Kekalahan Telak
Kekalahan Telak
Di serangan sebelumnya, Zhang Ruochen masih menggunakan 30 persen kekuatannya. Biasanya, dengan konsumsi kekuatan sebanyak itu, maka ia telah mampu mengalahkan musuh di tingkatan alam yang sama. Akan tetapi, dalam pertemuan serangan yang sebelumnya, saat itu Zhang Ruochen berada di posisi kalah.
Hal ini menegaskan betapa kuatnya Blood Spirit Fae. Bahkan, mungkin sembilan Ahli Waris di Daratan Kunlun sama sekali tidak akan mampu menandinginya di tingkatan alam yang sama.
Blood Spirit Fae pun juga merasa terkejut. Jadi, sambil mengamati pria di hadapannya, saat itu ia berkata, "Aku pernah bertemu dengan beberapa orang kandidat Putra Dewa selama bertahun-tahun belakangan, tapi kau adalah satu-satunya orang yang mampu menangkis seranganku."
"Benarkah? Kalau begitu, kau pun juga harus mencoba seranganku!"
Perlahan-lahan, Zhang Ruochen mulai mengangkat tangannya. Tujuh buah permata di Seven Kill Boxing Glove mulai bersinar terang seperti tujuh bintang. Kali ini, Zhang Ruochen telah bersiap untuk menggunakan 40 persen kekuatannya.
Riak-riak energi tampak bermunculan dari sarung tangan tersebut dan terus menyebar luas. Riak-riak itu dihiasi cahaya berwarna merah, oranye, kuning, hijau, jingga, biru, dan ungu, sehingga membuatnya tampak seperti pelangi dengan lebar seratus kaki.
Lelaki itu mengayunkan tangannya ke depan.
Boom.
Ledakan itu terdengar seperti suara lonceng raksasa. Pukulan yang dilayangkan mengandung gelombang energi yang besar. Akibatnya, Blood Spirit Fae dapat menilai kalau serangan ini memang terasa mengintimidasi. Setidaknya, itu mampu memberikan ancaman tersendiri untuknya.
"Continuous Mountain Print."
Blood Spirit Fae menggerakkan tangannya dan menciptakan banyak bayangan pukulan. Di waktu yang bersamaan, teknik pukulan itu mulai terkonsolidasi menjadi satu. Pada akhirnya, ia melayangkan pukulannya ke arah depan untuk menyambut pukulan Zhang Ruochen.
Dua kekuatan besar sedang bertemu di satu titik. Bahkan, Altar Dewa Darah sampai sedikit terguncang. Tepat setelah itu, mereka berdua mulai terbang bersamaan. Mereka mendarat pada dinding tulang dan menghancurkan banyak tulang-belulang di sekitarnya.
Setelah itu, Zhang Ruochen dan Blood Spirit Fae sama-sama melesat layaknya petir dan kembali berbenturan. Mereka terus menukar teknik pukulan masing-masing.
Dalam sekejap, mereka berdua telah saling menukar sebanyak puluhan gerakan. Setiap gerakan mereka mengandung kekuatan yang besar dan mematikan, kekuatan yang seakan mengguncang gunung dan lautan.
Para pertapa yang berada di bawah Altar Dewa Darah hanya dapat mengamatinya dengan mulut yang menganga lebar. Bahkan, rahang bawah mereka seakan terjatuh sampai ke tanah. Sebab, tidak ada satupun yang pernah membayangkan jika kemampuan bertempur Gu Linfeng ternyata sangat mengerikan, hingga pria itu mampu mengimbangi Blood Spirit Fae di usia mudanya.
"Bagaimana mungkin dia begitu tangguh?"
Blue Night, murid ke-13 Discipline King Haiming, sedang mengamati Ji Shui dan ingin menjawab pertanyaan tersebut. Bagaimanapun juga, selama satu bulan belakangan, Ji Shui berada bersama Zhang Ruochen. Seandainya Gu Linfeng diam-diam mempelajari teknik yang mengerikan seperti itu, seharusnya lelaki itu tidak dapat menyembunyikannya dari wanita tersebut.
Akan tetapi, Ji Shui juga sedang merasa terkejut. Apa ini adalah Gu Linfeng yang selalu menggoda dirinya?
Bukan... seharusnya bukan.
Sebab, baik kemampuan bertempur dan potensinya sama-sama tidak lebih lemah daripada Blood Spirit Fae. Bahkan, ia jauh lebih berbakat dari sosok jenius pada masa 1.000 tahun silam. Jadi, bagaimana mungkin pria semacam ini bertingkah sangat cabul? Pasti dia sedang berpura-pura bersikap seperti itu demi membodohi orang-orang.
Kedua mata Huo Xin sedang berkedut-kedut. Pemuda itu terus bergumam, "Mustahil, mustahil... bagaimana mungkin dia begitu tangguh?"
Sekarang ini, kalau menilai dari situasinya, maka Huo Xin tidak akan berhasil menjadi Putra Dewa, meski Gu Linfeng kalah dalam pertempuran menghadapi Blood Spirit Fae. Sebab, sewajarnya memang tidak ada seorangpun yang mampu mengalahkan Putra Dewa pertama.
Maka dari itu, hanya Gu Linfeng yang layak menjadi Putra Dewa selanjutnya. Setidaknya, itulah yang dipikirkan oleh banyak murid Sekte Dewa Darah pada saat ini.
Sekte Dewa Darah adalah tempat di mana orang-orang kuat selalu dihargai dan mendapatkan derajat yang tinggi. Yang jelas, kemampuan Gu Linfeng telah membuat semua orang merasa terkesan. Bahkan, para pendukung Wei Longxing dan Hai Lingyin sebelumnya, kini mulai mendukung Gu Linfeng. Mereka semua mulai berteriak-teriak dengan penuh semangat, sembari menyaksikan pertempuran di atas altar.
Di antara mereka yang mendukung Hai Lingyin, di sana ada sosok gadis cantik dan memikat dengan aura gelap. Namanya adalah Ning Xi dan dikenal sebagai gadis terseksi di Sekte Dewa Darah. Wanita itu selalu menjadi dewi impian banyak pertapa lainnya.
Sekarang ini, gadis itu sedang mengamati lantai keenam Altar Dewa Darah dengan kedua mata berbinarnya."Gu Linfeng pasti akan menjadi Putra Dewa. Hanya dia yang mampu mewakili generasi muda di Sekte Dewa Darah. Mulai sekarang, jika nama Putra Dewa yang baru disebar-luaskan di dunia luar, maka musuh-musuh kita pasti akan merasa terancam."
Tidak ada satu pun yang pernah mendengar Ning Xi, yang sampai mendamba dan memuji orang lain seperti ini. Bahkan, gadis itu tidak pernah memuji Hai Lingyin dengan cara seperti ini.
Di tempat lain, para Biksu di atas Altar Dewa Darah sedang saling menukar tatapan canggung. Bahkan, dengan pikiran dan ketenangan hati para Biksu, namun mereka masih merasa gelisah saat mengamati pertempuran di antara Gu Linfeng melawan Blood Spirit Fae.
Discipline King Tianji – sosok nomor satu di antara empat orang Discipline King – mulai melirik ke arah Discipline King Haiming. Setelah itu, ia menghela nafasnya. "Luar biasa, benar-benar luar biasa. Ternyata, di kehidupanku yang panjang ini, aku masih sempat menyaksikan para pemuda sekte kita bertarung dengan cara yang seperti ini. Aku benar-benar puas."
"Discipline King Haiming telah melatihnya dengan sangat baik, hingga dia berhasil melahirkan salah seorang hero di Sekte Dewa Darah. Ini akan menjadi pencapaian kita bersama selama satu abad mendatang."
"Potensi dan talenta pemuda ini tidak lebih lemah daripada Sembilan Ahli Waris. Kalau dia telah berkembang sempurna, maka dia pasti akan menjadi pemimpin Sekte Dewa Darah."
…
Ada banyak Biksu dari Sekte Dewa Darah yang mulai memuji Gu Linfeng dan Discipline King Haiming. Tentu saja, beberapa di antara mereka masih tetap terdiam, dengan binar mata yang aneh. Tampaknya, mereka sedang memikirkan sesuatu.
Zhang Ruochen dan Blood Spirit Fae telah bertarung selama empat jam dan sama sekali belum berhasil menentukan pihak pemenangnya. Akibatnya, pertempuran mereka menjadi semakin intens.
Setelah satu benturan serangan yang sangat keras, akhirnya Blood Spirit Fae terhempas ke belakang, lalu mulai menjaga jarak dengan lawannya. "Aku harus mengaku kalau ternyata kau benar-benar kuat. Meski sedang berada di Abad Pertengahan, tapi aku yakin bahwa kau akan menjadi salah satu figur tangguh."
"Apa?" tanya Zhang Ruochen. "Apa kau ingin menyerah?"
"Menyerah?" Blood Spirit Fae terkekeh geli. "Mulai sekarang, aku akan mengerahkan segenap kekuatanku. Jadi, mari kita lihat, apa kau sanggup menghadapinya atau tidak?"
Terdapat puluhan petir berwarna perak yang mulai mengitari tubuh Blood Spirit Fae, sembari mengeluarkan suara bergemuruh. Setelah itu, empat sayap perak muncul di punggungnya. Sehingga, hal itu berhasil meningkatkan kekuatannya.
Sekarang ini, setidaknya kekuatannya telah meningkat sebesar 30 atau 40 persen. Zhang Ruochen dapat menilai bahwa Blood Spirit Fae baru saja bertambah semakin kuat.
Whoosh.
Blood Spirit Fae berubah menjadi segaris cahaya perak. Setelah itu, ia muncul di atas kepala Zhang Ruochen dan langsung menebas lelaki itu dengan menggunakan tangannya sebagai pisau.
Di tempat lain, Zhang Ruochen juga melepaskan kekuatan yang lebih besar dan mulai menangkis serangan lawannya. Setelah suara "boom", saat itu hampir separuh tubuhnya terbenam di dalam tumpukan tulang-belulang. Akan tetapi, ia masih mampu bertahan dari satu serangan Blood Spirit Fae.
Melihat itu, Blood Spirit Fae seakan tidak ingin memberinya kesempatan. Jadi, ia kembali menyerang dan mulai menarget leher Zhang Ruochen. Kali ini, Zhang Ruochen sempat melompat ke atas terlebih dahulu. Lalu, setelah berhasil menghindar dari tangan pisau Blood Spirit Fae, maka Zhang Ruochen segera terbang ratusan kaki di udara.
"Pukulan Darah Seven-Apertures."
Enam lubang mulai terbuka di tangan Zhang Ruochen sekaligus. Lelaki itu mulai menyerap segenap Chi Darah di sekitar altar ke dalam tangannya. Beberapa saat kemudian, terdapat seekor naga darah raksasa yang muncul pada pukulannya.
"Apa ini... sebuah Mantra Suci?"
Blood Spirit Fae menggerakkan tangannya, sehingga kulitnya bersinar dengan warna keperakan. Rasa-rasanya, tubuhnya seakan terbentuk dari perak dan memancarkan sembilan cahaya saintly.
"Blood God Five-Finger Print."
Blood Spirit Fae merentangkan tangan kanannya. Di waktu yang bersamaan, tangannya terus bertambah panjang dan semakin tebal. Tidak lama kemudian, tangannya telah berkembang 10 kali lipat dari ukuran semula.
Blood God Five-Finger Print adalah sebuah mantra suci dari Sekte Dewa Darah. Faktanya, jika seseorang mampu menguasainya sampai pada level tertinggi, maka ia dapat meraih bintang di angkasa hanya dengan merentangkan tangannya.
Blood Spirit Fae telah berhasil menguasai teknik ini ketika ia masih berada di Alam Setengah-Biksu di level keempat. Itu adalah pencapaian yang luar biasa. Alhasil, para pertapa lain mulai merasa ngeri ketika mereka menyaksikan teknik tersebut. Akan tetapi, Gu Linfeng bukan sosok yang lemah. Sebab, lelaki itu telah berhasil membuka lubang keenam di Pukulan Darah Seven-Apertures. Sehingga, teknik pukulannya juga telah mencapai level mantra suci.
Pada akhirnya, dua mantra suci itu segera bertemu di satu titik. Semua murid Sekte Dewa Darah mulai menahan nafas mereka masing-masing. Otot-otot mereka mulai mengejang, dengan perasaan yang sangat gelisah.
Di dalam pertempuran Blood God Five-Finger Print dan Pukulan Darah Seven-Apertures, mana yang akan menang?
Crack.
Kala itu, terdengar suara sambaran di lantai enam Altar Dewa Darah. Itu terdengar seperti gelegar guntur dan petir. Akibatnya, beberapa murid yang lebih lemah mulai merasa kalau gendang telinga mereka masing-masing baru saja robek.
Ketika Chi Darah itu hancur, maka siapapun dapat melihat bahwa Gu Linfeng sedang berdiri di salah satu sudut altar layaknya pohon pinus. Lelaki itu masih sama tenangnya seperti yang sudah-sudah. Akan tetapi, skeleton Setengah-Biksu di level keempat, yang baru saja diciptakan oleh Blood Spirit Fae, akhirnya hancur berkeping-keping menjadi serpihan tulang.
Bayangan Blood Spirit Fae sedang melayang-layang di langit. "Jika tubuh darahku masih ada, maka aku tidak akan pernah kalah."
"Karena kau masih tidak puas dengan kekalahan ini, sebaiknya mari kita lanjutkan pertarungan ini," kata Zhang Ruochen.
"Tidak perlu! Kemampuan bertarungmu telah menegaskan bahwa dirimu memang layak menjadi Putra Dewa." Setelah mengatakan itu, bayangan tersebut langsung menghilang dan berubah menjadi kabut darah.
Perlahan-lahan, Zhang Ruochen menarik kembali semua Chi Suci-nya dan terlihat tenang seperti biasanya.
"Aku harus menggunakan separuh kekuatanku demi mengalahkan Blood Spirit Fae," pikir Zhang Ruochen. "Ternyata, pemahamanku selama ini terhadap dunia terlampau kecil."
Blood Spirit Fae memang sangat kuat, tapi selalu ada sosok lain yang lebih kuat di Abad Pertengahan.
Selalu ada orang yang lebih kuat di dunia ini.
Bahkan, mungkin ada beberapa figur tangguh di Abad Pertengahan yang mampu mengalahkan Zhang Ruochen di tingkatan alam yang sama.
Setiap Sembilan Ahli Waris yang dikembangkan oleh Chi Yao juga mendapatkan sumber daya melimpah. Selain itu, sangat mungkin kalau mereka juga bisa mendapatkan obat-obatan kuno.
Hari ini, sembilan Ahli Waris mungkin belum mampu bertarung melawan Blood Spirit Fae. Jadi, saat berada di tingkatan alam yang sama, maka Zhang Ruochen tidak perlu takut kepada mereka. Akan tetapi, ketika lelaki itu berada di selisih satu tingkatan atau dua tingkatan alam lebih rendah daripada mereka, mungkin ia tidak akan mampu mengalahkan mereka.
"Kartu andalan terbesarku adalah kekuatan ruang dan waktu. Jika aku menggunakannya, mungkin aku tidak perlu menggunakan separuh kekuatanku untuk mengalahkan Blood Spirit Fae."
Zhang Ruochen masih percaya terhadap kemampuannya sendiri.
Tepat setelah itu, suara pemimpin istana Istana Heaven Heavenly terdengar dari puncak altar. "Kompetisi Putra Dewa telah berakhir."
Ia mengayunkan lengan bajunya dan langsung melepaskan sungai darah Chi Suci. Sehingga, sungai itu mulai menerjang turun dan langsung melingkupi tubuh Zhang Ruochen. Energi itu membawa Zhang Ruochen naik ke lantai kesembilan altar.
Sementara itu, di bawah altar.
Para pertapa dari Sekte Dewa Darah baru saja tersadar dari keterkejutan mereka masing-masing. Jadi, mereka pun mulai menatap Gu Linfeng dengan tampang bersemangat, bangga dan penuh damba.