin meluk ayah, itu saja."
Tuan Handoko tersenyum, dia masih belum mau merubah posisinya, takut akan membuat Selena terkejut jika mengetahui sesuatu dibawah sana sudah menegang.
"Tidurlah ini masih teramat pagi." Ujar Tuan Handoko.
"Tapi aku sudah tidak mengantuk,"
"Ya sudah, ayah mau tidur lagi."
"Jangan ayah!!."Teriak Selena, sontak Tuan Handoko langsung membuka matanya, kaget dengan suara lantang Selena di kupingnya.
"Selena, kamu berisik sekali."
"Ayah ayo peluk aku."
"Tidak mau."
"Ayah, ayo peluk."
"Tidak Selena."
"Pokoknya harus peluk."
Selena melompat lalu merubah posisi menjadi berhadapan dengan Tuan Handoko yang masih memeluk gulingnya.
"kamu bisa jatuh." Ujar Tuan Handoko.
"Mana mungkin, ranjang ini berukuran cukup besar."
Selena langsung memeluk tubuh Tuan Handoko dari depan dan menarik tangan Tuan Handoko supaya memeluk tubuhnya.
"Huh! Kaun ini nakal sekali Selena." Tuan Handoko memeluk Selena dengan mata terpejam dengan bantal guling yang masih menjadi sekat diantara mereka.
Selena menatap wajah Tuan Handoko yang masih terpejam, seorang pria paruh baya yang seumuran dengan ayahnya, namun masih terlihat bugar dan muda tidak seperti umurnya.
"Bukankah aku seorang pria tua yang tampan?" Ucap Tuan Handoko sambil memejamkan mata.
"Ya, kau benar, kau memang tua Bangka yang tampan, bagaimana tidak? Kau bisa membuatku jatuh cinta."
"Jangan lama-lama menatapku seperti itu, atau selamanya kau tak akan bisa tidur kecuali setelah menatap wajahku."
"Taka pa, aku tak keberatan jika itu terjadi, asal jangan ayah saja yang merasakan itu?"
"Kenapa?"
"Rasa seperti itu terlalu berat, aku takut orang tua seperti mu tak sanggup menangungnya, jadi cukup aku saja."
Tuan Handoko sontak membuka mata lalu mencubit hidung Selena gemas.
"Ayah."
"Hm."
"Bagaimana ayah bisa tidur dengan seorang gadi tanpa melakukan apapun padanya?"
"Maksudmu?"
"Kita bahkan tidak pernah berciuman."
"Cinta dan nafsu itu beda selena, kita tidur satu ranjang dimalam ini tanpa adanya status yang jelas jika kau istriku adalah sebuah kesalahan, apa lagi ayah harus bertindak lebih, itu jauh lebih dari kata salah, sayang."
"Karena ini aku mencintaimu, kau selalu menjagaku."
Tuan Handoko menatap mata biru Selena, lalu berucap dengan lembut, "Aku tak pernah mencintai perempuan selain istriku selama ini, namun bagaimana bisa kau tiba-tiba menerobos masuk ke dalam hati ini, meminta hati ku untuk mencintaimu, hm? Padahal kau adalah anak dari sahabat ku, yang lebih pantas menjadi anakku."
"Cinta itu tak punya mata dan tak punya telingga, hanya punya rasa untuk tau arah keman ia harus pulang dan menuju ke rumahnya."
"Katakan kalau kau mencintaiku, ayah."
"Kenapa?"
"Karena aku ingin mendengarnya."
"Kalau aku tidak mau?"
"Harus mau."
Tuan Handoko mendekati selena, hingga hidung mereka saling bersentuhan. "Aku mencintaimu, Selena." Kemudian Tuan Handoko mencium pucuk Hidung Selena, membuat wajah Selena memerah.
"Ini yang aku takutkan ketika ayah mengatakan cinta padamu."
"Apa?"
"Wajahmu jadi berubah jadi tomat."
"Apa?!"
Tuan Handoko tertawa lalu menjauhkan tubuhnya dari Selena. Namun ternyata Selena lebih kuat, dia langsung bangkit dari tempat tidur dan duduk di atas perut Tuan Handoko.
"Kau mau membunuh pria tua ini, hm?"
"Tentu saja tidak?"
"Lalu kenapa kau duduk disitu?"
"Tubuhku hanya berisi tulang, mana mungkin berat."
Tuan Handoko menyamankan rebahannya, dua tangannya ia lipat lalu jadikan bantal sedangkan pandangannya tertuju pada gadis yang duduk di atas perutnya.
Sejujurnya walau usianya sudah tak muda lagi, namun tubuhnya masih sangat terjaga dan tak kalah dengan kedua anaknya. Tuan Handoko masih rutin melakukan olah raga dan meminum vitamin, alhasil tubuhnya tetap kekar dan wajahnya terlihat awet muda.
Tiba-tiba Selena merebahkan tubuhnya diatas tubuh Tuan Handoko, reflek Tangan Tuan Handoko langsung memegang tubuh Selena supaya tidak terjatuh.
"Aku akan sangat merindukanmu."
"Maka kembalilah." Ucap Tuan Handoko sambil membelai pungung Selena yang tertutup baju tidur lengan panjang.
Tuan Handoko membelai rambut panjang Selena dengan sayang, dia dapat merasakan detak jantung Selena yang bertambah cepat, lalu Tuan Handoko memegang dagu Selena dan menatap gadis di atasnya.
"Kamu takut?"
Selena mengeleng pelan, "Ronald akan menjagamu dengan baik, dia tak kan membiarkan dirimu terluka."
"Aku percaya itu ayah."
"Bukan itu yang membuat aku berdebar."
"Lalu?"
"Karena aku__aku__"
"Kamu ingin apa? Hm?"
"Bolehkan aku menciummu?"
Tuan Handoko mengehentikan gerakan tangannya yang membelai rambut Selena, kedua matanya tertuju pada mata biru perempuan yang berhasil mendobrak pintu hatinya yang tetrkunci rapat selama ini.
Tuan Handoko mendesah nafas berat, kemudian perlahan mengangkat tubuh Selena agar lebih mendekat kearah wajahnya.
"Jangan salahkan ayah, jika kau akan merindukan ini." Perlahan bibir Tuan Handoko mendekat kea rah bibir merah Selena, kemudian menyatukan bibir mereka, Selena terdiam saat bibir Tuan Handoko melumat bibir bawahnya, ini adalah pengalaman pertama bagi Selena berciuman dengan seorang pria. Antara gugup dan aneh yang ia rasakan saat ini.
Tuan Handoko mengendurkan pagutan bibirnya namun dengan cepat Selena menarik bibir Tuan Handoko dan mulai mengulum bibir atas milik pria yang dicintainya. Tuan Handoko tersenyum lalu kembali melumat kedua bibir Selena bergantian, mengigit kecil bibir Selena membuat Selena membuka mulutnya, dengan cepat tuan Handoko meneroboskan lidahnya untuk bergerilya dan membelit lidah Selena, pada awalnya Selena bingung bagaimana cara mengimbangi gerakan lidah Tuan Handoko namun dengan sabar Tuan Handoko terus menggoda lidah Selena, dan akhirnya Selena bisa mengimbangi belitan lidah Tuan Handoko, jadilah kini mereka saling sesap dan saling membelit lidah mereka. Membuat Sensasi bahagia yang luar biasa di hati Selena.
Tak lama kemudian, Tuan Handoko melepas pagutannya. "Jangan bilang ini pertama kalinya untukmu."
"Ini memang ciuman pertama ku, dan aku melakukannya dengan orang yang tepat, aku mencintaimu." Selena kembali mencium bibir Tuan Handoko dan dengan senang hati Tuan Handoko membalas ciuman dari Selena.