Temu Rindu 1
Temu Rindu 1
"Jadi Kingdom Crush itu dalang dari penculikan kita?" Tanya Regan setelah mendengarkan cerita dari Ronald.
"Kau benar, bahkan kini ia sedang mengincar adikku, beberapa kali mama angkat ku dan adik ipar hampir celaka karena ulah anak buah Kingdom Crush yang berkeliaran di negara kita."
"Adik mu? Siapa?" Regan penasaran siapa adik dari Ronald, semua seperti misteri yang harus ia ungkap seluas-luasnya.
"Rey." Jawab Ronald.
"Reynald Sanjaya." Regan memperjelas nama panjang Rey.
"Dari mana kamu tahu?" Tanya Ronald penasaran dari mana bisa Regan tahu siapa adiknya.
"Bukankah dia itu kakak ipar Danil? Sebenarnya hubungan seperti apa diantara kalian?"
"Kamu masih ingat Danil rupanya."
"Tentu saja aku ingat, dia satu-satunya sahabatku, satu-satunya orang yang selalu mendukung ku, dan dia juga yang selalu membelaku."
"Rey adalah adik kandungku, tapi ia dibesarkan oleh orang tua Jelita karena masalah psikollogisku pasca penculikan itu, membuat nyawanya terancam jika dekat-dekat denganku, jadi ayahku memberikan adikku pada keluarga sahabatnya."
"Lalu? Bagaimana Danil bisa menikahi Jelita?"
"Danil di jodohkan oleh ibunya, tapi bukan karena tanpa alasan, Jelita adalah gadis di masa lalu Danil, satu-satunya gadis yang dicintai oleh Danil. Hingga ketika dewasa ibunya menjodohkan mereka tanpa Danil ketahui jika Jelita adalah gadis pujaan hati, bahkan aku dan Danil sempat ingin membunuh Jelita, tapi Jelita bukan perempuan sembarangan, dia dengan mudah menyingkirkan para anak buahku dan Danil. Dan kini justru mereka saling mencintai, bahkan sebentar lagi mereka akan punya anak."
"Benarkah?"
"Hm. Kamu harus ikut aku pulang setelah semua ini berakhir."
"Tapi?"
"Lola? Bawa serta bersamamu, bereskan?"
Regan tersenyum lalu mengangguk, sudah saatnya dia berdamai dengan dirinya sendiri, mereka harus melepaskan masa lalu, dan menatap masa depan.
"Apa ibuku masih hidup?" Tanya Regan.
"Kau akan tahu jawabannya ketika kamu pulang." Jawab Ronald sambil menepuk bahu Regan pelan.
"Ngomong-ngomong apa rencana kita untuk menghadapi Kingdom Crush?" Tanya Regan pada Ronald yang berdiri bersisian dengannya.
"Rey sudah mengajukan kerja sama dengan perusahaan Diego, dan aku sudah membeli saham perusahaannya, walau dia tak kan mengira bahwa akulah yang membeli saham-saham yang terbengkalai milik kingdom crush."
"Lalu, aku akan ke kantornya besok atas nama Rey, dan perlahan aku akan mengambil alih perusahaan itu."
"Perusahaan itu hampir bangkrut, untuk apa kau mengambilnya?"
"Itu permintaan Selena, agar perusahaan itu tetap berdiri untuk mencegah banyaknya pengangguran karena terjadi PHK masal."
"Selena gadis yang baik, berbeda dengan ayahnya, tapi sayangnya dia selalu menjadi sasaran para musuh ayahnya untuk balas dendam."
"Ya, kau benar Regan, bahkan ayahku jatuh cinta padanya."
"Apa?! Yang benar saja, orang tuamu pasti sangat tua."
Ronald terkekeh, "Cinta tidak pernah memandang usia Regan, bahkan Selena seumuran dengan Rey."
"Wow, benar-benar luar biasa, berarti jika aku pulang, aku akan punya ayah yang menyukai daun muda?"
"Kau benar saudaraku."
"Ronald, aku senang kau memanggilku saudara, jujur aku tak menyangka jika kita akan bertemu hari ini, dan kita akan bersama-sama menghancurkan para psikopat anak-anak itu agar tidak ada anak-anak lain yang bernasib sama dengan kita."
"Y, tentu saja, setelah itu kau harus berjanji padaku, Regan. Kamu akan hidup normal seperti orang lain ynag tidak terlibat kejahatan dan permusuhan, dan kembali ke negara kita."
Regan tersenyum, lalu mengangguk. "Aku berjanji padamu Ronald, karena aku juga ingin melihat Lola hidup seperti wanita lain."
"Kau sangat mencintai Lola."
"Ya, aku menyayanginya, orang tuanyalah yang membesarkan ku."
"Dia yang menolongmu?"
"Ya, saat aku dibawa ke negara ini, aku kabur dari para penculik lalu aku bertemu dengan orang tua Lola, dan membawa ku kemari, ke rumah ini."
"Jadi disini tempatmu dibesarkan?"
"Tidak buruk, tempat ini sangat indah, Regan."
"ya, orang tua angkatku mengoleksi banyak senjata, karena memang dinegara ini tak ada tempat yang benar-benar aman, maka kami terbiasa hidup berdampingan dengan senjata dan kekerasan."
"Lalu bagaimana kau bisa bertemu dengan Matt, bukannya dulu dia di negara R?"
"ya, dia lama di negara R, tapi semenjak markasnya di hancurkan oleh pihak berwajib, dia melanjutkan usaha disini, lagi pula sebenarnya Matt asli dari negara ini, di negara R hanya persinggahan, untuk melebarkan usahanya saja."
"Ehm, begitu rupanya.'
"Ronald apa Danil pernah mengingatku?"
Ronald terdiam, sejujurnya Danil tak pernah menceritakan apapun tentang Regan, tapi yang dia tahu Danil tidak pernah punya teman dekat kecuali dirinya.
"Danil tak pernah cerita apapun tentangmu, tapi setahu aku, Danil tak pernah mempunyai teman selain aku, kata ibunya Danil takut berteman, aku tidak tahu jika alasan sebenarnya Danil tak ingin punya teman adalah karena dia tak ingin temannya menderita karena dirinya. Boleh dikatakan dia trauma dengan kejadian yang menimpamu, tapi aku yakin dia sangat mengingatmu hingga kini, aku sangat tahu bagaimana Danil."
"Ini yang tak pernah aku inginkan, Danil menyalahkan dirinya sendiri karena ku." Regan menatap sunyinya malam dari balkon tempatnya berdiri, mengingat bagaimana wajah kecilnya Danil.
"Kau ingin melihat foto Danil?"
Regan menatap Ronald, lalu menjawab "Tidak."
"Jadi besok kau akan ke kantor Diego?"
"Ya, bersama Arya."
"Aku akan mengantar kalian, tapi hanya sampai diparkiran, aku akan menunggu kalian disana."
"Baiklah, sepertinya Lola menunggumu, sebaiknya kau menemuinya." Ujar Ronald saat melihat Lola di depan pintu kamar menatap kearah mereka.
"Baiklah, sepertinya mala mini aku membutuhkan nutrisi yang banyak agar tidurku nyenyak. Selamat malam Ronald."
"Selamat malam, Regan."
Regan melangkah meninggalkan Ronald yang masih setia menatapnya hingga menghampiri Lola lalu menyambar bibir tipis Lola sambil mendorongnya ke kamar Regan. Ronald hanya tersenyum melihat Regan dan Lola yang tanpa malu berciuman di hadapannya.
Ronald merogoh saku celananya, lalu menekan tombol panggil pada istri kecil yang membuatnya benar-benar rindu setengah mati.
"Assalamualaikum sayangku." Sapa Ronald saat panggilannya terjawab.
"Waalaikumsalam, Om." Jawab Rena di seberang telpon.
"Aku merindukanmu."
"Aku juga merindukanmu, Om."
"kamu sedang apa?"
"Baru bangun tidur, disini pagi hampir subuh."
"Di sini baru beranjak malam."
"Apa ayah baik-baik saja?"
"Tentu, seharian kami pergi ke pabrik, aku menemani ayah menggantikan selena."
"Benarkah? Itu bagus."
"Aku tak tega ayah sendirian, apa lagi situasi pabrik belum terlalu baik."
"Terimakasih sayang, karena kau mau menjaga ayah."
"Dia juga ayahku, cepat selesaikan urusanmu, dan lekas kembali, semalam aku susah tidur karena mengingatmu."
Ronald terkekeh, membayangkan wajah Rena saat ini, "Kamu bisa menelponku jika kau tidak bisa tidur."
"Aku tak mau menganggumu, yang aku ingin kan kau cepat menyelesaikan urusanmu dan lekas kembali."
"Baiklah, doakan aku ya, aku akan cepat kembali untukmu. I love you Renaku."
"I love you too Om."