Perpisahan 1
Perpisahan 1
"Selena mana, Yah? Kenapa belum keluar juga?" Tanya Ronald pada Tuan Handoko yang berdiri sambil memasukkan kedua tangannya kedalam saku.
"Tunggu sebentar lagi, dia pasti turun." Jawab Tuan Handoko pelan.
"Biar Rena panggilkan." Rena masuk ke dalam rumah lalu masuk ke dalam kamar Selena.
"Ayah ngapain aja semalam sama Selena?" Tanya Ronald sambil memainkan kedua alisnya.
"Ngapain memangnya?" Jawab Tuan Handoko yang langsung menghindari tatapan mata Ronald yang berusaha menyelidik.
"Bukannya semalam kalian tidur bersama?" Seketika wajah Tuan Handoko berubah merah, lalu menatap Ronald.
"Jangan Tanya dari mana aku tahu, Yah. Ronald senang kalau ayah mau membuka hati lagi." Ucapnya sambil tersenyum pada sang ayah.
"Ayah__"
"Selena?" Ucap Ronald yang heran dengan penampilan Selena. Begitu juga dengan Tuan Handoko yang menatap Selena dengan dahi berkerut.
"Ada yang salah?" Tanya Selena sambil melihat penampilannya dari bawah hingga ke atas.
"Kau yakin berpakaian seperti itu untuk bertemu ayahmu?" Tanya Tuan Handoko yang melihat Selena menggenakan celana panjang dipadukan dengan jaket panjang dan kerudung pashmina yang menutupi kepalanya.
"Lho! Dari kemarin kan aku sudah memakai pakaian seperti ini." Jawab Selena cuek sambil menatap Tuan Handoko dan Ronald yang masih menatapnya dengan wajah heran.
"Iya, tapi hari ini kamu akan bertemu dengan ayahmu yang_" Tuan Handoko menghentikan ucapannya ketika satu jari lentik menutup mulutnya.
"Selama ini aku tak tahu kenapa banyak wanita di luaran sana memakai baju seperti ini, namun sekarang aku tahu, Jelita sudah banyak memberitahuku, asal ayah tahu, selama ini bukan aku tidak percaya Tuhan, hanya saja aku tidak punya agama yang aku anut. Kerena dinegaraku tidak ada aturan untuk warganya menganut salah satu agama, tapi kini aku tahu agama yang aku pilih untuk mengantarkan aku pada cinta Tuhan yang sesungguhnya."
"Maksudmu apa Selena?" Tanya Tuan Handoko yang semakin tidak mengerti apa maksud ucapan Selena.
"Beberapa hari sebelum kita berangkat ke negara ini, aku sudah mengikrarkan diri untuk menganut agama Islam, aku diam-diam mengerjakan sholat dibelakang ayah. Karena hafalan sholatku belum sempurna aku malu untuk sholat bareng sama ayah."
Tuan Handoko antara terkejut, bingung, dan entah apa yang ia rasakan saat ini, dia hanya mampu menatap Selena dengan tatapan yang tak berkedip. Begitu juga dengan Ronald sedangkan Rena hanya tersenyum karena sebenarnya Rena sudah tahu dari Jelita, maka dia membiarkan saja ketika Selena mendekati ayah mertuanya. Antara Jelita, Selena dan Rena tak ada satu rahasiapun diantara ketiganya, hanya mereka saling diam terhadap suami masing-masing hingga kebenaran akan terungkap dengan sendirinya.
"Aku senang mendengar itu Selena. Selamat ya, satu lagi kekuasaan Allah aku menyaksikannya sendiri, bagaimana dia membuka hatimu." Ucap Ronald pada Selena.
Selena tersenyum, "Terimakasih Ronald, Rena juga sangat membantuku dalam hal ini."
Ronald langsung menatap tajam kearah Rena yang justru mengendikkan bahu seolah tak tahu apa yang diucapkan Selena.
Tuan Handoko menarik Selena dalam pelukannya. "Semoga Allah selalu menjagamu, sayang." Lalu satu kecupan mendarat di dahi Selena, membuatnya seketika memerah.
"Terimakasih ayah."
"Kalian berangkatlah, jaga diri kalian baik-baik." Kata Tuan HAndoko pada Selena dan Ronald.
Mereka saling berpelukan lalu Ronald dan Selena masuk ke dalam mobil bersama Arya dan seorang sopir.
Ronald melambaikan tangannya dari jendela mobil pada Rena yang bersandar di bahu ayah mertuanya.
Setelah itu, mobil yang membawa mereka meluncur ke jalanan menuju ke bandara. Rena membimbing sang ayah mertua untuk masuk ke dalam rumah, lalu memberikan secangkir teh pada sang ayah.
"Rena, jangan bilang kalau kamu tahu tentang Selena yang menjadi mualaf." Tebak Sang ayah pada menantunya.
"Maaf ayah, bukan maksud Rena untuk berbohong tapi Rena ingin Selena menyampaikan sendiri pada ayah, sebenarnya setelah Rena tiba di sini, Rena di kamar bertukar kabar dengan Kak Jelita, kemudian dia memberitahukannya pada Rena."
"Dasar kalian berdua memang anak-anak yang nakal."
"Maaf ayah."
"Rena, ada satu hal lagi yang ingin ayah tanyakan sama kamu, Nak."
"Apa itu ayah? Tanyakan saja pasti akan Rena jawab sebisa Rena."
"Kenapa kamu tak pernah menanyakan kenapa Ronald harus ke negara C, dan apa hubungannya dengan Selena, atau Ronald sudah memberitahukannya padamu? Ayah tahu kamu masih sangat muda mungkin belum mampu menyerap cerita ini dengan baik, hanya saja kamu sekarang adalah istri Ronald, menantu ayah. Ayah tak ingin kamu menyesal."
"Rena sudah tahu ayah, kak Danil dan Kak Jelita yang menceritakan masa lalu kak Ronald, sama hal nya dengan ayah yang tak ingin aku menyesal, jadi mereka telah menceritakannya pada Rena sebelum Rena menikah dengan Omn Ronald, hanya saja, Rena memilih tidak mengungkit masa lalu Om Ronald dan menganggap jika Rena tak tahu apa-apa, karena bagi Rena masa lalu om Ronald cukup untuk dirinya, dan kini masa depannya bersama Rena. Rena bisa merasakan jika Om Ronald sudah berubah, nyatanya dia pandai membuatkan ayah cucu." Ujar Rena tanpa malu atau sungkan pada sang ayah mertua karena ia menganggap mertuanya seperti ayah kandungnya sendiri.
Tuan Handoko tertawa terbahak mendengar ucapan Rena, ada kelegaan di hati Tuan Handoko karena sejujurnya dia takut jika suatu saat Rena tahu masa lalu Ronald dan akan meninggalkannya. Tapi ke khawatiran itu telah musnah, dan berganti kelegaan sekaligus bahagia.
"Ternyata selama ini ayah salah menilai menantu ayah." Ujar Tuan Handoko lalu menyesap teh nya.
"Salah?" Tanya Rena tak mengerti.
"Ayah kira menantu ayah itu gadis belia yang tak kan dengan bijak menerima masa lalu anak ayah, ternyata kau sangat dewasa dan bijak dalam menangapi masa lalu Ronald, jujur saja ayah takut kau akan meninggalkan Ronald jika tahu masa lalunya, tapi kini ayah lega, karena kau sudah tahu dan ayah juga bahagia, karena menantu ayah adalah perempuan dengan pribadi yang bijak dan dewasa serta cerdas."
"Maafkan Ayah, Rena ayah telah salah menilaimu sebagai gadis manja." Imbuh Tuan Handoko sambil tersenyum pada Rena.
"Tidak apa-apa ayah, mungkin tidak hanya ayah yang berpikir seperti itu, karena memang umur Rena yang masih sangat muda jadi wajar saja jika ayah berpikir demikian." Jawab Rena.
"Tapi Rena memang manja, sih." Kembali Rena berucap sambil nyengir.
"Apa pun itu, ayah tetap bangga sama kamu, karena bisa menaklukkan anak ayah yang selama ini tak pernah dekat dengan wanita manapun kecuali Jelita dan mama angkatnya."
"Ngomong-ngomong tentang mama, Kak Ronald saja manjanya ga ketulungan sama mama."
"Kamu benar Rena, malah pernah Rey sampai cemburu di buatnya." Jawab Tuan Handoko lalu tertawa terbahak.
Seperti itu lah mereka menghabiskan waktu sambil bercerita tentang kehidupan masing-masing, mengertakan hubungan mertua dan menantu agar lebih saling memahami satu dengan yang lain.