Ahli Waris dan Priest
Ahli Waris dan Priest
"Dalam kata lain, kau tidak bisa mengandalkan kekuatan dari luar.
"Tentu saja, harta karun yang sudah menyatu dengan tubuhmu dan senjata peninggalan kuno lainnya masih boleh dibawa ke medan pertempuran. Tapi, hanya satu orang yang boleh membawanya."
"Siapa?"
"Priest."
Supreme Saint Jiuling menambahkan, "Masing-masing dari Tujuh Dunia Shatuo akan memilih satu orang Priest. Priest itu boleh membawa senjata dewa, tapi senjata itu hanya boleh digunakan satu kali."
"Karena Priest hanya boleh menggunakannya satu kali, lalu kapan senjata itu digunakan?" tanya Zhang Ruochen.
"Daratan Zuling sedang berada di ujung penghabisan." Kata Supreme Saint Jiuling. "Sehingga, para Saint King dari kedua belah pihak telah mundur dari tempat itu. Akan tetapi, jika ada Saint King dari Ras Luosha yang masih bersembunyi di Daratan Zuling, maka itu akan menjadi bencana bagi para Biksu dari Tujuh Dunia Shatuo.
"Senjata dewa yang dibawa oleh Priest dapat digunakan untuk menanggulangi hal-hal semacam itu.
"Lantas, jika Ahli Waris terlalu bersikap mendominasi, hingga membuat keputusan yang salah dan berbahaya, maka Priest juga dapat menggunakan senjata dewa untuk... membunuhnya."
Saat mengatakan itu, Supreme Saint Jiuling menatap Wu Hao dalam-dalam.
Ekspresi Wu Hao sama sekali tidak berubah, tapi ketakutan muncul di matanya.
"Mulai sekarang, hanya tujuh Ahli Waris dan Priest yang tahu letak keberadaan senjata dewa," kata Supreme Saint Jiuling. "Jangan beritahukan hal ini kepada para Biksu lainnya. Karena hanya ini satu-satunya cara kita untuk menanggulangi ketidakpastian."
Zhang Ruochen menatap pedang saint di tangannya. Samar-samar, dia merasakan energi yang mengerikan dari dalam pedangnya. "Apa ini adalah senjata dewa?"
"Ya." Supreme Saint Jiuling mengangguk.
Setelah itu, Zhang Ruochen memasukkan pedang saintnya ke dalam Cincin Ruang untuk berjaga-jaga.
"Pertempuran Merit untuk para Biksu, Saint King, Supreme Saint, dan Dewa akan terjadi secara konstan. Oleh karena itu, setelah kalian memasuki Daratan Zuling, maka segala sesuatunya berada di tangan kalian. Jangan pernah mengandalkan bantuan orang lain. Di pundak kalian masing-masing, di sana ada beban yang sangat berat. Kalian harus bisa menjaga eksistensi Daratan Guanghan. Kalian harus bekerja sama untuk mendapatkan lebih banyak merit dan memusnahkan lebih banyak Ras Luosha."
Supreme Saint Jiuling terdengar sangat serius. Bahkan, intonasi bicaranya agak murung.
"Supreme Saint, Anda tidak perlu khawatir. Mungkin begitu juga dengan Dewi Bulan. Dengan aku dan Saudara Zhang di sini, maka kami akan mempertaruhkan nyawa demi mengumpulkan merit."
Wu Hao menepuk pundak Zhang Ruochen dan tertawa renyah.
Lantas, Supreme Saint Jiuling mengatakan bahwa pertempuran merit itu akan diselenggarakan 10 hari kemudian.
Setelah Zhang Ruochen dan Wu Hao pergi dari sana, maka ketiga sosok papan atas Daratan Guanghan langsung terdiam.
Satu detik kemudian, Kaisar Jimie bicara lebih dulu. "Untungnya, Daratan Kunlun baru saja bergabung dengan Dunia Langit. Jika tidak, maka Daratan Guanghan akan berada di peringkat terakhir dan menjadi korban selanjutnya."
"Para Dewa di Dunia Langit telah memperbolehkan Daratan Kunlun untuk bergabung bersama kita. Mungkin mereka sudah merencanakan sesuatu dan menjadikan tempat itu sebagai medan pertempuran selanjutnya," kata Supreme Saint Jiuling. "Apalagi, ada begitu banyak harta karun yang tersimpan di sana. Bahkan para Dewa pun akan merasa tertarik."
Terdengar suara Elder Wu. "Semuanya, jangan remehkan Daratan Kunlun. Seratus ribu tahun silam, Daratan Kunlun pernah menduduki peringkat lima di Catatan Merit Puluhan Ribu Dunia. Mereka hampir menjadi pusat peradaban di semesta barat. Walaupun selama 100.000 tahun belakangan ini mereka sedang mengalami masa-masa kegelapan, tapi sesungguhnya mereka sangat kuat. Kalau mereka memiliki beberapa taktik tersembunyi dan mendapatkan lebih banyak merit daripada kita, maka ini akan menjadi bencana bagi Daratan Guanghan.
Kaisar Jimie dan Supreme Saint Jiuling mengangguk bersamaan. "Apapun itu, kita tidak punya pilihan lain dalam pertempuran merit kali ini. Yang jelas, kita harus mengerahkan segenap upaya demi memenangkan pertempuran itu, meski nyawa kita yang menjadi taruhannya."
Setelah Konferensi Seribu Biksu berakhir, semua Supreme Saint dari Daratan Guanghan kembali ke wilayah saint masing-masing dengan membawa Six Saint to the Sky Wine dan Divine Hua Pill.
Mereka harus mencetak lebih banyak Biksu dalam kurun waktu 10 hari.
Setiap kelahiran Biksu akan semakin mempengaruhi kemenangan mereka.
Semua Biksu dan Saint King yang menghadiri konferensi tinggal di Wilayah Saint Tongyou, tempat tinggalnya Dewi Bulan. Mereka menunggu di sana sampai pertempuran merit dimulai.
Setelah terbang turun dari Gunung Dewi Bulan, Wu Hao membawa Zhang Ruochen ke tempat tinggal para Biksu.
Di sepanjang perjalanan, Wu Hao bertanya, "Saudara Zhang, seharusnya kau adalah Biksu yang dibawa kemari oleh Dewi Bulan, kan?"
"Benar. Karena Dewi Bulan, aku bisa datang ke Dunia Langit," kata Zhang Ruochen.
"Kau baru saja menembus level Heaven Pass, tapi kau telah mampu menandingi Jikong Po. Apa kau telah menguasai Fisik Complete Constitution atau malah Fisik Supreme Complete Constitution?"
Zhang Ruochen berhenti berjalan dan menoleh ke arahnya.
Wu Hao tersenyum. "Maaf kalau aku mengusikmu! Ini adalah privasimu. Seharusnya aku tidak bertanya seperti itu. Mari, Wilayah Saint Tongyou adalah rumahku. Apapun itu, tapi aku harus menyambutmu. Boleh, kan?"
Wu Hao adalah sosok yang sangat cerdas. Zhang Ruochen masih kesulitan untuk memahaminya.
Oleh karena itu, Zhang Ruochen tidak tahu bila tindakan Wu Hao berdasarkan pada kepribadiannya atau karena merasa takut dengan senjata dewa.
Tentu saja, Wu Hao adalah seorang Ahli Waris. Zhang Ruochen harus menghargainya, sehingga ia ikut dengannya untuk mengadakan pesta penyambutan.
Zhang Ruochen bukanlah satu-satunya tamu Wu Hao. Dia juga mengundang Su Qingling, Ling Mi, Wen Shusheng, Bu Ji, Jikong Po, dan yang lainya. Secara keseluruhan, mereka berjumlah 100 orang. Masing-masing dari mereka adalah para Biksu level atas di Daratan Guanghan. Sebagian besar dari mereka sudah berada di level Biksu mutlak.
Mereka meminum Six Saint to the Sky Wine racikan Penggila Alkohol.
Melalui pesta itu, Zhang Ruochen tahu bahwa Penggila Alkohol dan Gu Songzi tinggal di Wilayah Saint Tongyou.
Sosok pemimpin di wilayah ini adalah Elder Wu, salah satu di antara tiga petinggi.
Karena dukungan penuh dari Elder Wu-lah, akhirnya mereka mampu meracik begitu banyak Six Saint to the Sky Wine dan Divine Pill Hua dalam waktu singkat.
Setelah minum-minum beberapa ronde, Jikong Po tiba-tiba bangkit berdiri. Matanya tampak agresif. Dia mengerang dan langsung menghancurkan meja perunggunya. Lantas, dia berjalan ke arah Zhang Ruochen dan berkata, "Aku tidak sanggup mengalahkanmu di Istana Dewa Guanghan. Hal itu membuatku merasa terhina. Tapi semua itu terjadi karena di sana terdapat tekanan dewa. Sehingga, aku tidak bisa mengerahkan segenap kemampuanku. Sekarang ini, apa kau berani bertarung melawanku? Kita akan bertarung secara adil, satu lawan satu."
Jikong Po adalah sosok pertapa tak tertandingi di tingkatan alam yang sama. Hanya ada segelintir pertapa yang sanggup bertahan dari tiga serangannya.
Oleh karena itu, dia menganggap bahwa peristiwa di Istana Dewa Guanghan telah membuatnya malu.
Zhang Ruochen masih duduk dengan tenang di samping meja. "Kenapa aku harus bertarung melawanmu?" tanyanya dengan tampang datar.
"Apa kau takut kalah?" kata Jikong Po dengan nada menghina.
"Dalam hidupku, aku telah kalah berkali-kali," kata Zhang Ruochen. "Kenapa aku masih takut dengan kekalahan? Hanya orang-orang yang tidak pernah kalah sepertimu, yang akan menganggap kekalahan sebagai penghinaan."
Su Qingling sedang duduk di samping Zhang Ruochen. Tiba-tiba, dia bangkit berdiri dan berkata dingin, "Jikong Po, ada apa denganmu? Apa kau ingin bertarung? Kalau begitu, lawan aku."
"Ini bukan urusanmu. Ini adalah konflik di antara diriku dan Zhang Ruochen. Aku ingin mengalahkannya dengan adil, agar dia paham dengan kemampuannya sendiri."
Cahaya saintly dahsyat menyeruak dari tubuh Jikong Po, hingga mengguncang Energi Chi di sekitarnya.
Ketika itu, Wu Hao – yang sedang duduk di depan – menurunkan gelas perunggunya secara perlahan. "Jikong Po," katanya tenang. "Minta maaf kepada Priest."
Seketika itu juga, pesta penyambutan mendadak berubah menjadi hening.
Yang jelas, kata-kata Wu Hao mengandung energi saintly yang sangat besar.
Sementara itu, Jikong Po sendiri juga takut kepada Wu Hao. "Aku cuma ingin menantangnya," katanya. "Ada apa? Kenapa aku harus minta maaf?"
"Apa kau kira mengusik Priest bukanlah kesalahan? Statusnya jauh lebih tinggi daripada dirimu," tanya Wu Hao. "Jika kau tidak ingin mengikuti aturan, bukankah membawamu ke Pertempuran Merit sama halnya seperti menambah-nambah masalah? Minta maaf sekarang juga. Ini adalah terakhir kalinya aku bicara seperti ini."
"Memangnya kenapa jika aku tidak ingin minta maaf?"
Jikong Po adalah sosok yang bangga terhadap dirinya sendiri. Dia merasa terhina bila sampai meminta maaf pada Zhang Ruochen. Bagaimana mungkin dia meminta maaf dan mengakui kesalahannya?
Boom!
Bayangan tangan raksasa terjatuh dari langit.
Setelah itu, lubang sepanjang puluhan meter muncul di tengah aula pesta penyambutan. Sekujur tubuh Jikong Po bersimbah darah, dan pria itu merangkak di dasar lubang, sambil gemetar.
Semua Biksu yang hadir menahan nafas masing-masing. Mereka pun menoleh ke arah Wu Hao.
Wu Hao masih duduk dengan tenang. Dia menarik tangannya pelan dan mendengus. "Jangan kira aku takut memberimu pelajaran karena kau adalah putra Kaisar Jimie. Pertempuran Merit di kemudian hari berkaitan langsung dengan eksistensi Daratan Guanghan. Kita harus bersatu. Jika masih ada lagi yang ingin membuat masalah seperti Jikong Po, jangan salahkan sikapku nanti."
Lantas, Wu Hao mengangkat kembali cangkirnya, lalu mengangguk ke arah Zhang Ruochen. "Semuanya, silahkan dilanjut minum-minumnya."
Bu Ji duduk di samping Zhang Ruochen. Sambil menatap Jikong Po yang berada di dasar lubang, maka seketika itu pula dia langsung merinding. "Bangs*t. Wu Hao sangat kuat!" katanya sambil mengirimkan telepati ke telinga Zhang Ruochen dan Su Qingling. "Dia hanya menyerang seperti itu, tapi sudah berhasil melumpuhkan Jikong Po."
Zhang Ruochen bisa menilai bahwa serangan Wu Hao dapat berarti dua hal; antara ingin dekat dengannya atau ingin mengintimidasinya.
Meski begitu, ekspresinya tidak berubah. Zhang Ruochen mengangkat gelasnya dan meneguk winenya.
"Apa kau benar-benar sering kalah dalam hidup ini?" tanya Su Qingling dengan penasaran.
"Apa itu aneh?" balas Zhang Ruochen.
Su Qingling terkekeh. Dia menggigit bibir seksinya. "Kau punya Fisik Supreme Complete Constitution. Seharusnya kau tidak tertandingi, kan? Memangnya siapa yang sanggup mengalahkanmu?"
Zhang Ruochen tersenyum. "Jika kau menang, artinya musuhmu yang terlalu lemah. Bila kau pernah kalah, artinya kau sedang bertemu dengan musuh yang sangat tangguh.
"Tentu saja, kekalahan adalah hal yang baik. Paling tidak, artinya kau masih hidup dan punya kesempatan untuk membalikkan keadaan. Tapi di pertempuran merit berikutnya, di sana tidak ada menang atau kalah. Di sana hanya ada kehidupan dan kematian."