Divine_Gate

Chapter 42



Chapter 42

0Di markas provinsi barat, Ryouichi tengah bersantai duduk bersama dengan Enzo di taman.     

"Apakah anda sudah cukup tidur, ketua?" ucap Enzo.     

"Aku baik-baik saja, bagaimana dengan dirimu dan yang lain?" ucap Ryouichi.     

"Ah, saya dan yang lain baik-baik saja. Malah kami lebih mengkhawatirkan kondisi anda setelah pertarungan kemari" ucap Enzo.     

Ryouichi terlihat memasang ekspresi menyesal.     

"Maaf telah membuat kalian khawatir pada waktu itu" ucap Ryouichi.     

"Berhentilah meminta maaf seperti itu, ketua" ucap Enzo.     

Enzo lalu menawarkan rokok kepada Ryouichi.     

"Terima kasih, Enzo" ucap Ryouichi sembari menaruh rokok itu di mulutnya lalu membakarnya.     

Setelah itu, Ryouichi dan Enzo melanjutkan percakapan mereka dengan bercanda tawa. Tiba-tiba datang Mayor Milly menghampiri mereka berdua.     

"Letnan Dua Ryouichi, apakah saya mengganggu waktu beristirahat anda?" ucap Mayor Milly dengan sopan.     

Enzo lalu berdiri dan pergi meninggalkan Ryouichi dengan Mayor Milly.     

"Duduklah, kau tidak menganggu waktu beristirahatku" ucap Ryouichi.     

"Terima kasih, Letnan Dua Ryouichi." ucap Mayor Milly.     

Mayor Milly pun duduk di sebelah Ryouichi, suasana canggung pun terlihat di antara mereka berdua.     

"Lalu ada apa kau mencariku, Mayor Milly" ucap Ryouichi sembari menghisap rokoknya.     

"Tentang hal kemarin, ketika proses interogasi Mayor Phillips…" ucap Mayor Milly.     

"Ada apa dengan itu?" ucap Ryouichi.     

"Sa-saya minta maaf karena sudah berteriak kepada anda dan pergi begitu saja" ucap Mayor Milly dengan nada penuh rasa bersalah.     

Ryouichi pun tersenyum setelah mendengar perkataan dari Mayor Milly.     

"Kau tidak salah, Mayor Milly. Justru akulah yang harus meminta maaf padamu karena sudah memaksamu melakukan hal seperti itu" ucap Ryouichi.     

"Terima kasih atas pengertian anda, Letnan Dua Ryouichi. Saya sempat berpikir anda masih marah kepada saya" ucap Mayor Milly lega.     

"Lalu bagaimana dengan keadaan Phillips?" tanya Ryouichi.     

"Mayor Phillips sudah dinyatakan meninggal tadi pagi, saya kemari juga ingin menyampaikan hal ini kepada anda" ucap Mayor Milly.     

"Begitukah, pria itu sudah mendapat balasan yang setimpal" ucap Ryouichi.     

"Maaf bertanya seperti ini kepada anda, Letnan Dua Ryouichi. Namun apakah benar anda sudah melamar Kolonel Rose dan berniat untuk menikah dengannya?" ucap Mayor Milly.     

"Hmm…benar, dan aku harap bisa secepatnya menikah dengan dia" ucap Ryouichi sembari tertawa kecil.     

"Syukurlah anda melamar Kolonel Rose, saya takut bahwa Kolonel Rose akan selalu sendirian tanpa pasangan hidup sampai dirinya tua" ucap Mayor Milly.     

"Apa maksudmu? Bukankah Rose itu cantik? Mengapa tidak ada pria yang berhasil memikatnya?" tanya Ryouichi penasaran.     

Mayor Milly tersentak kaget setelah mendengar ucapan dari Ryouichi.     

"Apakah anda tidak tahu bahwa tidak ada satupun pria yang berani mendekatinya karena sifatnya yang dulu dingin dan tidak acuh" ucap Mayor Milly.     

"Benarkah seperti itu? Aku tidak pernah melihat Rose seperti itu" ucap Ryouichi tidak percaya.     

"Anda harus tahu bahwa dia pernah menendang pria yang hendak berkenalan dengannya tepat di kemaluan, karena hal itulah sampai sekarang tidak ada yang berani mendekatinya. Kolonel Rose dulu sama seperti monster yang tidak kenal ampun kepada pria" ucap Mayor Milly.     

Ryouichi lalu tertawa keras setelah mendengar ucapan dari Mayor Milly. Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dibelakang mereka.     

"Siapa yang kau sebut dengan monster?" ucap Rose dengan kesal.     

"Ko-kolonel Rose?! Maafkan ucapan saya tadi, kalau begitu saya permisi terlebih dahulu" ucap Mayor Milly yang dengan segera meninggalkan Ryouichi dan Rose.     

"Dasar, sudah kuduga dia akan mengucapkan hal itu kepadamu" ucap Rose.     

Rose pun langsung duduk disebelah Ryouichi lalu menyandarkan kepalanya di bahu Ryouichi dengan manja.     

"Rose… Apa yang kau lakukan? Apa kau tidak malu jika ada orang yang melihat kita seperti ini?" ucap Ryouichi.     

"Untuk apa aku malu? Bukankah kau adalah calon suamiku?" ucap Rose dengan manja.     

Ryouichi hanya bisa menghela nafas setelah mendengar ucapan manja dari Rose.     

"Dasar, monster kecil" ucap Ryouichi sembari tertawa kecil.     

"Siapa yang kau panggil monster kecil?" ucap Rose lalu menarik telinga dari Ryouichi.     

"Aduh, sakit. Hentikan, aku tidak akan memanggilmu seperti itu lagi" ucap Ryouichi kesakitan.     

"Kalau begitu, sebagai permintaan maaf kau harus membiarkan aku tidur di pangkuanmu" ucap Rose dengan muka memerah.     

Ryouichi lalu menawarkan pangkuannya kepada Rose sembari tersenyum. Rose pun dengan malu-malu tidur di pangkuan Ryouichi.     

"Kau tahu Ryouichi, aku tidak pernah menyangka bahwa tidur di pangkuan orang yang kita cintai akan sangat hangat dan nyaman seperti ini" ucap Rose bahagia.     

"Dan aku tidak pernah menyangka bahwa kau akan seberat ini" ucap Ryouichi.     

Rose lalu mencubit paha Ryouichi dengan keras.     

"Aku hanya bercanda, tidak perlu marah seperti itu" ucap Ryouichi.     

"Hmmph… Ryouichi bodoh" ucap Rose dengan ekspresi cemberut.     

Ryouichi lalu dengan lembut membelai rambut Rose.     

"Apakah kau ingat ketika kita pernah saling bertukar hadiah perpisahan dulu? Aku sungguh senang kau masih memakai syal merah yang pernah kuberikan padamu." ucap Rose.     

"Dan aku juga senang bahwa kau masih memakai gelang yang pernah kuberikan padamu sampai sekaran" ucap Ryouichi.     

Rose pun menatap gelang yang ada di pergelangan tangannya yang masih ada noda darah.     

"Ada apa Rose? Mengapa kau diam seperti itu? " tanya Ryouichi penasaran.     

Rose lalu bangkit dari pangkuan Ryouichi.     

"Ryouichi, ada hal yang ingin aku beritahukan kepadamu" ucap Rose.     

"Katakanlah, hal apa itu?" ucap Ryouichi penasaran.     

"Sebelum kita menikah, aku ingin kau bertemu dengan ayahku terlebih dahulu. Aku ingin memperkenalkan dirimu kepadanya. Apakah kau keberatan?" ucap Rose ragu-ragu.     

"Tentu saja, kapan dan dimana aku bisa bertemu dengan ayahmu?" tanya Ryouichi.     

"Dia sekarang berada di Central" ucap Rose.     

"Central? Apakah dia salah satu prajurit disana? Atau mungkinkah dia adalah salah satu petinggi di Central? " tanya Ryouichi.     

"A-ayahku adalah jendral." ucap Rose.     

"Oh, jadi ayahmu adalah jendral…" ucap Ryouichi.     

Ryouichi terdiam untuk beberapa saat dan menyadari ada sesuatu yang aneh.     

"Tunggu sebentar, bisakah kau mengulangi ucapanmu tadi" ucap Ryouichi.     

"Ayahku adalah jendral." ucap Rose.     

Ryouichi terdiam untuk beberapa saat.     

"Ayahku adalah jendral" ucap Rose.     

"Kau tidak perlu mengucapkannya lagi…" ucap Ryouichi sembari memegang kepalanya.     

"Ada apa Ryouichi? Apa kepalamu sakit? " ucap Rose khawatir.     

"Tidak, aku hanya kaget setelah mendengar bahwa jendral adalah ayahmu. Apakah dia adalah jendral yang memimpin Central itu?" tanya Ryouichi.     

"Tentu saja, memangnya ada jendral lain selain jendral itu?" tanya Rose.     

"Ah, tidak. Aku masih tidak percaya bahwa kau adalah anak dari orang yang memiliki kekuasaan tertinggi" ucap Ryouichi.     

"Lalu, apakah setelah mendengar itu kau ingin membatalkan niatmu untuk menikahiku?" ucap Rose cemberut.     

Ryouichi lalu mengelus kepala Rose dan tersenyum.     

"Aku tidak akan pernah berniat untuk membatalkan pernikahan kita. Bahkan jika seluruh dunia menolak, aku akan tetap menikahimu apapun yang terjadi" ucap Ryouichi tegas.     

Rose lalu memeluk Ryouichi dengan erat dan tersenyum bahagia.     

"Rose, bukankah kau terlalu manja hari ini? " ucap Ryouichi.     

"Bisakah kau berjanji sesuatu hal kepadaku ? " tanya Rose lirih.     

"Katakanlah" ucap Ryouichi penasaran     

"Jangan pernah tinggalkan aku sendirian, aku takut tidak bisa hidup jika kehilangan orang yang kucintai lagi" ucap Rose.     

"Tentu saja, aku akan selalu berada disampingmu. Jika suatu saat kau terpisah jauh dariku dan merasa kesepian ingatlah kata-kata ini : 'kita berdua adalah satu, cinta kita abadi dan tidak akan pernah pudar hingga maut memisahkan kita' " ucap Ryouichi tersenyum.     

"Ryouichi…" ucap Rose lirih.     

Keduanya pun bertatapan dan saling mendekatkan bibir mereka hendak berciuman.     

Tiba-tiba terdengar suara ribut dari arah semak-semak dibelakang mereka.     

"Bisakah kau tidak mendorongku seperti itu, Akari?" bisik Enzo.     

"Ta-tapi aku ingin melihat ketua dan Kolonel Rose berciuman" bisik Akari.     

"Bisakah kalian berdua diam? Kita akan ketahuan jika kalian tetap ribut seperti itu." ucap Natsumi.     

"Chloe mau lihat juga!" ucap Chloe lalu mendorong Akari dan Enzo hingga keluar dari semak-semak itu.     

"Aduh, sakit" ucap Akari.     

"Apakah kau baik-baik saja, Akari? " tanya Enzo.     

"Aku baik-baik saja" ucap Akari.     

"Jadi, apa yang kalian lakukan? Mengapa kalian bersembunyi dibalik semak-semak itu?" tanya Ryouichi.     

Enzo dan Akari pun salah tingkah setelah mereka ketahuan oleh Ryouichi.     

"Ti-tidak, kami hanya sedang bermain petak umpet" ucap Akari terbata-bata.     

"Tidak perlu berpura-pura lagi, jadi apakah ada yang ingin kalian ucapkan?" ucap Ryouichi.     

"Ma-maafkan kami, ketua" ucap Akari dengan nada bersalah.     

Ryouichi pun menghela nafas dan melihat arah semak-semak.     

"Kalian yang disana, keluarlah. Aku tahu kalian masih bersembunyi disemak-semak itu" ucap Ryouichi.     

Natsumi serta Chloe pun keluar dari semak-semak itu.     

"Bahkan kau juga ikut bersama mereka, Natsumi?" tanya Ryouichi.     

"Sa-saya hanya ingin memastikan anda tidak berbuat hal mesum kepada Kolonel Rose" ucap Natsumi.     

Chloe pun berlari kearah Ryouichi dan membuat ekspresi wajah penasaran.     

"Ada apa Chloe?" tanya Ryouichi.     

"Master, apakah master sudah membuat anak dengan Kolonel Rose?" tanya Chloe dengan polos.     

Ryouichi terlihat tersentak kaget.     

"Si-siapa yang memberitahumu tentang hal itu?" tanya Ryouichi.     

Chloe lalu menunjuk Akari yang hendak melarikan diri.     

"Akari, bisakah kau tidak mengajarkan sesuatu yang aneh kepada Chloe?" ucap Ryouichi sembari tersenyum kesal.     

Rose pun menghampiri mereka dan berusaha menenangkan Ryouichi.     

"Sudahlah, Ryouichi. Kau tidak perlu semarah itu, aku juga berniat untuk membuat anak secepatnya denganmu" ucap Rose.     

Seluruh orang yang ada di tempat itu terkejut dan menatap Rose dengan ekspresi tidak percaya. Bahkan seluruh burung yang hinggap di atas pohon pun ikut menatap Rose sembari membuka mulutnya.     

"A-ada apa kalian menatapku seperti itu ? " tanya Rose penasaran.     

"Apakah anda baru saja bilang ingin secepatnya membuat anak dengan ketua?" tanya Akari.     

"Tentu saja, bukankah aku hanya perlu tidur di kamar dan ranjang yang sama dengan Ryouichi? " ucap Rose dengan percaya diri dan yakin.     

Akari dan Natsumi saling berpandangan, lalu keduanya menghela nafas. Natsumi pun mendekati Rose dan membisikkan sesuatu kepadanya.     

"Kolonel Rose, jadi jika anda ingin membuat anak maka ketua harus memasukkan… kedalam… anda…lalu…" bisik Natsumi.     

Rose terlihat mengangguk ketika mendengar bisikan dari Natsumi, setelah beberapa saat wajah Rose memerah menahan malu.     

"Ma-maaf sudah mengatakan hal yang memalukan seperti itu" ucap Rose malu-malu.     

Enzo lalu mendekati Ryouichi dan menepuk pundaknya.     

"Saya iri dengan anda, bahkan Kolonel Rose masih polos seperti itu. Berbeda dari Akari yang selalu memaksaku melakukan hal itu dengannya setiap malam. Akari bahkan sampai merusak kunci pintu kamarku dan masuk kedalam selimutku" ucap Enzo.     

Ryouichi lalu menutup mukanya berusaha menyembunyikan rasa malunya.     

"Bisakah kau tidak mengatakan hal itu kepadaku? Aku sangat malu saat ini." ucap Ryouichi.     

"Enzo! Nanti malam kita akan bereksperimen membuat anak lagi" ucap Akari bersemangat.     

"Ah, ada burung besar di langit!" teriak Enzo sembari menunjuk langit.     

"Mana?!" teriak Akari sembari melihat ke langit.     

Enzo lalu mencoba melarikan diri namun Akari langsung menarik kerah bajunya.     

"Bisakah kau tidak memaksaku seperti itu?" ucap Enzo pasrah.     

Rose lalu mendekati Ryouichi lalu menarik pakaian Ryouichi dengan pelan.     

"Ada apa Rose?" ucap Ryouichi.     

"A-aku tidak keberatan jika Ryouichi ingin membuat anak denganku nanti malam" ucap Rose dengan wajah memerah menahan malu.     

Ryouichi terlihat membuat ekspresi datar setelah mendengar ucapan dari Rose.     

"Mengapa tidak ada satupun manusia yang normal disekitarku" gumam Ryouichi.     

Ketika mereka sedang bercanda satu sama lain, tiba-tiba muncul Mayor Milly yang membawa sepucuk surat dan menghampiri mereka.     

"Letnan Dua Ryouichi, ada surat untuk anda" ucap Mayor Milly sembari menyerahkan surat itu kepada Ryouichi.     

Ryouichi lalu menerima surat itu, lalu membukanya. Setelah membaca surat itu selama 5 menit, Ryouichi pun tersenyum.     

"Ada apa ketua? Mengapa anda terlihat senang sekali? " tanya Enzo.     

"Sepertinya tujuan kita selanjutnya adalah markas Central, jendral mengundang kita untuk bertemu dengannya secara langsung" ucap Ryouichi.     

"Ryouichi, bolehkah aku ikut bersamamu?" tanya Rose dengan mata penuh harapan.     

"Bagaimana aku bisa bilang tidak jika kau membuat tatapan seperti itu" ucap Ryouichi sembari mengelus kepala Rose.     

"Baiklah, kalau begitu kami pamit untuk mempersiapkan barang bawaan esok hari" ucap Enzo.     

Enzo, Mayor Milly dan yang lainnya pun undur diri dan pergi meninggalkan Ryouichi.     

"Kalau begitu mari kita pergi juga untuk mempersiapkan diri, Rose" ucap Ryouichi.     

Rose pun mengangguk bahagia dan menggandeng tangan Ryouichi dengan erat. Seluruh pasukan [Saint Wolf] pun mempersiapkan diri mereka untuk pergi ke markas Central. Di sisi lain, Kapten Saito dan Kolonel Erik sedang bepergian bersama untuk menyelidiki markas tersembunyi demon yang terletak di wilayah provinsi utara.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.