Awal pertempuran
Awal pertempuran
"Assalamualaikum, ayah." Ucap Selena sambil tersenyum.
Tuan Handoko yang berada di layar ponsel Selena pun tersenyum menatap gadis yang selalu dapat mengetarkan jiwanya.
"Waalaikumsalam, sayang." Selena tersipu mendapat panggilan sayang dari Handoko.
"Kenapa wajahmu cemberut?"
"Aku merindukan ayah."
"Bukan itu, pasti ada sebab yang lain."
Selena menyadari dia tak kan bisa berbohong pada Handoko, apapun nyang coba ia sembunyikan tak kan mampu untuk ia pertahankan.
"Ayah, aku sudah menemukan orang yang disekap di lading gandumku."
"Siapa dia?"
"Dia Tuan Gordon, ayah Matt dan juga mantan suami ibuku."
"Lalu?"
"aku mengira, setelah aku menemukan orang yang disekap itu aku punya harapan untuk mengetahui siapa ayahku yang sesungguhnya, karena sikap Diego tak seperti seorang ayah pada anak, dia selalu menghindariku, dan tak pernah bersikap manis padaku walau ia juga tak pernah bersikap kasar juga padaku."
"Itu berarti kuncinya ada di tangan Diego Santez."
"Apa ayah telah menemukan orang yang aku cari?"
"Maaf sayang, aku sudah berusaha menyuruh anak buahku untuk encari informssi sedetail mungkin tentang keluarga Diego, tapi ternyata kedua orang tuanya sudah meninggal dan dia adalah anak tunggal.
Selena mendesah nafas berat, dan wajahnya kembali murung. Tuan Handoko tahu gadisnya sedang putus asa, namun dia juga tahu bahwa gadisnya adalah seseorang yang kuat dan bisa diandalkan.
"Sayang, tatap aku." Ujar Tuan Handoko berusaha untuk menenagkan gadis tercintanya.
Selena kembali menatap wajah yang membuatnya teduh dan merasa tenang, lalu berusaha tersenyum walau hanya sekilas.
"Siapapun ayahmu, percayalah itu tak kan merubah apapun. Kau tetap Selena gadis yang baik dan penuh cinta, dan satu pesanku, jika memang diego adalah ayah kandungmu maka jangan pernah kau membencinya, pasti dia punya alasan mengapa dia bersikap seperti itu padamu."
"Ya, Ayah, kau memang yang terbaik kau selalu tahu suasana hatiku."
"Semoga urusanmu cepat selesai, dank au segera kembali padaku, ingatlah Tua Bangka ini merindukanmu, apa aku harus menjemputmu?"
"Sepertinya."
Tuan Handoko terkekeh, "baiklah tunggulah aku kalau begitu, sayangku."
"Ayah, aku ingin menikah dengan mu, boleh?"
Tuan Handoko terdiam sejenak, bukankah seharusnya dia yang mengatakan hal itu?, "Apa kau tak keberatan hidup dengan pria tua seperti ku?" Tanya Tuan Handoko sambil melepas kaca matanya.
"Tentu saja tidak, sepertinya keputusanku untuk tidur bersamamu waktu itu adalah keputusan yang salah."
"kenapa?"
"Karena kini aku menginginkannya lagi." Ucap Selena sambil tersenyum.
"Begitukah?"
"Ya, itu kenyataannya."
"Aku akan segera datang dan memelukmu erat."
"benarkah? Aku tak percaya kau bisa melakukannya."
"Kenapa tidak? Aku sekalian melamarmu pada ayahmu,"
Selena tertawa kecil, "Baiklah, itu bukan ide yang buruk aku rasa, Bagaimana kalau kita sekalian menikah disini? Dari kecil aku punya keinginan untuk menikah di lading gandum milikku, entah kenapa tapi aku benar-benar menginginkannya."
Tuan Handoko terdiam sejenak, namun wajahnya menyungingkan nsenyuman, "Apapun untukmu sayang." Ucap Tauan Handoko pada akhirnya, yang membuat Selena tersenyum puas.
"Bagaimana Ronald?" Tanya Tuan Handoko.
"Sepertinya sebentar lagi dia menjadi CEO baru, karena dia berhasil membeli sebagian saham kingdom crush, dia luar biasa ayah."
"Ya, aku tahu kemampuannya, kedua anakku memang sangat luar biasa."
"Apa kita juga akan mempunyai anak suatu hari nanti?"
"Apa kau menginginkannya?"
"Tentu saja, tapi jika tidak pun tak masalah karena kita sudah punya dua, atau lebih baik kita membesarkan cucu saja?" Goda selena yang membuat Tuan Handoko tertawa lebar dengan pemikiran Selena. Gadisnya ini memang luar biasa.
Sementara Tuan Handoko sedang sibuk berbicara dengan Selena, Rena tak kalah seru sedang bercakap-cakap dengan seseorang tetapi bukan Ronald, melainkan Jelita dan Rey. Jauh di tiga negara Rey, Jelita dan Rena sudah menyusun renccana secara matang untuk membantu Ronaldmenghancurkan Kingdom Crush.
"Jadi bagaimana rencana kita?" Tanya Rena.
"Kami akan mengarahkanmu pada titiki-titik tertentu agar kau mudah mengenali mana musuh mana kawan." Ujar Rey dengan head phone di kepalanya, disampingnya bersandar Humaira yang ikut menyimak pembicaraan mereka.
"Baiklah, lalu bagaimana jika mereka mengetahui keberadaanku." Tanya Rena.
"Mereka tidak akan tahu jika ada lawan yang lain selain anak buah Matt dan Ronald.
"Ok."
"Besok Ronald akan menghancurkan Kingdom Crush, aku sudah mendapat bocoran dari Arya tentang rencana yang telah mereka susun, sebaiknya kau dan ayah secepatnya berangkat, kalau perlu saat ini juga." Ujar Jelita.
"Aku sudah menghubungi anak buah ayah Richard, besok mereka juga akan sampai di negara C.
Tak lama terdengar pintu kamar Rena terbuka, karena memang sengaja dia tak menguncinya karena ia harus segera bersiap ke negara C bersama Tuan Handoko, mereka tak mungkin diam begitu saja di saat Ronald membutuhkan bantuannya.
"kau sudah mengemasi barang-barang yang akan kau bawa, Rena?" Tanya tUan Handoko mendekati Rena yang sedang berbicara dengna anak dan menantunya.
"Ayah, sapa Rey dan Jelita saat melihat wajah Tuan Handoko di layar laptop mereka.
"Kau harus meminimkan kesalahan Rey."
"Tentu. Aku sudah mengantisipasi tentang segalanya, termasuk merusak sistem komunikasi yang mereka gunakan, dan aku jamin itu tak kan gagal."Ucap Rey penuh kemantapan.
"Aku percaya padamu." Lalu Tuan Handoko beralih pada jelita, "bagaimana kabar cucu ayah?"
"Dia sehat ayah, ayah tak perlu khawatir." Jawab Jelita dengan senyuman manis tangannya meraba perutnya yang mulai membuncit.
"Baguslah kalau begitu, kau harus menjaganya dengan baik."
"Tentu ayah."
"Rena senjatanya sudah kau masukkan ke dalam koper semua?" Tanya Tuan Handoko pada Rena.
"Sudah ayah, sepertinya Aldo sudah berangkat, aku lihat dari sinyal yang terlacak dari pergelangan tangannya." Ucap Selena.
"Ya, Aldo sudah berangkat, baru saja dia mengirim pesan padaku." Ucap Rey di layar Laptop.
"baguslah, kita juga harus segera verangkat, Rena." Ujar Tuan Handoko pada Rena.
"baiklah. Oke kak Rey dan kak Jelita,kami mau berangkat dulu."
"Bailah, kamu hati-hati, ayah berhati-hatilah." Ucap Jelita dan Rey secara bergantian."
"tentu,.
"Assalamualaikum," Rey dan Jelita menutup panggilan viseo mereka pada Rena.
"Ayah tak mengira, kalau kau pandai menembak Rena."
"Aku juara olimpiade menembak ayah."
"Kamu memang luar bisa, Ronald akan terkejut jika dia tahu kemampuanmu." Kata Tuanm Handoko pada Rena sambil menarik koper milik Rena keluar kamar.
"Iya, aku menginginkan keterkejutan itu darinya." Jawab Rena dengan tersenyum.
"Baiklah, ayo kita berangkat." Ajak Tuan Handoko pada Rena untuk segera menaiki mobil yang sudah disiapkan oleh sopirnya di halaman rumah. Besok adalah hari yang penting dan melelahkan untuk mereka.