aku, kamu, and sex

Pertempuran 1



Pertempuran 1

3Mobil Ranger yang dikendarai Regan meluncur di jalanan ibu kota negara C, dibelakangnya menyusul sebuah mobil berkap baja yang dikendarai oleh anak buah Matt, mereka bersama meluncur ke markas Kingdom Crush untuk menumpas habis gangster tersebut.     

Lola menatap layar depannya dengan sangat jeli dan teliti, begitu juga dengan Selena yang duduk persis di sampingnya, di belakang mereka ada anak buah Matt yang sudah sedia dengan senjata full amunisi. Di belakang kemudi ada Regan dan di sampingnya duduk dengan mata menatap tajam ke jalanan, Ronald.     

"Semua sistem telah terkunci, kita harus segera menyelesaikan misi sebelum terjadi kegemparan karena semua sistem komunikasi yang terputus." Ucap Lola.     

"Baiklah, kita bersiap." Ucap Selena, yang juga langsung menyiapkan senjatanya.     

"Selena kamu yakin ikut ke dalam?" Tanya Ronald.     

"Aku barisan paling depan, sesuai rencana." Ucap Selena mantap.     

"Oke." Jawab Ronald dan Regan mengangguk mantab.     

Lola mulai menghitung mundur, karena jarak lokasi markas gangster paling berbahaya itu sudah makin dekat.     

"4, 3, 2,1."     

Ronald langsung mengarahkan tembakannya pada pada penjaga pintu, begitu juga dengan Selena dan Lola, yang langsung membabat habis semua anak buah Diego tanpa ampun, Rey berhasil melacak lokasi di tiap sudut tempat persembunyian anak buah Diego, maka dengan mudah mereka menembak kea rah para musuh.     

Dinegara lain Rey seperti sedang bermain game pertempuran, ia dengan lihai mengarahkan Regan, Selena, Lola dan Ronald. Sedangkan Jelita mengarahkan pergerakan Matt serta Scoot, dan juga Aldo, Rena dan Tuan Handoko yang kedatangan mereka tak pernah di ketahui Ronald dan Selena.     

DOR     

DOR     

DOR     

DOR     

BHOOOAAKKKK     

Bunyi dentingan serta dentuman terjadi di segala arah Matt dan Scoot telah turun dari mobil setelah melihat Selena turun terlebih dahulu.     

"Hati-hati Selena." Ucap Matt pada Selena melalui alat komunikasi hasil ciptaan Rey dan Jelita yang sengaja di bawa oleh Ronald.     

"Kau juga Matt, jangan sampai Molly menjanda sebelum kau nikahi." Balas Selena sambil bercanda.     

"Sialan Kau." Umpat Matt. Sedangkan ucapan mereka yang otomatis dapat di dengar oleh semua yang memakai alat itu membuat semua melirik Matt geli.     

Mereka lalu mengambil posisi sesuai dengan rencana yang sudah mereka susun, Selena berjalan di depan dengan santai, karena semua anak buah Diego tak kan berani mengeluarkan senjatanya pada anak tunggal bos mereka, apalagi kini, ia melihat Selena mengangkat tangannya ke atas dan di belakangnya berdiri Matt sambil mengarahkan senjatanya di kepala Selena.     

Diego yang mendapat laporan dari anak buahnya perihal penyerangan itu, menjadi geram apa lagi yang melakukannya adalah Matt dan anak gadisnya di jadikan Sandra.     

Diego berpikir ini akan mudah baginya karena dia tahu jika Matt dan Selena adalah saudara seibu. Tapi Diego tak menduga jika didalam Tim yang dibawa Matt ada Ronald yang telah menyerahnya secara internal melalui perusahaannya secara telak.     

Bahkan Diego tak menyadari jika Ronald adalah anak laki-laki yang dulu ia culik, dan juga adalah sahabat karibnya Handoko, yang hidupnya ia hancurkan karena cinta pada seorang perempuan yang tak tergapai.     

Maka akan menjadi kejutan yang luar biasa untuk Diego jika hari ini dia akan bertemu dengan Handoko orang yang dianggap sebagai perebut miliknya, walau itu hanya sebatas ansumsi Diego, karena nyatanya sang perempuan lebih mencintai Handoko yang mempunyai sikap yang lemah lembut serta menyenangkan. Dan kali ini mungkin Diego harus mengakui satu kekalahan lagi jika ia mengetahui gadisnya Selena Rodriguez buah hasil memperkosa Carren Rodriguez perempuan yang juga ia cintai telah dimiliki juga oleh Handoko.     

Diego yang sedang berada dalam sebuah pulau langsung terbang menuju markasnya karena pesan yang dikirimkan oleh Matt sebelumnya yang memperlihatkan wajah Selena yang sedang di todong pistol oleh anak buahnya, walau itu hanya rekayasa Matt untuk memancing Diego keluar.     

Tanpa di duga oleh Ronald dan Matt, ternyata Diego telah mengarahkan lebih banyak anak buahnya yang sedang menuju ke markas tempat Matt menyandra Selena.     

"Kau yakin Diego akan datang?" Bisik Matt pada Selena.     

"Aku yakin, jika aku benar anaknya maka dia akan datang, lagipula walaupun aku bukan anaknya, ini adalah markas terbesarnya aku yakin banyak rahasia di dalam sini yang ia sembunyikan, jadi dia harus datang."     

"Kau benar."     

"Ada helicopter mendarat di atas gedung, dan ini tak mungkin Diego, karena waktunya terlalu singkat jika ia datang sekarang."     

"Kawanan semut kembali menyerang, posisi A, D, dan H." Ucap Rey dari alat komunikasi mereka.     

Setelah mendapatkan pesan itu mereka semua langsung menempatkan diri, untuk menanti anak buah Diego yang baru saja datang yang disebut sebagai kawanan semut oleh Rey.     

"Jumlah mereka dua kali lipat dari jumalah yang sudah kalian lumpuhkan." Ucap Rey dengan sigap emngotak-atik computer untuk memprediksikan berapa orang yang berada disana dari sinyal infra red yang sudah di selundupkan oleh anak buah Matt yang menyamar menjadi anak buah Diego.     

"Sebelah kananmu, 4 semut menanti, Kak." Ucap Rey pada Ronald.     

"Regan jarak dua meter dari tempat mu berdiri, sepuluh semut siap menghadangmu."     

"Scoot, kau tunggu disitu, mereka akan mengahampirimu, siapkan lima peluru."     

"Lola, tepat di ruangan belakangmu, ada tujuh semut."     

Rey dan Jelita dengan lancare menyebut jumlah mereka beserta posisinya, kemudian secara otomatis informasi Rey langsung terlacak dari kaca mata yang mereka gunakan.     

"Tiga Dua Satu." Ronald member aba-aba.     

Dor     

Dor     

Dor     

Dor     

Semua bergerak dengan cepat langsung menghadang musuh-musuh mereka, tembakan demi tembakan menggema di setiap sudut ruangan, tiada rasa takut ataupun gentar di hati mereka, yang ada dalam pikiran mereka, Geng itu harus hancur, hingga ke akar-akarnya.     

Dengan santai Regan melempar bom tangan kea rah para koloni yang baru saja datang. Seketika bunyi mengelegar memenuhi gedung yang terdiri dari lima lantai itu.     

Ditempat lain, Rena sedang meyaksikan apa yang sedang terjadi melalui layar monitor, yang berkedip-kedip setiap kali ada bunyi tembakan. Atau bom yang baru saja dilempar,     

Tim biru adalah tim Ronald sedangkan Tim merah adalah Tim musuh, begitulah dia bisa membedakan mana yang musuh mana yang bukan.     

"Bagaimana Rena?" Tanya Tuan Handoko yang baru saja menerima panggilan dari kantornya.     

"Mereka masih bisa mengendalikan ayah, tapi Diego Santez belum muncul." Ucap Selena sambil terus menatap layar laptopnya.     

"Kita akan datang jika mereka terdesak." Ucap Tuan Handoko pada Rena, yang langsung menjawab dengan acungan dua jempol.     

"Sepertinya lawan mereka tidak sebanding ayah, anak buah Diiego kembali datang menggunakan mobil, dan mereka sudah masuk ke basement."     

"Iya ayah bisa lihat itu… Aldo! Bersiap-siaplah." Ujar Tuan Handoko pada Aldo.     

"Baik Tuan." Jawab Aldo yang langsung menyiapkan senjata dan memakai alat pelindung diri, serta alat komunikasi di telingganya.     

"Rena, kau siap?"     

"Tentu ayah." Rena memakai alat keselamatannya, lalu menguncir rambut panjangnya ke atas, dan mengepangnya sampai ke bawah supaya tidak menganggu pergerakannya.     

Dilokasi gedung lima lantai tempat terjadi pertempuran antara dua geng, masih terus berbunyi desingan peluru yang saling serang satu sama lain. Sedangkan Selena sudah masuk ke kantor rahasia milik ayahnya bersama Matt, dan mencari berkas-berkas penting yang dapat mereka jadikan bukti kejahatan.     

"Matt, bantu aku." Ucap Selena ketika akan mengambil brankas yan g tersusun diatas lemari.     

Matt segera mengangkat tubuh Selena, agar dapat menjangkau hingga ke atas lemari, dan akhirnya tangan Selena berhasil membawa box yang Diego sembunyikan di dalam brankas yang hanya Selena yang tahu sandinya.     

"Akhirnya, aku mendapatkan ini." Ucap Selena, dan tanpa aba-aba, Selena lalu mebuka box itu dengan memasukkan angka kombinasi sebagai sandi.     

Matt hanya memperhatikan apa yang di lakukan Selena dengan seksama, sambil terus berjaga-jaga di sekitar ruangan yang mereka tempati.     

Selena menutup mulutnya tak percaya dengan apa yang dia lihat dan ia baca. Matt yang melihat keterkejutan di wajah Selena langsung mendekat dan mengambil alih apa yang baru saja Matt lihat.     

Seketika Matt langsung memeluk tubuh Selena yang bergetar hebat karena tangisan. Ayahnya sungguh kejam, Selena tak menyangka jika ia adalah anak hasil pemerkosaan yang dilakukan oleh Diego Santez pada Carren Rodriguez ibunya. Dan tak itu saja yang ia lakukan semua rencana busuknya pada Tuan Handoko yang selama ini ia lakukan terbongka, kini Selena benar-benar yakin bahwa apa yang dikatakan oleh Tuan Handoko adalah benar.     

Matt memeluk Selena erat, memberikan kecupan di pucuk kepala sang adik yang tertutup jilbab, ia tahu kini Selena benar-benar terluka dengan kenyataan pahit jika dia adalah anak hasil pemerkosaan.     

Darah Matt serasa mendidih mengetahui jika ibunya mengalami banyak penyiksaan dan penganiayaan yang dilakukan oleh Diego Santez. Selena bersandar di dada Matt sambil terus membaca buku diary milik Diego.     

"Kenapa hidupku seperti ini Matt?" Tanya Selena putus asa, dia benar-benar tak menyangka jika dia adalah anak dari seorang psikopat.     

"Apapun sebab kau lahir di dunia ini, kau tetaplah adikku, Selena. Aku dan Daddy tetap menyayangimu." Ucap Matt dengan mempererat pelukannya pada Selena.     

"Matt, apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku bahkan membenci diriku sendiri, aku…aku… adalah anak seorang psikopat, seorang penjahat, seorang yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang dia inginkan."     

"SSSStttt, Selena. Kau ada dunia ini adalah sebuah anugerah, baik untukku ataupun untuk Daddy, jangan pernah membenci dirimu Selena, karena tak ada yan g salah dari dirimu, kau tahu kau adalah gadis yang baik, kau adalah anugerah bagi mereka orang-orang yang tak mampu beli makan, tak punya pekerjaan, kau selalu membantu mereka tanpa pamrih. Aku tahu jauh dari itu semua kau pernah membantu kota M pada saat terjadi kelaparan di daerah sana kan?"     

Selena mengangguk, lalu Matt kembali berucap, "Maka jangan pernah membenci dirimu lagi, kau adalah adikku yang luara biasa, kau adikku yang sangat hebat, hmmm?" Ucap Matt sambil membingkai wajah Selena yang telah berderai air mata, lalu perlahan Selena menganggukkan kepalanya.     

Matt mencium kening Selena dengan sayang, sebelum kemudian terdengar bunyi;     

BrUUkkkk!!!!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.