Pertemuan Richard dan Rey 2
Pertemuan Richard dan Rey 2
"Katakan padaku, apakah Danil membenciku?" Tanya Richard sambil menerawang menatap jendela di depan sana.
Rey menarik nafas panjang, kemudian menjawab, "Danil tak pernah membenci anda, dia selalu diam tak memberi respon apapun jika itu menyangkut dengan anda, beberapa kali dia dipanggil ke kantor polisi untuk member keterangan perihal kejahatan anda, namun dia hanya menjawab seperlunya saja."
"Kenapa dia masih saja membelaku, padahal aku sudah jahat padanya, Kenapa?"
"Karena dia menyayangi anda, andalah keluarga satu-satunya yang Danil miliki saat ini, dan apa anda tahu, mungkin hanya anda yang bisa menolongnya saat ini."
"Apa maksudmu? Aku bahkan akan melakukan apa saja untuk menebus semua yang telah aku lakukan padanya, katakan bagaimana caranya aku bisa menolongnya." Ucap Richard Mahendra sambil menguncang-guncang kedua bahu Rey.
"Dia membutuhkan donor sum-sum tulang belakang anda, untuk membantu kesembuhan Danil, apa anda tahu jika istrinya Danil kini tengah hamil, bayi yang ada di dalam kandungan istrinya butuh ayahnya, jika anda tak mau membantunya mungkin Danil akan___"
"Tidak! Tidak akan terjadi apa-apa padanya, aku akan memberikan sum-sum tulang belakang ku padanya, bahkan jika dia butuh nyawaku sebagai gantinya aku akan memberikannya." Rey terkejut dengan ucapan Richard, dan apa ini Richard akan memberikan segalanya untuk Danil, bahkan nyawanya? Sebenarnya apa isi surat itu hingga mampu merubah Richard yang angkuh bisa berubah secepat ini.
Namun dia bersyukur apapun alasan Richard mau mendonorkan sum-sum tulangnya itu adalah suatu kebahagiaan untuknya dan seluruh orang yang menyayangi Danil.
"Alhamdulilah, anda ternyata masih perduli dengan Danil." Ucap Rey pelan namun penuh penekanan seolah memancing Richard untuk mengatakan apa sebab ia mau membantu Danil.
"Ini adalah caraku menebus dosaku padanya, dosa seorang ayah pada anaknya."
Rey kaget setengah mati mendengar pengakuan tak terduga dari Richard Mahendra.
"Apa maksud anda?" Tanya Rey tak mengerti.
Sama halnya dengan Ronald, Arka dan Arlita yang mendengarkan dialog antara Rey dan Richard, mereka bertiga hanya saling pandang, kemudian kembali menatap layar dan mendengarkan apa yang di perbincangkan oleh Rey dan Richard.
Richard kembali memberikan surat itu pada Rey agar Rey membaca surat dari mendiang ibunda Danil. Dengan sopan Rey menerima surat itu kemudian membacanya perlahan, sambil menajamkan pemahamannya.
Rey menatap Richard dengan tatapan tak percaya setelah Ia selesai membaca surat itu, kemudian Ia meletakkan surat itu keatas meja. Dan kembali menatap Richard yang wajahnya Nampak kuyu dan sendu.
"Lalu apa yang ingin anda lakukan sekarang, Tuan. Tapi maaf kalau saya lancang bertanya seperti ini."
"Saya akan mengakhiri segalanya, saya akan menyerahkan diri kepolisi, tapi saya mohon jangan tangkap anak buah saya, mereka semua orang kepercayaan saya dan mereka adalah orang yang baik, hanya saya yang jahat."
Rey menarik nafas panjang, tak mampu berkata apapun lagi, karena itu adalah mutlak hak Tuan Richard untuk menentukan keputusannya.
"Saya akan menyerahkan diri, setelah saya berhasil mempertemukan kedua anak saya, dan setelah saya mendonorkan sum-sum tulang belakang saya pada Danil, saya siap untuk menerima hukuman atas segala kejahatan saya."
Jauh disana Ronald yang telah mendengar apa yang dikatakan oleh Richard diam-diam mengetikkan pesan kepada anak buahnya untuk menghancurkan pabrik narkoba milik Richard sebelum polisi mengetahui tentang pabrik itu. Ronald tahu ini adalah pelanggaran hukum, namun ia juga tak mau jika Richard akan di hukum terlalu berat atas segala kesalahannya.
Dan cara satu-satunya untuk mengurangi jumlah kejahatan Richard adalah menghilangkan segala barang bukti tentang kejahatan Richard walau tak secara keseluruhan. Sebelum Richard mengakui sendiri kesalahannya.
Yang Ronald harapkan adalah Danil bisa berkumpul lagi dengan ayah kandungnya, dan baru saja Ia mendengar bahwa Ricahrd menyebut kedua anknya, berarti tidak hanya satu bukan. Ronald ingin Danil bahagia, dia tahu betul kisah hidup Danil, dan juga sebaliknya.
Rey menatap lekat pria paruh baya yang sekarang tertunduk dengan kedua tangan menumpu kepalanya.
"Apa yang bisa saya lakukan untuk membantu anda, bagaimanapun Danil adalah adik ipar saya, dan itu artinya anda adalah bagian dari keluarga saya."
"Siapa yang mengajarimu, sehingga kau mempunyai kebaikan seperti itu, padahal aku telah mencelakakan adik mu yang juga menantuku sendiri."
"Allah saja selalu memaafkan hambanya yang mau bertobat dengan sungguh-sungguh lalu apa hak saya untuk membenci seseorang terlebih jika orang itu sudah mengakui kesalahannya."
"Allah, bahkan saya lupa kapan menyebutnya apa lagi mengingatnya." Ucap Richard penuh penyesalan.
"Astaghfirullahaladzim. Anda masih bernafas, itu artinya Allah masih menyayangi anda, karena member waktu untuk anda bertobat, dan mengakui kesalahannya."
"Ya, trimakasih nak Rey."
"Sama-sama Tuan."
"Tolong berikan alamat Danil padaku, aku akan menyusulnya setelah menemukan adiknya Danil."
"Baiklah, saya akan mencatatnya untuk anda."
Rey meraih pulpen di atas meja kemudian menuliskan alamat Danil dan Jelita pada secarik kertas disana. Kemudian memberikannya pada Richard.
"Ini alamatnya, apa ada yang perlu saya lakukan lagi untuk membantu anda?"
"Sudah cukup terimakasih, kau sudah menganggapku sebagai bagian keluargamu, maka jangan lagi panggil aku dengan sebutan Tuan." Ucap Richard sambil menatap Rey dengan senyum.
Rey mengangguk dan tersenyum kemudian berkata, "Baiklah, om Richard."
Richard membuka kedua lengannya meminta Rey untuk memeluknya. Dan tanpa menolak, Rey memeluk erat tubuh pria yang dulu angkuh dan sombong kini lebur karena sebuah kejujuran dari seorang wanita yang dicintainya. Rey menepuk pelan punggung Richard kemudian melepaskan pelukannya.
"Kalau begitu saya permisi dulu, Om." Ucap Rey pelan.
"Baiklah, terimakasih telah datang kemari, ayo aku antar ke landasan."
Rey dan Richard bangkit dari duduknya, tangan Richard merngkul pundak Rey dan berjalan bersama menuju landasan jet pribadi miliki Richard.
Ternyata sang pilot pun telah berada disana bersama anak buah Richard yang langsung menunduk hormat ketika Richard tiba dihadapan mereka.
"Saya pamit, om. Assalamualaikum." Rey mencium pungung tangan Richard membuat Richard semakin terharu, dia bisa menebak berarti menantunya pun semanis dan sebaik itu.
"Ya, pulanglah, waalaikumsalam."
Rey menaiki pesawat Jet pribadi bersama sang pilot, kemudian anak buah Richard member aba-aba untuk siap terbang, Rey menatap Richard yang masih berdiri menunggu hingga pesawatnya mengudara hingga menghilang dari pandangan.