Marquis Saint Arrow
Marquis Saint Arrow
Belum lama ini, terjadi pertempuran Biksu di tempat tersebut. Beberapa bagian gunung akhirnya hancur dan meleleh setelah terkena api-api saintly. Lavanya masih belum kering sepenuhnya.
Semua wilayahnya telah hancur dan mirip seperti wilayah tak berpenghuni. Putri Luosha duduk bersila di atas kepala burung berkepala sembilan. Dia mengeluarkan topeng yang terbuat dari bulu biru, lalu mengenakannya. Dia menutup wajah cantiknya. Hanya mata seksinya yang masih terlihat.
Zhang Ruochen meliriknya. Dia memasang ekspresi penasaran, tapi dia tidak menanyakannya.
Dengan pencapaiannya dalam Kekuatan Batin, tidak banyak pertapa yang dapat membongkar identitas aslinya, walau tanpa mengenakan topeng.
"Kalau kita pergi ke sana," kata Putri Luosha, "Maka kita akan tiba di Sarang Phoenix. Tempat itu penuh dengan bahaya. Kalian semua harus waspada."
Dewa dari Daratan Zuling pernah menguburkan Ice and Fire Phoenix di Sarang Phoenix. Jadi, sang dewa mungkin pernah meninggalkan beberapa hal, yang dapat membunuh seorang Biksu.
Jika tidak, apabila menilai dari kemampuan Putri Luosha, dia tidak akan pernah meminta bantuan Zhang Ruochen.
Zhang Ruochen menggunakan Kekuatan Batin untuk menginvestigasi area tersebut. Dia merasakan energi dahsyat yang berasal dari bawah tanah. Energi itu sedikit berbeda dengan dunia luar.
Mungkin Sarang Phoenix memang berada di dekat sana.
Tiba-tiba, Zhang Ruochen menoleh ke bawah. Terdapat dua pilar Chi iblis berwarna kuning dari belantara gunung.
Whoosh!
Badai angin membumbung naik dari gunung setinggi seribu kaki. Pedang-pedang angin terbentuk dan berkumpul di dalamnya. Mereka melesat ke arah burung berkepala sembilan, yang sedang terbang di langit.
"Berani-beraninya mereka menyerang kita!"
Sorot mata Putri Luosha berubah menjadi gelap, sambil mendengus dingin.
Di waktu yang sama, kobaran api muncul dari kedua mata sang burung. Dia mengepakkan sayapnya dan melepaskan badai angin yang lebih besar. Badai anginnya terlepas dan membuat gunungnya bergetar, seolah dapat tumbang kapan saja.
Burung berkepala sembilan itu tidak lemah. Bahkan dia lebih tangguh dibandingkan Marquis Kedua.
Di gunung merah di bawah mereka, dua Marquis Ketiga wanita sedang berdiri di balik batu setinggi belasan kaki. Badai angin itu adalah serangan Kekuatan Batin mereka.
Setelah melihat burung berkepala sembilan berhasil menghancurkan serangan mereka, maka seketika itu pula mereka mulai mengepakkan sayap dan melarikan diri.
"Masih ingin melarikan diri?"
Zhang Ruochen mengeluarkan Clear Sky Bow dan Shining Sun Arrow. Dia menarik busurnya dan membuat energi petir berkumpul di dekatnya.
Boom.
Shining Sun Arrow berubah menjadi segaris cahaya putih. Anak panahnya terbang ke salah satu Marquis Ketiga.
Tepat ketika Luosha wanita itu hampir terbunuh, tiba-tiba anak panah saintly emas terbang dari arah lain. Anak panahnya berbenturan dengan Shining Sun Arrow dan mengeluarkan suara boom.
Anak panah emas dan Shining Sun Arrow sama-sama terpental. Keduanya menghantam tanah dan meninggalkan dua lubang raksasa. Debu dan batu-batu menyebar ke segala penjuru.
"Master Ilmu Panah."
Zhang Ruochen memicingkan matanya. Dia merentangkan tangan dan mencengkram udara, guna memanggil kembali Shining Sun Arrow.
Whoosh!
Anak panah saintly emas juga terbang dari tanah dan kembali ke tangan salah satu Marquis Luosha.
Marquis itu mengenakan armor emas. Tingginya sekitar 3.5 meter, dengan bahu yang lebar dan wajah yang lonjong seperti kuda. Dia menggenggam busur tulang naga emas sepanjang 3 meter. Selain anak panah di tangannya, dia juga masih memiliki sembilan anak panah lain di punggungnya.
"Salam, Marquis Saint Arrow."
Dua Marquis Ketiga membungkuk ke arah pria yang membawa busur tulang naga emas.
Marquis Saint Arrow mengangguk pelan. Lantas, dia menoleh ke arah Zhang Ruochen, Putri Luosha, dan Qing Mo di atas punggung burung berkepala sembilan. "Sarang Phoenix ini milik Ras Luosha," katanya dengan arogan. "Siapapun yang berani mendekat akan dibunuh."
Kemudian, dia kembali menembakkan anak panahnya. Terdengar suara boom di tanah.
Boom.
Anak panah emas terbang sejauh 600 mil bagaikan cahaya emas. Anak panahnya menembus tubuh salah satu Biksu yang sedang mengendap-endap masuk ke wilayah itu.
Tubuh sang Biksu sontak meledak dan berubah menjadi kabut darah.
Yang jelas, selain kelompok Zhang Ruochen, masih ada beberapa Biksu lain, yang sedang bersembunyi di balik kegelapan. Mereka ingin pergi ke Sarang Phoenix dan menemukan dinding Catatan Merit.
Marquis Saint Arrow masih terus menembakkan anak panahnya. Dalam sekejap, dia telah membunuh tujuh Biksu dalam radius 1.000 mil. Akibatnya, para kultivator yang ingin mendekati Sarang Phoenix dipaksa mundur lebih dari 1.000 mil.
Putri Luosha bangkit berdiri dan berkata pada Zhang Ruochen. "Marquis Saint Arrow adalah salah satu Marquis Pertama. Dia mempelajari Ilmu Panah, hingga dikenal sebagai Saint Arrow. Busur tulang naga emas dan 10 anak panah destruktifnya adalah senjata saint yang kuat. Keduanya menyimpan kekuatan misterius, hingga dapat digunakan untuk membunuh para Biksu."
Zhang Ruochen tidak pernah mendalami Ilmu Panah sebelumnya, tap dia tahu kalau Marquis Saint Arrow jauh lebih terampil dibandingkan dirinya.
"Kudengar para Marquis Pertama sanggup bertarung melawan Saint King," kata Zhang Ruochen. "Apa itu benar?"
"Marquis Pertama juga masih dibedakan ke level yang berbeda-beda," kata Putri Luosha. "Tapi Marquis Pertama yang paling lemah masih sanggup menandingi beberapa serangan Saint King dan melarikan diri. Marquis yang lebih kuat sanggup membunuh Saint King yang lebih lemah."
Tepat setelah itu, Zhang Ruochen merasakan sesuatu yang berbahaya. Dia melihat Marquis Saint Arrow sedang menembakkan anak panah emas ke arah dahinya.
Kaboom!
Marquis Saint Arrow melepaskan anak panahnya. Anak panah emasnya melesat maju. Di waktu yang sama, langit dan bumi dalam radius ratusan mil terguncang hebat.
Seketika itu juga, Zhang Ruochen mengeluarkan Monument Shield dan mendorongnya ke depan. Di waktu yang sama, energi api dan petirnya menyeruak, hingga berbenturan dengan anak panah emas tersebut.
Anak panah emasnya mengandung energi yang dahsyat. Serangan itu membuat Zhang Ruochen terpental, hingga terjatuh dari burung berkepala sembilan.
Boom.
Marquis Saint Arrow kembali menembakkan anak panah keduanya. Serangan itu ditujukan ke arah Qing Mo.
Pada saat itu, Qing Mo segera mengaktifkan jimat pertahanannya. Alhasil, beberapa lapis tameng cahaya muncul dan langsung melingkupi tubuhnya.
Boom, boom.
Terdengar rentetan suara ledakan.
23 jimat pertahanan meledak berturut-turut, hingga akhirnya berhasil meredam serangan anak panah.
Akan tetapi, anak panah itu masih membuatnya terhempas ke belakang.
Yang jelas, Marquis Saint Arrow merasa agak kecewa, karena dia gagal membunuh kedua musuhnya berturut-turut. Sehingga, dia mulai menarik kembali busurnya dan menembakkan lima anak panah berturut-turut. Serangan itu ditujukan kepada Putri Luosha dan burung berkepala sembilannya.
Putri Luosha dan burung berkepala sembilan tidak ingin berhadapan dengan serangan anak panah tersebut. Sebaliknya, mereka menukik ke bawah dan mulai mencari Zhang Ruochen.
"Condense."
Putri Luosha mengepalkan salah satu tangannya. Dia melepaskan kekuatan ruang.
Seketika itu juga, ruang di depannya langsung berubah menjadi solid dan membekukan kelima anak panah tersebut.
Crack, crack.
Akan tetapi, ruang beku itu hanya mampu menahan anak panahnya untuk beberapa lama. Setelahnya, anak panahnya berhasil menembus ruang beku dan masih melesat maju.
Sorot mata Zhang Ruochen menjadi serius. Dia muncul di samping Putri Luosha dan mendorong kedua tangannya. Dia juga melepaskan kekuatan ruang. Setelah digabungkan dengan kekuatan ruang Putri Luosha, akhirnya mereka berhasil membekukan kelima anak panah tersebut.
"Sial."
Marquis Saint Arrow mengubah ekspresinya. Setelah itu, ia cepat-cepat menarik kembali anak panahnya.
Zhang Ruochen melangkah maju. Divine Fire Jingmie menyeruak dari tangannya. Dia membakar kelima anak panah itu, sambil berusaha menghentikannya.
Seribu mil jauhnya, di sana banyak kultivator yang sedang bersembunyi dan mengamati pertempuran tersebut.
Rambut panjang Biksu Pedang Jiuyou teruntai di kedua sisi wajahnya. Dia berdiri di bawah pohon dan menatap ke arah Sarang Phoenix. "Sekarang ini, dia telah sanggup bertarung melawan Marquis Saint Arrow. Zhang Ruochen berkembang dengan begitu cepat. Xuanji benar-benar punya murid yang cerdas. Itu membuatku iri."
Ketiga murid Biksu Jiuyou – Wang Su, Yan Yulong, Chen Fang – tidak ada apa-apanya dibandingkan Zhang Ruochen. Mereka memasang ekspresi aneh. Walau mereka merasa kurang nyaman, tapi mereka masih takjub setelah melihatnya.
Zhang Ruochen memang kuat. Mereka pun tidak akan sanggup menandinginya.
Wang Su, murid pertama Jiuyou, seperti pria berusia 30 tahunan. Dia memancarkan aura Yin dingin. "Tidak peduli setangguh apa Zhang Ruochen," katanya dengan suara pelan. "Tapi dia sudah bergabung dengan Daratan Guanghan. Dia telah menghianati Daratan Kunlun. Seandainya Biksu Pedang Xuanji masih hidup, tapi dia pasti akan marah setelah melihat muridnya seperti ini."
"Kelompok Luosha itu telah menjaga Sarang Phoenix," kata Yan Yulong. "Kita sama sekali tidak bisa masuk ke sana. Sekarang, Zhang Ruochen sedang membuka jalan untuk kita. Ini adalah kabar baik untuk kita."
Chen Fang membawa broadsword. Dia masih cukup muda. "Ada empat Marquis Pertama yang berkumpul di Sarang Phoenix. Selain itu, masih ada beberapa kelompok Marquis Kedua dan Ketiga lainya. Bahkan beberapa Marquis dengan level yang lebih rendah juga berkumpul di sana. Kurasa Zhang Ruochen tidak akan bisa melewati penjagaan mereka!"
Biksu Pedang Jiuyou memasang ekspresi serius. "Sebaiknya kita menunggu! Para pertapa dari Daratan Kunlun juga akan segera tiba di tempat ini. Para Luosha itu pasti akan kesulitan menjaga Sarang Phoenix."
Tepat setelah Zhang Ruochen berhasil mengambil kelima anak panah tersebut, tiba-tiba gumpalan awan iblis muncul di belakang Marquis Saint Arrow. Samar-samar, terdengar suara teriakan - yang berasal dari ribuan Marquis - dari balik awan tersebut.
Ekspresi Putri Luosha berubah drastis. "Mundur."
Zhang Ruochen melirik awna merah darah. Dia tidak takut, tapi dia juga sadar kalau banyak pertapa dari Tujuh Dunia Shatuo di sekitar sana. Akan tetapi, tidak satupun dari mereka yang melancarkan serangan. Jadi, kenapa dia harus menjadi satu-satunya orang yang menyerang?
Pada akhirnya, mereka tahu berapa banyak pasukan Luosha yang sedang berkumpul di sana. Setelah itu, mereka akan memikirkan cara untuk masuk ke Sarang Phoenix.
Oleh karena itu, Zhang Ruochen mencengkram kelima anak panahnya dan menggunakan Ruang Pergerakan Besar. Dia membawa Qing Mo pergi dari wilayah Sarang Phoenix.
Walau Marquis Saint Arrow telah kehilangan kelima anak panahnya, namun dia tidak mengejar mereka. Itu cukup aneh baginya.
Ketika dia sudah berada di jarak 2.000 mil jauhnya, Zhang Ruochen menemukan aura Mu Lingxi. Selain itu, Bu Ji dan Su Qingling juga bersama-sama dengan wanita tersebut. Beberapa saat kemudian, mereka bertiga terlihat di depan mata Zhang Ruochen.