Kaisar Dewa

Puncak Pertemuan



Puncak Pertemuan

3Zhang Ruochen mengernyitkan dahi. "Saya masih merasa khawatir. Sebuah pertempuran hidup dan mati benar-benar terlampau beresiko."     

"Ruochen, kau harus ingat baik-baik bahwa saat kau sudah memilih berada di jalan Seni Bela Diri, maka seketika itu pula petualanganmu pasti akan segera dimulai. Setiap superior wajib bertahan dari penderitaan yang teramat besar, selain juga harus mampu bertahan dari ganasnya situasi hidup dan mati. Mereka yang takut mati pasti akan segera menemui ajalnya saat mereka sedang berlatih Tao pedang."     

Biksu Pedang Xuanji tersenyum. "Dalam hidup ini, tidak ada lagi yang kusesali, kecuali hanya satu."     

Zhang Ruochen bertanya, "Apa itu?"     

Biksu Pedang Xuanji menghela nafasnya. "Penyesalan terbesarku adalah ketika sampai gagal mewariskan pengetahuan Biksu Pedang."     

"Master-ku adalah seorang Biksu Pedang, begitu pula dengan masternya masterku, dan para master dari generasi-generasi sebelumnya. Keturunan ini sudah berhasil mencetak 18 orang Biksu Pedang. Maka dari itu, aku tidak ingin keturunan ini gagal di tanganku."     

Zhang Ruochen bisa menilai bahwa Master-nya sama sekali tidak terganggu dengan pertempuran yang akan datang, dan terdengar seperti orang yang sudah begitu banyak mengalami peristiwa hidup dan mati. Bahkan, pria tua itu sama sekali tidak takut terhadap kematian.     

"Bagaimana dengan kakak seperguruan? Apakah mereka tidak bisa mewarisi pengetahuan Anda?" tanya Zhang Ruochen.     

Biksu Pedang Xuanji berkata, "Kakak saudara keduamu hanya berfokus pada kekuatan fisik tanpa pernah peduli terhadap perubahan-perubahan mendasar pada teknik pedang. Alam Biksu Pedang pasti akan sangat sulit dipahami olehnya. Lalu, untuk kakak saudara ketigamu, dia punya talenta yang tidak cukup bagus, sebab dia sedang berfokus kepada hal-hal yang lain. Jadi, dia tidak bisa menjadi seorang Biksu Pedang."     

"Kakak saudara keempat dan kakak saudari kelima juga sama-sama jenius." Kata Zhang Ruochen.     

Biksu Pedang Xuanji menggelengkan kepalanya, sambil menatap mata Zhang Ruochen. "Faktanya, kau adalah orang yang paling cocok untuk mewarisi pengetahuanku."     

"Saya?"     

Biksu Pedang Xuanji mengangguk dan berkata, "Karena itulah kau harus menampilkan yang terbaik saat berada di dalam Konferensi Teknik Pedang. Kalau kau berhasil masuk ke dalam top 10 besar, maka aku sama sekali tidak perlu khawatir saat nanti bertarung melawan Nine Serenity. Bahkan, kesempatanku untuk menang pasti akan jauh lebih meningkat."     

Zhang Ruochen tahu bahwa Master-nya benar-benar punya harapan yang tinggi kepadanya. Maka dari itu, ia pun akhirnya semakin yakin bahwa dirinya tidak boleh sampai membuat Master-nya kecewa, tidak peduli apapun yang terjadi. Yang jelas, ia akan berusaha sebaik mungkin untuk masuk ke dalam top sepuluh besar, atau bahkan mendapatkan ranking yang lebih tinggi.     

Zhang Ruochen memutuskan untuk tinggal bersama dengan Biksu Pedang Xuanji dan mengasingkan diri untuk pemurnian selama satu bulan.     

Di tempat ini, ia dapat berkonsentrasi penuh untuk berlatih di dalam Dunia Lukisan tanpa perlu khawatir terhadap Lady Saint yang akan memata-matainya.     

Zhang Ruochen merasa bahwa tingkah laku Lady Saint cukup aneh, dan wanita itu mungkin sudah mulai mencurigai identitas aslinya. Maka dari itu, ia sampai melakukan hal-hal yang sukar dipahami oleh Zhang Ruochen.     

Di kemudian hari, ia harus lebih hati-hati lagi ketika berada di sekitar Lady Saint.     

Biksu Pedang Xuanji bertanya, "Apa kau sudah bertemu dengan tunanganmu?"     

Zhang Ruochen mengangguk. "Saya sudah melihatnya, namun dia tidak melihat saya."     

Biksu Pedang Xuanji mengangkat kedua alisnya. "Apa kau akan menyembunyikan kebenaran itu darinya selamanya?"     

"Master, kalau sampai dia tahu bahwa saya masih hidup, maka dia hanya akan merasa gembira untuk sesaat, namun dia pasti akan menderita sepanjang hidupnya. Jika demikian, apa menurut Anda saya masih harus mengatakan kebenarannya?"     

Zhang Ruochen memasang ekspresi masam dan hanya menatap Biksu Pedang Xuanji.     

Biksu Pedang Xuanji menghela nafas panjang. "Pilihannya adalah antara patah hati karena dipisahkan oleh kematian atau alasan yang tidak bisa dijelaskan. Jika kasusnya yang pertama, maka dia pasti akan menderita untuk beberapa saat, namun jika kasusnya yang kedua, maka dia pasti akan menderita seumur hidupnya. Pada akhirnya, aku memilih untuk menjadi orang asing bagi sang kekasih, dan aku setuju dengan pilihanmu."     

Selama Permaisuri Chi Yao masih hidup, maka Zhang Ruochen hanya bisa hidup di balik kegelapan, dengan identitasnya yang sudah berada di bawah makam.     

Yang jelas, ia tidak bisa membuat Huang Yanchen menghianati kedua orang tua dan keluarganya hanya untuk memilih bersamanya, dan hidup terasing berdua. Jika ia melakukan itu, maka hanya dewa yang tahu ketika wanita tersebut dan Zhang Ruochen sama-sama mati mengenaskan, sementara tulang-belulang mereka sama sekali tidak pernah ditemukan.     

Mungkin saja, Huang Yanchen mau menjalani hidup seperti itu.     

Akan tetapi, Zhang Ruochen sendiri tidak akan membiarkan kekasihnya hidup dalam dilema semacam itu. Sebab, jika ia masih memaksakan hal tersebut, itu berarti bahwa ada lagi orang yang tidak bersalah, yang akhirnya terseret ke dalam dendam yang terjadi di antara Zhang Ruochen dan Chi Yao.     

Zhang Ruochen sendiri juga tahu bahwa kematiannya sudah menimbulkan luka yang dalam di hati wanita tersebut.     

Akan tetapi, rasa sakit itu pasti akan memudar seiring berjalannya waktu, sampai hanya meninggalkan sebuah kenangan pahit.     

"Jika kau ingin bicara dengannya, maka aku bisa membantumu."     

Biksu Pedang Xuanji menyunggingkan bibirnya, lalu mulai mengirimkan gelombang suara kepada Huang Yanchen.     

Tidak lama kemudian, Huang Yanchen datang mendekati kolam teratai dan membungkuk ke arah Biksu Pedang Xuanji untuk memberinya hormat. "Master, mengapa Anda memanggil saya?"     

Biksu Pedang Xuanji menuding Zhang Ruochen dan tersenyum. "Yanchen, biar aku mengenalkanmu dengan seorang pemuda elit. Dia adalah Lin Yue, seorang jenius pedang dari Sekte Yin Yang."     

Huang Yanchen menatap Zhang Ruochen dingin, dan hanya memberinya hormat dengan mengatupkan kedua tangan. "Salam, kakak saudara Lin Yue."     

Zhang Ruochen mengamati Huang Yanchen lekat-lekat, dan tersenyum samar, "Saudari junior seperguruan Yanchen, kau bisa mencariku jikalau ada yang sampai mengganggumu di Sekte Yin Yang."     

Huang Yanchen tersenyum ironis. "Aku takut kalau kau tidak akan pernah sanggup untuk membantuku."     

Yang jelas, perkataan Huang Yanchen mengacu kepada Xue Wuye.     

Wanita itu sama sekali tidak percaya bahwa sosok yang disebut sebagai jenius pedang itu dapat membantunya menghadapi Xue Wuye. Saat itu, Huang Yanchen meyakini bahwa lelaki tersebut pasti akan sangat ketakutan ketika mendengar nama Xue Wuye.     

Bagaimanapun juga, ia pernah melihat begitu banyak jenius seperti lelaki tersebut sebelumnya, maka tentu saja, ia tidak ambil pusing atas perkataannya.     

Zhang Ruochen masih berusaha untuk menyelidiki apa yang sedang dipikirkan oleh wanita tersebut, "Bagaimana aku bisa membantumu kalau kau tidak meminta bantuanku?"     

Huang Yanchen memalingkan wajah dan langsung mengacuhkannya.     

Lin Yue sendiri terlihat kurang ajar, dimana kedua matanya tampak terpaku ke arah wanita tersebut, hingga sampai membuatnya merasa tidak nyaman.     

Jika bukan karena masternya telah menyuruhnya datang kemari dan bertemu dengan lelaki tersebut, maka ia pasti sudah pergi meninggalkan tempat itu.     

Kapanpun orang asing berusaha untuk unjuk gigi di hadapannya, maka seketika itu pula ia akan langsung merasa waspada, atau bahkan semakin menghindari orang asing tersebut.     

Namun, seandainya ia tahu bahwa lelaki di hadapannya ini adalah Zhang Ruochen, maka bisa dipastikan bahwa reaksinya akan benar-benar berbeda.     

Biksu Pedang Xuanji berkata, "Yanchen, Zhang Ruochen sudah mati, sebaiknya kau lupakan saja dia. Lagipula, ada begitu banyak tempat-tempat bersejarah yang menarik di Sekte Yin Yang, termasuk di dalamnya beberapa peninggalan biksu kuno. Jadi, aku sudah memutuskan supaya Lin Yue menemanimu jalan-jalan. Saat kau sudah berhasil melupakan masa lalumu, maka seketika itu pula kau dapat melihat sesuatu yang lain dengan cara yang berbeda."     

Huang Yanchen masih bersikap keras kepala. "Master, saya tidak ingin jalan-jalan. Saya hanya ingin melatih Tao pedang di dalam pengasingan."     

Biksu Pedang Xuanji menatap Zhang Ruochen dengan tampang pasrah.     

Zhang Ruochen sendiri benar-benar paham terhadap sifat Huang Yanchen. Saat itu, ia berkata tegas, "Seorang praktisi pedang adalah mereka yang harus punya keberanian untuk melupakan masa lalu. Mengasingkan diri untuk berlatih pedang hanya akan membuatmu menjadi tumpul. Jika kau hidup dengan menghindari realitas, maka kau bisa saja mati karena Tao pedangmu sendiri."     

Lelaki itu menambahkan, "Orang-orang sepertimu hanya layak dijadikan sebagai pelayan wanita pedang, dan bukannya seorang praktisi pedang. Ternyata murid seorang Biksu Pedang cuma seperti ini. Aku benar-benar kecewa."     

Setelah itu, Zhang Ruochen langsung bergegas pergi.     

Ketika ia berjalan melewati wanita tersebut, maka ia memperlihatkan tampang kecewa.     

"Tunggu." Huang Yanchen mencegahnya dengan tatapan dingin di matanya.     

Pada saat itu, ujung bibir Zhang Ruochen sedikit terangkat, dimana ia langsung menghentikan langkah kakinya.     

Huang Yanchen mendengus. "Kau benar-benar terlalu percaya diri. Ayo ikut denganku dan mari kita lihat seperti apa kemampuanmu."     

Huang Yanchen langsung pergi begitu saja setelah mengatakan hal tersebut.     

Zhang Ruochen mengejarnya dan bertanya, "Kita akan pergi kemana?"     

"All-empty Cliff." Kata Huang Yanchen.     

All-empty Cliff berlokasi di utara Kota Shentai. Itu adalah sebuah tebing curam setinggi 3.000 meter di atas jurang.     

Tempat itu dibedakan menjadi dua; East Cliff dan West Cliff. Di tengah keduanya, di sana terdapat sungai lava berwarna merah, yang mendidih dan bergejolak. Pancaran cahaya dari sungai tersebut sampai terefleksi menjadi garis-garis merah pada dinding-dinding hitam tebing.     

Sementara itu, terdapat tangga batu yang dibangun pada dinding tebing tersebut, dimana tangga-tangga itu mengarah menuju ke gua-gua batu.     

Setiap gua batu adalah tempat dimana senjata perang, pil-pil atau binatang-binatang buas, sedang diperjual-belikan. Para pertapa dari keluarga dan/atau sekte tangguh di Wilayah Timur tampak sedang memadati stan-stan yang terdapat di sekitar sana, dimana mereka sedang mencari barang-barang langka dan hal-hal yang diperlukan untuk proses latihan.     

Di bawah East Cliff adalah sebuah pusat gua batu, yang mana di dalamnya ditopang oleh 172 pilar batu. Tempat itu sangat sepi dan luas, hingga sampai dapat digunakan untuk menampung ribuan orang.     

Murid-murid Biksu dan keluarga tangguh di Wilayah Timur, sekaligus para putra-putri kesayangan Dewa, sedang bersama-sama berkumpul di tempat ini. Ada begitu banyak pertapa muda yang telah berada di sana pada saat Zhang Ruochen dan Huang Yanchen tiba.     

Pada saat ini, Zhang Ruochen menyaksikan banyak sosok familier, termasuk di dalamnya para jenius dari Bank Pasar Bela Diri, seperti Nie Honglou, Si Xingkong, Chang Qiqi, Ao Xinyan, dan Luo Shuihan. Selain itu, di sana juga ada beberapa elit dari Pasar Gelap, seperti Purple Wind Emissary, Red Wish Emissary, dan Orange Star Emissary.     

Para jenius dari Sekte Sesat tampak sedang mengenakan jubah panjang berwarna putih, yang mana di belakang punggung mereka terdapat bordiran berpola sabit.     

Mu Lingxi, yang sedang mengenakan jubah bulan-perak, terlihat benar-benar menggoda. Wanita itu sedang bersama para jenius muda dari Sekte Setan, dan mereka semua tampaknya seperti sedang mendiskusikan sesuatu yang penting.     

Para murid Biksu dan murid-murid dari keluarga tangguh sedang berkumpul dalam kelompok – tiga sampai lima orang – sambil berbicara mengenai kabar-kabar terkini, para top jenius, talenta muda, hingga pengalaman-pengalaman mereka masing-masing dalam hal Tao pedang.     

Pada saat ia masuk ke dalam gua batu tersebut, maka seketika itu pula Zhang Ruchen langsung melepaskan Kekuatan Batin-nya untuk memindai para pertapa muda di sekitarnya. Seketika itu juga,, Zhang Ruochen merasa terkejut, karena ia menemukan jika di sana ternyata ada delapan orang Perangai Biksu, dan setiap mereka memancarkan aura yang ganas. Bahkan, masih ada beberapa orang lagi yang tidak dapat dipindai olehnya.     

Ternyata, tempat itu adalah tempat berkumpulnya para top jenius dan para ksatria bertalenta dari generasi muda lainnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.