Kaisar Dewa

Semuanya Berlutut



Semuanya Berlutut

3Apa Putra Dewa dari Sekte Dewa Darah benar-benar berani menerima tantangan Chi Zhongshan?     

"Ha. Meski talentanya sangat tinggi, tapi dia tidak akan mampu menandingi seorang Setengah-Biksu di level kesembilan. Bukankah dia sedang bertindak impulsif?"     

"Bila melihat dari tingkahnya yang arogan, kurasa dia memang mungkin melakukan itu"     

…     

Banyak orang mulai mencibirnya, dan menganggap bahwa Gu Linfeng telah bertindak sangat impulsif. Pria itu langsung kehilangan akal sehatnya, sesaat setelah diprovokasi oleh Chi Zhongshan. Jadi, hal itu membuat orang-orang merasa aneh, kenapa sosok pria semacam itu bisa menjadi Putra Dewa dari Sekte Dewa Darah?     

Di dalam menara.     

Wan Huayu sedang mengamati Gu Linfeng dengan tampang penasaran.     

Sebelum-sebelumnya, wanita itu pernah bertemu dengan Gu Linfeng. Dari pertemuan yang singkat itu, maka Wan Huayu telah mampu menilai bahwa pria itu sangat cabul, tapi dia tidak benar-benar bodoh. Jadi, kenapa sekarang pria itu malah menerima tantangan Chi Zhongshan begitu saja?     

"Apa dia masih punya kartu andalan lain untuk menandingi Chi Zhongshan?" tanya Wan Huayu.     

Di halaman, Chi Zhongshan juga merasa sedikit terkejut. Tapi tidak lama kemudian, ia menjadi kegirangan. Lalu, sambil tertawa keras, maka ia berkata, "Ternyata kau benar-benar sang Putra Dewa dari sebuah klan kuno. Nyalimu sangat tinggi."     

Chi Zhongshan sedang merasa khawatir bila Gu Linfeng akan melarikan diri dari sana, jadi ia pun buru-buru melepaskan serangan. Sepasang tinju api mulai dilayangkan. Pria itu berhasil menggetarkan Energi Chi di sekitar sana hanya dengan gerakan yang sederhana.     

Kaboom.     

Awan api baru saja terlepas dari tinjunya, lalu terkondensasi menjadi seekor burung api setinggi 9 kaki. Burung itu terbang dan mengepakkan sayapnya. Tinju besi yang dilepaskan Chi Zhongshan tampak tumpang tindih dengan burung api tersebut.     

Pada saat itu, ekspresi wajah Zhang Ruochen berubah menjadi merah keemasan – akibat refleksi dari burung api tersebut – namun pria itu masih bersikap tenang. Lalu, sambil menyeringai ke arah lawannya, maka ia berkata, "Apa kau pikir serangan ini mampu menghentikanku?"     

Lelaki itu merentangkan tangannya, dan terdengar auman naga dari dalam tulang dan dagingnya. Yang pasti, ia tidak sedang menggunakan teknik bela diri, dan hanya melayangkan pukulan dengan tenaga fisik.     

Pukulan darah mulai terkondensasi dan langsung membentur kepala Chi Zhongshan. Setelahnya, terdengar suara "boom" yang kencang, dengan pukulan darah raksasa yang berhasil menghancurkan serangan lawannya dan menindih Chi Zhongshan di bawahnya.     

Boom!     

Riak-riak energi tampak bermunculan. Tanah di bawahnya telah berlubang, dengan diameter mencapai 30 kaki.     

Chi Zhongshan sempat bergerak selama beberapa detik. Setelah itu, terdengar suara bergemeretak dari tulang-belulangnya. Yang jelas, bagian tangan dan kakinya baru saja remuk.     

Pukulan darah yang sangat kencang itu telah berhasil membuatnya berlutut di dasar lubang, dan terus membuatnya menundukkan kepala.     

Beberapa hari yang lalu, kaki Chi Zhongshan pernah remuk. Pada saat itu, ia sudah pernah dipaksa untuk berlutut di hadapan orang-orang. Dan sekarang, ia tidak pernah membayangkan bila dirinya akan kembali dipaksa berlutut, sesaat setelah kedua kakinya sembuh.     

"Gu... Linfeng... bagaimana kau... bisa begitu tangguh..."     

Chi Zhongshan benar-benar merasa malu. Pria itu sama sekali tidak bisa menerima ini. Jadi, api berwarna emas mulai memancar dari sekujur tubuhnya dan berusaha melepaskan diri dari belenggu pukulan tersebut.     

Melihat itu, Zhang Ruochen langsung mendengus dingin dan segera menambahkan kekuatan pada pukulannya. Di waktu yang bersamaan, terdengar suara kencang dari dasar lubang. Dengan Chi Zhongshan sebagai titik pusatnya, maka area seluas ratusan kaki di sekitarnya pun mulai mengalami keretakan.     

"Aku sudah bilang, kau harus berlutut selama 10 hari," teriak Zhang Ruochen. "Berani-beraninya kau masih bangkit berdiri?"     

Gelombang suara itu mengandung Kekuatan Batin, hingga langsung mengguncang Jiwa Suci di dalam diri Chi Zhongshan.     

Akibatnya, baik fisik dan jiwa sucinya sama-sama terluka parah. Bahkan, kekuatan inginnya juga mulai melemah. Jadi, dengan kepala tertunduk, maka pria itu berlutut di sana dan berhenti memberontak.     

Pada saat itu, terdengar suara nafas tertahan dari para pertapa di Kota Yingsha. Tidak ada satupun yang tidak terkejut. Apalagi, seorang Setengah-Biksu di level kelima baru saja memaksa pertapa di level kesembilan untuk berlutut hanya dalam satu kali pukulan.     

Apa yang baru saja mereka saksikan pun terkesan seperti mimpi. Itu benar-benar sulit dipercaya.     

"Gu Linfeng... kenapa dia begitu tangguh? Apa dia benar-benar Setengah-Biksu di level kelima?"     

Beberapa orang curiga bahwa Gu Linfeng memang sedang membawa beberapa harta karun yang dapat menyembunyikan tingkat kultivasinya. Jadi, sebenarnya ia tidak sedang berada di level kelima.     

"Apa dia menggunakan bantuan kekuatan dari luar? Apa Leluhur dari Sekte Dewa Darah telah memberinya kekuatan biksu?"     

Wan Huayu mengangkat pipinya, sambil memikirkan tentang sesuatu. Wanita itu curiga bahwa kekuatan yang dilepaskan oleh Gu Linfeng bukanlah berasal dari kekuatannya sendiri.     

Apalagi, ayah Wan Huayu pernah memberinya bekal sebelum ia pergi ke Dunia Primitif Blue Dragon. Yang jelas, wanita ini dapat menggunakan kekuatan biksu ayahnya untuk berhadapan dengan lawan tangguh. Tentu saja, bantuan semacam itu hanya akan digunakan dalam kondisi terdesak.     

Dari semua orang yang hadir di tempat tersebut, mungkin hanya Shangguan Xianyan yang paham, bahwa Gu Linfeng sama sekali tidak menyembunyikan tingkat kultivasinya, apalagi sedang menggunakan bantuan dari luar. Sebab, lelaki itu masih berada di Alam Setengah-Biksu di level keempat setelah dinobatkan menjadi sang Putra Dewa dari Sekte Dewa Darah.     

Yang jelas, sudah merupakan suatu keajaiban tersendiri bila lelaki itu sanggup berada di level kelima dalam kurun waktu satu atau dua bulan setelahnya. Oleh karena itu, bagaimana mungkin ia menyembunyikan tingkat kultivasinya?     

Leluhur Sekte Dewa Darah memang pernah berniat untuk memberinya kekuatan biksu, tapi pada saat itu Gu Linfeng sudah tidak ada di sana. Jadi, sang Leluhur telah menitipkannya pada Shangguan Xianyan. Akan tetapi, wanita itu belum memberikannya kepada lelaki tersebut.     

Oleh karena itu, apa Gu Linfeng benar-benar menggunakan kekuatannya sendiri untuk mengalahkan Chi Zhongshan?     

Melihat itu, maka bulu kuduk Shangguan Xianyan langsung berdiri. Bahkan, wanita itu sempat menahan nafasnya, dengan kedua matanya yang kebingungan.     

Gu Linfeng hanyalah seorang pertapa di level kelima, tapi dia sudah benar-benar tangguh. Bila pria ini berada di level kesembilan, lalu siapa yang mampu menandinginya di bawah Alam Biksu?     

"Berani-beraninya kau? Lepaskan Chi Zhongshan sekarang juga."     

Yuan Di dan Situ Chaobei – dua orang jendral dari Pasukan Canglong – segera merangsek maju di waktu yang bersamaan. Mereka berdua langsung menyerang Zhang Ruochen.     

Yuan Di memiliki sepasang sayap besi di punggungnya. Kedua sayap itu memancarkan cahaya dingin. Setiap bulunya tampak seperti pedang berwarna emas. Sementara itu, Situ Chaobei adalah seorang pria botak dengan postur yang tinggi. Sekujur tubuhnya dipenuhi oleh otot. Jadi, setiap langkah yang diinjaknya, maka ia selalu berhasil mengguncang tanah.     

Tingkat kultivasi mereka berada jauh di atas Chi Zhongshan. Yang pasti, mereka berdua telah berada di tengah Alam Setengah-Biksu di level kesembilan. Jadi, mereka berdua adalah para figur tangguh.     

Salah satu di antara mereka benar-benar kuat, sementara sisanya dibekali dengan fisik yang tangguh. Oleh karena itu, bila mereka berdua bekerja sama, maka keduanya mampu menandingi seorang pertapa di puncak level kesembilan.     

Yuan Di tiba terlebih dahulu. Pria itu melesat di udara dan menggunakan sayap besinya untuk menyerang kepala Zhang Ruochen.     

Crack!     

Pada saat itu, Zhang Ruochen mengibaskan tangannya ke arah sayap besi. Di waktu yang bersamaan, terdengar suara benturan logam yang sangat kencang. Layaknya lempengan besi yang sedang bergesekan, maka benturan itu pun memercikkan bunga-bunga api.     

Detik setelahnya, Yuan Di pun terpental jauh. Pria itu membentur dinding di halaman, sebelum akhirnya kembali membentur tameng cahaya di baliknya. Lalu, dengan suara "thud", maka ia pun terjatuh di jalanan. Sayap emasnya telah berantakan, dengan bibirnya yang bersimbah darah.     

Siapa yang pernah membayangkan bila sosok pertapa di puncak level kesembilan, ternyata gagal bertahan dari satu tamparan Gu Linfeng?     

"God Form Fist."     

Setelah melihat Yuan Di terpental akibat tamparan tangan lawannya, maka seketika itu pula Situ Chaobei mulai menyadari bahwa Gu Linfeng sama sekali tidak mudah untuk ditangani. Oleh karena itu, ia langsung menggunakan teknik tinju Consummate Skill.     

God Form Fist dapat melepaskan kekuatan 28 kali lipat. Sehingga, teknik tinju itu hampir berada di level mantra suci.     

Situ Chaobei benar-benar sangat kuat. Pria itu dapat mengangkat gunung dengan tangan kosong. Jadi, bila ia menggunakan God Form Fist, maka kau pasti bisa membayangkan seperti apa kekuatan tinjunya.     

"Kemampuan bertempur Situ Chaobei hampir berada di puncak level kesembilan. Aku berani bertaruh bahwa Gu Linfeng tidak akan mampu bertahan darinya."     

Chi Yutang sedang mengencangkan pegangan tangannya pada sebuah kursi, sambil memasang ekspresi gugup. Sebab, saat itu Gu Linfeng telah berhasil mengalahkan Chi Zhongshan dan Yuan Di. Karena auranya sangat kuat dan cukup mengintimidasi, maka hal itu pun mulai mempengaruhi mental para jendral Lingxiao Heavenly Mansion.     

Bila Gu Linfeng benar-benar mampu mengalahkan Situ Chaobei, maka tidak ada satupun yang berani memanggil dirinya jenius di hadapan pria tersebut.     

Para jendral Lingxiao Heavenly Mansion bukanlah satu-satunya yang memikirkan hal ini. Sebab, Shangguan Xianyan, Wei Longxing, Wan Huayu dan para pertapa lainnya juga sedang membuka mata mereka lebar-lebar. Mereka bertanya-tanya mengenai sikap Gu Linfeng selanjutnya.     

Mereka juga ingin melihat dengan jelas, apa Gu Linfeng benar-benar sedang menggunakan bantuan dari luar atau tidak.     

Tinju raksasa dengan aura yang ganas tiba-tiba muncul di hadapan Zhang Ruochen. Angin kencang mulai berkecamuk, hingga meniup rambut dan pakaiannya.     

"Pukulan Darah Seven-Apertures."     

Zhang Ruochen mengangkat tangan kirinya dan langsung mengaktifkan Chi Suci, sambil menyuntikkannya ke dalam Seven Kill Boxing Glove. Di waktu yang bersamaan, tujuh lubang Chi Darah mulai terbentuk di tengah sarung tangan tinju tersebut.     

Lubang itu akhirnya membentuk pusaran, dan pusaran itu kian lama menjadi semakin besar, sampai berhasil menghempaskan Situ Chaobei. Tidak hanya itu, sebab pukulan tersebut juga memancarkan aura yang mengerikan, dengan tangan Zhang Ruochen sebagai titik pusatnya.     

Energi yang dahsyat itu sampai mempengaruhi para pertapa di sekitar sana. Bahkan, meski telah berada di jarak ratusan kaki jauhnya, namun para pertapa itu masih merasa bahwa langit seakan baru saja runtuh. Jadi, seseorang dapat membayangkan betapa mengerikannya tekanan yang dialami oleh Situ Chaobei, yang sedang berhadapan langsung melawan Gu Linfeng.     

Sizzle, sizzle.     

Chi Darah merah muncul di depan Zhang Ruochen, lalu terkondensasi menjadi sebuah bayangan setinggi 30 kaki. Bayangan itu memiliki 12 sayap darah dan sedang memancarkan aura yang mendominasi.     

"Itu adalah... bayangan Pluto," seorang pertapa dari Sekte Dewa Darah langsung berteriak. "Hanya mereka yang telah menguasai Pukulan Darah Seven-Aperture yang dapat menciptakan fenomena semacam itu."     

Pukulan Darah Seven-Aperture adalah sebuah mantra suci yang diciptakan oleh Pluto. Hanya para pertapa yang telah menguasainya dengan baik, yang dapat beresonansi dengan aura pluto dan membentuk bayangannya.     

Kaboom.     

Zhang Ruochen melayangkan pukulan dengan 40 kali lipat kekuatan, hingga berhasil membuat Situ Chaobei tersungkur di tanah.     

Kedua kaki Situ Chaobei pun tenggelam di dalam tanah. Darah mengucur deras dari ketujuh lubang di kepalanya, dengan kulitnya yang pecah-pecah. Yang pasti, sekujur tubuhnya benar-benar berantakan. Pria itu masih bernafas, tapi ia sudah tidak mampu melanjutkan pertempuran.     

Zhang Ruochen mencengkram Yuan Di dan membuatnya berlutut di hadapan Chi Zhonghsan dan Situ Chaobei.     

Jadi, mereka bertiga pun berlutut bersamaan. Jiwa-jiwa suci mereka telah terluka, sehingga mereka berada di titik terlemahnya. Mereka sudah tidak mampu lagi melawan Zhang Ruochen.     

"Apa Gu Linfeng benar-benar telah menguasai Pukulan Darah Seven-Aperture sampai di tingkatan tertinggi?"     

Shangguan Xianyan melompat bangkit dari kursi duduknya, sambil memasang tampang terkejut. Pundaknya sempat bergidik sejenak, sebelum akhirnya kembali tegak. Yang jelas, wanita ini sedang merasa gelisah.     

Baru pada saat itu, ia menyadari bahwa dirinya telah salah memperhitungkan sesuatu. Ternyata, Putra Dewa ini sama sekali tidak arogan. Sebab, pria itu memang bertingkah sesuai dengan kemampuannya.     

Meski hanya berada di level kelima, tapi kekuatan Gu Linfeng sudah semengerikan ini. Lalu, seandainya pria itu kembali meningkat dua level, bukankah tidak ada seorangpun di bawah Alam Biksu yang mampu menandinginya?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.