Kaisar Dewa

Bertemu Marquis Kedua



Bertemu Marquis Kedua

0Selanjutnya, Zhang Ruochen kembali menggunakan kekuatan ruang. Dia melepaskan Ruang Celah dan melesat maju.     

Ruang celah – selebar ratusan meter – membentur formasi tipe menyerang yang melayang di udara. Seketika itu juga, ruang celahnya berhasil merobek formasi lawannya menjadi dua. Setelah itu, inskripsi-inskripsi formasinya hancur berkeping-keping.     

Dewa Demonic Luosha – yang berdiri di tengah formasi – juga telah dihancurkan.     

"Ruangannya... baru saja terbelah..."     

"Dia adalah kultivator ruang. Astaga, ternyata dia adalah pertapa tangguh yang menguasai kekuatan ruang."     

…     

Semua Marquis Luosha merasa tertegun. Saat mereka kembali menatap Zhang Ruochen, sorot mata mereka langsung dipenuhi rasa ketakutan.     

Mereka semua mundur ke dalam lapisan terakhir formasi pertahanan. Lantas, mereka mulai membentuk Nine Nine to One Formation.     

Di waktu yang sama, formasi tipe menyerang – yang ada di daratan – juga diaktifkan. Energi destruktifnya menyembur ke arah Zhang Ruochen.     

Zhang Ruochen mengeluarkan Sarira Buddha dan menggenggamnya di tangan.     

Chi Suci terlepas dari ketujuh lubang di tangan kiri dan masuk ke dalam Sarira. Seketika itu juga, dia melepaskan kekuatan Supreme Saint.     

Whoosh!     

Ribuan inskripsi Buddha mulai mengitari Zhang Ruochen, hingga berubah menjadi bola cahaya selebar puluhan meter.     

Di waktu yang sama, Zhang Ruochen juga melepaskan Pola Ruang. Dia mengendalikannya dalam radius 10 meter.     

Saat serangan formasi itu berada di jarak 10 meter darinya, maka separuh serangannya langsung ditangkis oleh Sarira, sedangkan separuh lainnya ditahan oleh Pola Ruang.     

Zhang Ruochen menggenggam Sarira di satu tangan dan membawa Pedang Kuno Abyss di tangan lainnya. Dia melangkah maju dan bergerak mendekati formasi pertahanan tersebut.     

Boom!     

Tiba-tiba, bayangan pukulan menembus pertahanan Sarira dan menekan jantung Zhang Ruochen.     

Bayangan pukulannya terbentuk dari prinsip-prinsip Saintly Way. Terdapat black hole di tengah pukulan tersebut. Lubang hitamnya berhasil menghisap energi Sarira.     

"Akhirnya aku bertemu dengan figur tangguh Ras Luosha," pikir Zhang Ruochen.     

Energi yang terkandung di dalam bayangan pukulan itu sangat abstrak dan agresif. Yang jelas, sosok ini sangat terampil dalam Ilmu Pukulan.     

Setidaknya, Zhang Ruochen masih belum menguasai Ilmu Pukulan sampai di level itu.     

Dia mengangkat Pedang Kuno Abyss dan mulai menyabetkannya. Pedangnya mulai berbenturan dengan bayangan pukulan yang datang ke arahnya     

Boom!     

Energi dahsyat menjalar menuju Pedang Kuno Abyss, hingga membuat Zhang Ruochen mundur 14 langkah. Setiap langkahnya meninggalkan lubang di tanah.     

Pedang Chi dan energi pukulan itu sama-sama masih bertahan di udara untuk beberapa lama.     

Sosok elder berjubah putih sedang berdiri di hadapan Zhang Ruochen. Pedang Chi dan energi pukulannya sama-sama menghilang setelah mereka menyebar hingga 10 kaki.     

Elder berjubah putih itu dikenal sebagai White Feather. Dia sudah berada di puncak Biksu mutlak dan merupakan sosok Marquis Kedua.     

Mata tuanya mulai menginvestigasi Zhang Ruochen, sebelum akhirnya mengangguk. "Walau masih muda, tapi kau sudah begitu kuat," katanya. "Kau bukan lawan yang mudah untuk dikalahkan."     

Zhang Ruochen menusukkan Pedang Kuno Abyss ke dalam tanah. Sambil memijat tangannya yang sakit, dia berkata, "Teknik pukulanmu tergolong ke dalam mantra suci level menengah?"     

"Pukulan Sky Swallowing memang sudah berada di level menengah. Namun, aku sudah mempelajarinya selama lebih dari 300 tahun dan baru berhasil menguasainya sedikit. Aku sama sekali belum menyempurnakannya."     

Saat White Feather bicara, suaranya terdengar serak.     

Mantra suci atau teknik saintly juga diklasifikasikan ke dalam level rendah, menengah, atas.     

Berdasarkan pada kultivasi dan pemahaman Saintly Way seorang Biksu, maka mereka akan dianggap luar biasa setelah menguasai teknik di level menengah.     

Pada umumnya, hanya Saint King yang sanggup mempelajari teknik-teknik level menengah. Karena hanya Saint King-lah yang punya energi untuk melepaskan teknik level menengah.     

Sebaliknya, White Feather telah menguasai mantra suci di level menengah. Hal itu membuktikan bahwa dia memang punya talenta yang besar dalam Ilmu Pukulan dibandingkan para pertapa lainnya.     

Zhang Ruochen kembali menarik Pedang Kuno Abyss-nya. Kini, auranya menjadi semakin tajam. "Ayo bertarung," katanya.     

Saat berhadapan dengan Marquis Kedua, maka Zhang Ruochen tidak perlu menggunakan serangan tentatif. Sebaliknya, dia memilih untuk mengerahkan segenap kemampuannya. Akibatnya, kehendak pedang yang kuat mulai terbentuk dari pedangnya, hingga berubah menjadi ombak pedang Chi. Serangannya mulai bergulung-gulung ke arah White Feather.     

Di waktu yang sama, dia mengaktifkan semua inskripsi di dalam Pedang Kuno Abyss. Setelah mengaktifkan kekuatan penuhnya, maka dia menusuk ke arah depan dan meninggalkan cahaya pedang di belakangnya.     

"Pencapaianmu dalam Ilmu Pedang juga lumayan," kata White Feather.     

Lantas, dia merentangkan kedua tangannya ke arah depan. Sebuah black hole muncul di masing-masing tangannya. Terdapat pusaran angin hitam di baliknya.     

"Pukulan Sky Swallowing."     

Dia mendorong kedua tangannya dan mulai menghancurkan semua pedang Chi, hingga berhasil mengubahnya menjadi gumpalan asap putih.     

Di waktu yang sama, kedua pusaran itu saling tumpang tindih. Energi yang menyeruak darinya menjadi 10 kali lipat lebih besar daripada sebelumnya. Alhasil, batu-batu di tanah mulai terangkat naik ke udara.     

Boom!     

Kedua serangan mengerikan itu bertemu di satu titik. Akibatnya, itu membuat permukaan tanahnya terguncang, dan menimbulkan celah sepanjang ratusan mil.     

Selama ini, White Feather selalu hidup di medan pertempuran, dan membuatnya kaya akan pengalaman bertarung. Setelah melancarkan Pukulan Sky Swallowing, dia kembali menggunakan teknik bergerak dan pindah ke samping Zhang Ruochen. Kemudian, dia menyerang dengan menggunakan rune darah.     

"Rune Pembunuh Biksu."     

Rune itu berubah menjadi cahaya merah darah. Runenya terbang hingga beberapa kaki jauhnya dari Zhang Ruochen, sebelum akhirnya meledak. Rune itu melepaskan cahaya merah yang menyilaukan.     

Zhang Ruochen menggenggam Monument Shield demi menangkis rune tersebut.     

Akan tetapi, terdapat ribuan sambaran petir yang terlepas dari Nine Nine to One Formation di dalam formasi pertahanan. Mereka terhubung bersama, hingga membentuk 12 raksasa petir yang menyambar Zhang Ruochen.     

Pria itu hanya bisa menggunakan Pedang Kuno Abyss untuk menghalau serangan mereka secara horizontal.     

Boom!     

Setelah dua kali benturan hebat, Zhang Ruochen pun terhempas ke belakang dan mendarat di jarak belasan mil jauhnya. Organ-organ intinya terguncang keras. Itu membuatnya dilanda rasa sakit yang luar biasa.     

Tanpa menyia-nyiakan kesempatan ini, White Feather kembali melancarkan serangan, sesaat setelah Zhang Ruochen mendarat. Cahaya putih terlepas dari balik lengan bajunya. Cahaya itu berubah menjadi dua awan saintly.     

Zhang Ruochen memicingkan matanya. Dia menemukan dua skeleton berbentuk manusia di balik kedua awan tersebut.     

Tulang-tulang mereka tampak cemerlang bak terbuat dari permata. Mereka memancarkan aura saintly yang kuat.     

Seandainya mereka masih hidup, seharusnya mereka merupakan para figur tangguh. Walau mereka masih belum mencapai level Supreme Saint, setidaknya mereka sudah berada di puncak Alam Saint King.     

Zhang Ruochen kembali mengangkat Monument Shield-nya. Kemudian, sambaran petir dan api menyeruak dari permukaan tameng dan membentuk tugu dewa raksasa.     

Boom.     

Kedua skeleton itu berhasil menghancurkan tugu dewa raksasa dan menghantam Monument Shield keras-keras. Akibatnya, Zhang Ruochen kembali terhempas ke belakang.     

Di waktu yang sama, tiga Nine Nine to One Formation dan puluhan serangan formasi lain kembali menghujamnya. Mereka sedang membantu White Feather untuk membunuh Zhang Ruochen.     

Setelah terkena serangan bertubi-tubi, Bunga Suci Karnivora akhirnya terluka parah. Zhang Ruochen kembali menyimpannya ke dalam tubuh.     

Dia masih terus menggunakan teknik bergerak, sambil berusaha menghindari serangan formasi mereka, dan bertempur melawan White Feather. Ketika itu, suara-suara ledakan terus menggema di udara.     

"Junior manusia, kalau kau tidak menggunakan kekuatan ruangmu, mungkin kau akan mati di tempat ini."     

White Feather paham kalau Zhang Ruochen sanggup memanipulasi ruang, hingga ia tidak bergerak mendekatinya. Dia hanya mengendalikan kedua skeleton itu untuk menyerang dari jauh.     

Terdapat banyak inskripsi di dalam kedua skeleton tersebut. Mereka telah dimurnikan, hingga berubah menjadi Senjata Saint Sepuluh Ribu Inskripsi berbentuk manusia. Oleh karena itu, setiap serangan mereka sangat agresif, dan hampir mirip seperti separuh energi Ten Thousand Lines of Destruction.     

"Kau memang kuat, tapi tidak ada gunanya memaksaku menggunakan kekuatan ruang. Karena pertempuran ini memang baru saja dimulai."     

Zhang Ruochen berhenti bergerak mundur. Dia mengaktifkan Chi Suci di dalam tubuhnya, lantas mengalirkannya ke dalam sarung tinju di tangan kanan. Sarung tinjunya pun berubah menjadi Hundred Saint Blood Armor – yang melingkupi sekujur tubuhnya.     

Lantas, armornya memancarkan cahaya menyilaukan. Seribu bayangan biksu terbang keluar dari balik armor. Masing-masing dari mereka merupakan Biksu level rendah.     

"Kekuatan Seratus Biksu."     

Zhang Ruochen mendorong kedua tangannya ke arah depan.     

Setelah melepaskan kekuatan 100 Biksu, dia melepaskan Pukulan Naga dan Gajah Prajna.     

Seketika itu juga, ribuan bayangan naga dan gajah mulai bermunculan. Mereka bergerak maju dan mulai membantai kedua skeleton tersebut.     

Kaboom.     

Kedua bayangan pukulan Zhang Ruochen mengenai dada para skeleton tersebut, hingga berhasil menghempaskan mereka. Setelah itu, mereka membentur dinding formasi pertahanan keras-keras.     

Karena tidak ingin membiarkan White Feather kembali mengendalikan mereka, maka Zhang Ruochen langsung melompat. Dia melesat maju dan berada di depan White Feahter, "Naga Sembilan Hari," teriaknya.     

Itu adalah gerakan kesepuluh Pukulan Naga dan Gajah Prajna.     

Meski begitu, ekspresi White Feather sama sekali tidak berubah. Dia juga mengaktifkan Chi iblis di dalam tubuhnya, sambil mendorong tangannya ke depan dan melepaskan Pukulan Sky Swallowing.     

Kedua pukulan itu bertemu di satu titik, dan menimbulkan suara yang menggelegar, persis seperti suara benturan dua gunung besi.     

Gerakan kesepuluh Pukulan Naga dan Gajah Prajna memang sedikit lebih lemah dibandingkan Pukulan Sky Swallowing, namun Zhang Ruochen mendapatkan bantuan energi dari Seratus Biksu. Sehingga, itu membuatnya mirip seperti Dewa Perang, yang tidak akan bisa diremehkan begitu saja oleh White Feather. Alhasil, White Feather pun dipaksa untuk bergerak mundur.     

"Tungku Naga dan Gajah."     

Zhang Ruochen kembali mengubah taktik serangannya. Pada saat ini, sekujur tubuhnya telah terbakar oleh api. Bagaikan tungku ilahi, dia kembali berbenturan dengan White Feather.     

Api yang menyeruak dari tubuh Zhang Ruochen adalah Divine Fire Jingmie. Setelah dikombinasikan dengan kekuatan Seratus Biksu dan Pukulan Naga dan Gajah Prajna, maka energi yang dilepaskan berada di titik maksimal.     

Boom.     

White Feather terhempas ke belakang. Dia mendarat di bawah formasi pertahanan.     

Dia mengangkat kedua tangannya. Sarung tangan besinya telah meleleh, sedangkan tangannya berdarah.     

"Ternyata itu adalah Divine Fire Jingmie."     

Ekspresi White Feather berubah menjadi murung. Dia kembali menatap Zhang Ruochen dan itu membuatnya tercekat.     

Pemuda itu bukan hanya memiliki pencapaian yang tinggi dalam Ilmu Pukulan dan Pedang, tapi dia juga memiliki Divine Fire Jingmie dan sanggup mengendalikan ruang. Sebenarnya siapa dia?     

Apa dia adalah salah satu Ahli Waris dari Ketujuh Dunia Shatuo?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.