Chapter 143 : Keras Kepala
Chapter 143 : Keras Kepala
"Natsumi… Natsumi!" seru Ryouichi.
Natsumi yang melamun akhirnya tersadar dan tersenyum kearah Ryouichi.
"A-ada apa, Ryouichi? Apakah kau memanggilku?" tanya Natsumi.
"Apakah kau baik-baik saja? Aku lihat kau melamun sedaritadi…" ucap Ryouichi dengan raut wajah khawatir.
"Ryouichi, apa menurutmu aku harus memaafkan Kolonel Erik?"
Ryouichi menghela nafas untuk beberapa saat sebelum dirinya angkat bicara.
"Memaafkannya atau tidak adalah keputusanmu, aku tidak berhak menyuruhmu untuk mengambil keputusan. Tapi jika kau bertanya padaku, maka jawabanku adalah dengarkanlah hatimu sendiri. Jika kau masih ragu untuk memaafkannya, maka kau tidak perlu memaafkannya"
"Ka-kau benar, maaf jika aku menanyakan sesuatu yang bodoh"
"Tidak perlu, aku senang bahwa kau ada sedikit pemikiran untuk memaafkannya"
Natsumi menatap Ryouichi dengan wajah kagum dan tangannya perlahan meraih tangan Ryouichi untuk digenggam.
"Kolonel Ryouichi! Bisakah anda kemari?" seru Christopher dari kejauhan.
Natsumi yang mendengar seruan dari Christopher pun tersentak dan membatalkan niatnya untuk menggenggam tangan Ryouichi.
"Baik, aku akan kesana!"
Ryouichi lalu meninggalkan Natsumi dan pergi menuju Christopher, sementara dari kejauhan Akari hanya melihat hal itu dengan raut wajah datar.
"Ada apa? Mengapa kau memanggilku?" tanya Ryouichi kepada Christopher.
"Ryouichi, kita sudah hampir sampai menuju reruntuhan kuno. Aku ingin kau ikut bersamaku dan memisahkan diri dengan pasukan [Saint Wolf] mu" ucap Hayate sembari merokok.
"Memisahkan diri? Apa maksud anda? Bukankah itu tidak sesuai dengan rencana awal kita?" tanya Ryouichi heran dengan sedikit rasa tidak setuju.
"Dengarlah Ryouichi, aku akan langsung berkata jujur kepadamu. Di dalam reruntuhan kuno, bisa jadi akan ada sesuatu yang berkaitan dengan masa lalumu sebagai Naga Emas Surgawi. Kita tidak tahu apa yang terjadi ketika ingatanmu kembali, bisa jadi kau akan kehilangan kendali atas dirimu sendiri dan mengamuk tidak terkendali. Jika hal itu terjadi, satu-satunya yang mungkin bisa menghentikanmu hanyalah aku. Jika kita sudah sampai di reruntuhan kuno, aku akan memerintahkan pasukan [Saint Wolf] untuk memeriksa tempat yang berbeda dengan kita" ucap Hayate dengan wajah serius.
Ryouichi terlihat memikirkan ucapan dari Hayate dan diam sejenak.
"Baiklah, saya mengerti. Saya akan mengatur semuanya seperti yang anda perintahkan" ucap Ryouichi setuju.
"Bagus, kalau begitu kau bisa kembali ke pasukanmu"
Ryouichi akhirnya kembali ke pasukannya setelah berbicara dengan Hayate.
"Ketua, apa yang baru saja anda bicarakan dengan Letnan Jendral Hayate?" tanya Enzo.
Ryouichi akhirnya mengumpulkan pasukannya untuk membicarakan masalah pergantian anggota.
"Saya mengerti, saya tidak keberatan dengan hal itu. Saya yakin, Letnan Jendral Hayate membuat keputusan itu karena dirinya mengkhawatirkan anda juga" ucap Enzo.
"Benar, aku juga setuju dengan hal itu" ucap Natsumi.
"Akari juga tidak keberatan dengan perintah dari paman Hayate" ucap Akari.
"Master, Reina ingin master berhati-hati…" ucap Reina dengan wajah khawatir.
"Chloe juga! Chloe ingin master berhati-hati agar tidak terluka" ucap Chloe.
Dari seluruh pasukan, hanya Tiara yang nampak tidak mengatakan hal apapun.
"Tiara? Ada apa denganmu?" tanya Ryouichi.
"Tuan Ryouichi, saya sejujurnya tidak menyetujui perintah dari Letnan Jendral Hayate…" ucap Tiara.
Seluruh pasukan [Saint Wolf] yang mendengar hal itu terkejut dan mempertanyakan jawaban dari Tiara.
"Apa maksudmu, Tiara?" tanya Ryouichi.
"Sa-saya hanya tidak ingin berpisah dari anda… Saya takut sesuatu yang buruk akan terjadi kepada anda" ucap Tiara.
Ryouichi hanya tersenyum dan menepuk kepala Tiara dengan pelan.
"Terima kasih karena sudah mengkhawatirkanku. Tapi kau bisa tenang, aku bersama dengan Letnan Jendral Hayate. Jika terjadi sesuatu kepadaku, aku yakin Letnan Jendral Hayate akan membantuku" ucap Ryouichi.
"Kenapa aku merasakan ikatan yang sangat kuat kepada tuan Ryouichi? Rasanya seperti… Seorang ayah yang mencoba untuk menenangkan putrinya" ucap Tiara dalam hati.
Tiba-tiba Ryouichi merasakan ada sesuatu yang menyentuh punggungnya.
"Alice?"
"Ko-kolonel Ryouichi, saya juga khawatir tentang keselamatan anda. Namun saya yakin anda akan baik-baik saja" ucap Alice dengan senyuman yang dipaksakan.
"Kau tidak perlu sekaku itu, bukankah kau juga adalah bagian dari pasukan [Saint Wolf]? Kau bisa berbicara lebih santai kepadaku"
"Sa-saya mengerti, maksud saya baiklah" ucap Alice.
Paginya setelah mereka kembali melanjutkan perjalanan, akhirnya mereka sampai di reruntuhan kuno. Terlihat tempat itu di penuhi oleh pohon-pohon rindang dan banyak lumut di batu-batu.
"Inikah yang dinamakan reruntuhan kuno? Erik, bagaimana menurutmu?" tanya Hayate.
"Tempat ini masih sama seperti terakhir kali saya kemari… Saya harap anda tidak meremehkan tempat ini, Letnan Jendral Hayate. Dari luar, tempat ini memang terlihat tidak berbahaya, namun jika anda lengah maka tempat ini bisa membunuh anda dengan cepat" ucap Erik.
"Oi, Hayate. Sekarang kita sudah sampai, kapan kita akan memeriksa dan menginvestigasi tempat ini sesuai dengan rencana?" tanya Havif.
"Kau benar… Ryouichi! Kita akan masuk kedalam, bersiaplah" seru Hayate.
"Baik! Kalau begitu, aku serahkan pasukan kepadamu, Enzo" ucap Ryouichi.
"Anda bisa mempercayakan hal itu kepada saya"
Setelah Ryouichi memisahkan diri dari pasukan [Saint Wolf], komando pasukan [Saint Wolf] di pegang oleh Enzo. Ryouichi berserta dengan Letnan Jendral Hayate dan juga Brigadir Jendral Havif akhirnya masuk kedalam bagian utama reruntuhan kuno. Sementara pasukan [Saint Wolf] dan [Three Disaster] berjaga diluar sembari menunggu mereka bertiga.
"Tempat ini sungguh tenang, namun agak menyeramkan" ucap Enzo.
"Hahaha, apakah kalian takut?" tanya Whiz yang tiba-tiba menghampiri pasukan [Saint Wolf]
"Siapa yang takut? Aku hanya merasakan ada yang tidak beres dari tempat ini"
"Menurut Brigadir Jendral Havif, reruntuhan kuno ini dulunya adalah sebuah candi kuno yang berasal dari negara di Asia, yaitu negara Indonesia. Kalau tidak salah, nama candi ini adalah candi Borobudur" ucap Whiz sembari menerka-nerka.
"Heh… Begitukah?"
"Kalau begitu, aku akan kembali menuju Fortune dan juga Christopher. Kalian bisa melanjutkan penjagaan kalian" ucap Whiz lalu pergi meninggalkan Enzo.
"Dia hanya menghampiriku untuk memberitahu hal itu? Sungguh orang yang aneh" ucap Enzo.
Tanpa disadari oleh Enzo, Akari datang menghampiri Enzo dan menyandarkan kepalanya di bahu Enzo.
Enzo yang sebelumnya agak terkejut dengan kedatangan Akari pun perlahan tersenyum dan mengelus kepala Akari dengan lembut.
"Akari? Apa kau lelah?" tanya Enzo penuh perhatian.
Akari hanya menggelengkan kepalanya tanpa mengucapkan sepatah kata.
"Tidak biasanya kau seperti ini, ada apa sebenarnya?"
"Enzo… Apa yang harus kulakukan? Aku merasa bahwa Natsumi sudah tidak memperdulikan hubungan ketua Ryouichi dengan Kolonel Rose. Dia memutuskan untuk tetap mendekati ketua… Sebagai temannya, aku ingin menyadarkannya bahwa semua yang dia lakukan itu adalah hal yang sia-sia. Karena Akari tahu bahwa ketua Ryouichi tidak akan pernah menerima cinta dari Natsumi" ucap Akari.
"Lalu kenapa kau tidak langsung mengatakan hal itu kepadanya? Apa kau takut akan menyakiti perasaan Natsumi?" tanya Enzo.
"Benar, di satu sisi aku ingin dirinya sadar bahwa semua itu salah, namun di satu sisi sebagai temannya aku ingin mendukungnya. Namun jika aku mendukung Natsumi bukankah itu berarti aku mengkhianati Kolonel Rose?"
"Akari, aku sebenarnya juga tidak bisa membenarkan perilaku Natsumi. Namun kita juga tidak berhak ikut campur dalam masalah mereka, kita juga mempunyai batasan sebagai teman untuk ikut dalam masalah ini. Aku yakin bahwa ketua bisa mengatasi masalah ini sendiri, yakinlah pada dirinya"
"Enzo…"
"Hmmm?"
"Aku mencintaimu"
"Aku juga mencintaimu, Akari" ucap Enzo tersenyum sembari menggenggam tangan dari Akari.
Dari kejauhan Reina dan Chloe memperhatikan Enzo dan juga Akari yang tengah bermesraan.
"Sama seperti biasanya, Enzo dan Akari masih bemesraan seperti itu" ucap Chloe.
"Apakah cinta itu sungguh menyenangkan seperti itu?" tanya Reina penasaran.
"Chloe tidak pernah merasakan apa itu cinta, bagaimana denganmu Sersan Violet?"
"E-eh? Sa-saya sendiri tidak punya kekasih, jadi saya tidak tahu tentang hal seperti itu. Na-namun, saya tidak membenci anda, Letnan Satu Chloe" ucap Sersan Violet dengan wajah memerah.
"Hmm, Chloe juga tidak membencimu. Chloe menyukaimu, Sersan Violet" ucap Chloe.
Wajah Sersan Violet langsung memerah dan Sersan Violet berusaha menyembunyikan wajahnya dengan menutup wajahnya.
"Heh, kau sudah tumbuh menjadi pria dewasa, Chloe" ucap Erik yang datang menghampiri mereka.
"Papa! Apakah papa sudah selesai dengan tugas papa?" tanya Chloe dengan wajah riang berseri-seri.
"Aku sudah selesai, aku sudah memasang alat pengintai di sekitar tempat ini sesuai dengan perintah Letnan Jendral Hayate. Omong-omong, Sersan Violet…" ucap Erik.
"A-ada apa?!" ucap Sersan Violet tersentak.
"Terima kasih sudah selalu menjaga dan bersama dengan Chloe. Chloe menceritakan bahwa kau selalu ada untuknya, dan aku sangat bersyukur tentang hal itu" ucap Erik sembari membungkukkan badannya.
"A-anda tidak perlu seperti itu, Kolonel Erik. Saya hanya menjalankan tugas saya sebagai ajudan dari Letnan Satu Chloe"
"Reina juga menyukai Chloe!" teriak Reina sembari memeluk Chloe.
"Reina?"
Wajah Chloe perlahan berubah menjadi merah karena tersipu.
"Reina menyukai Chloe, Enzo, Akari, Natsumi, Tiara, master dan juga semua orang yang baik kepada master. Reina awalnya benci kepadamu, paman. Namun Reina mulai menyukaimu juga" ucap Reina sembari tersenyum.
Erik yang mendengar ucapan dari Reina perlahan menitikkan air mata.
"Papa? Kenapa papa menangis? Apakah papa masih merasakan sakit karena luka tempo hari?" tanya Chloe khawatir.
"Maaf, aku baik-baik saja hanya saja aku tidak menyangka akan mendengar kata-kata itu di usiaku yang sekarang ini. Aku merasa bahwa aku mempunyai seorang putra dan juga seorang putri" ucap Erik.
Sersan Violet yang melihat hal itu pun berusaha untuk menenangkan Erik, sementara di tempat lain Tiara dan Natsumi tengah duduk berdua.
"Apakah Ryouichi baik-baik saja di sana?" ucap Natsumi.
"Saya yakin tuan Ryouichi akan baik-baik saja disana. Tidak perlu mengkhawatirkan masalah itu, Natsumi" ucap Tiara sembari tersenyum.
"Tiara, apa pendapatmu tentang Ryouichi?"
"Eh? Tentang tuan Ryouichi? Menurutku, tuan Ryouichi adalah orang yang baik dan juga perhatian kepada orang lain. Dirinya juga merupakan sosok yang sangat kukagumi" ucap Tiara.
"Begitukah, lalu bagaimana pendapatmu tentang Kolonel Rose?"
"Kalau menurutku Kolonel Rose adalah orang yang keras kepala dan cerewet, namun jauh didalam hatinya dia adalah orang yang sangat peduli kepada orang lain sama seperti tuan Ryouichi. Dirinya juga adalah sosok ibu yang penyayang dan tipe pendengar yang baik. Jika aku mempunyai ibu, maka aku ingin orang seperti Kolonel Rose yang menjadi ibuku"
"Lalu bagaimana denganku?" tanya Natsumi.
"Ke-kenapa tiba-tiba menanyakan hal seperti itu?"
"Tidak perlu banyak bertanya, jawab saja pertanyaanku"
"Ka-kalau menurutku, Natsumi adalah orang yang kurang bisa bersosialisasi dengan orang lain. Namun jika Natsumi sudah mengenal orang lain, maka Natsumi bisa menjadi orang yang hangat dan juga ramah. Setidaknya itu yang kurasakan selama ini"
Natsumi terlihat diam dan menatap ke langit.
"Lalu menurutmu, apakah aku bisa menjadi orang yang di cintai oleh Ryouichi?"
Tiara langsung berdiri dan menatap Natsumi dengan tatapan tajam.
"Cukup sampai disitu, Natsumi. Aku tahu arah pembicaraan ini, aku sarankan kepadamu untuk berhenti mengejar tuan Ryouichi. Jangan pernah berharap jika kau tahu pada akhirnya tidak akan sama seperti yang kau harapkan. Tuan Ryouichi sudah memiliki Kolonel Rose, berhentilah bermimpi untuk merebutnya dari Kolonel Rose" ucap Tiara dengan nada serius.
Tanpa berkata apa-apa, Natsumi bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan Tiara.
"Aku tahu tentang hal itu! Aku sungguh orang yang buruk!" ucap Natsumi dalam hati.
Beberapa menit berlalu sejak Natsumi pergi meninggalkan Tiara dan dirinya juga belum kembali.
"Mungkin aku sudah keterlaluan kepada Natsumi, aku akan mencari dirinya…"
Ketika Tiara berdiri, dirinya merasakan ada sesuatu yang mengawasinya dari balik pohon.
"Keluarlah, aku tahu kau ada di balik pohon itu"
Sosok yang mengawasi Tiara akhirnya menunjukkan dirinya dan berjalan menuju Tiara.
"Sudah lama sejak aku berpisah denganmu, Tiara. Aku rindu denganmu" ucap sosok itu.
"Kau? Bukankah kau adalah orang yang pernah menyelamatkan Kolonel Rose dulu?"
Sosok yang mendatangi Tiara adalah pria bertopeng yang menyebut dirinya sebagai Sylvatica kepada Letnan Satu Shizu.
"Aku sudah lama meninggalkanmu, sekarang aku datang untuk menjemputmu" ucap Sylvatica.
Sosok itu tetap berjalan menuju Tiara tanpa ragu.
"Berhenti disana! Aku tidak akan segan-segan untuk menyerangmu jika kau tetap menuju kemari" seru Tiara.
"Sepertinya tidak ada pilihan lain selain membawamu dengan paksaan" ucap Sylvatica dengan wajah serius.
Tiara yang merasakan aura yang tidak biasa dari Sylvatica menjadi ketakutan dan tidak dapat bergerak sama sekali.
Sylvatica yang sudah berhadapan dengan Tiara pun mencoba untuk memegang bahu dari Tiara.
"Aku tidak mungkin menyakitimu, jadi diamlah dan—"
Ucapan dari Sylvatica berhenti setelah ada sebuah batu yang mengenai dan melukai tangannya.
"Aku sarankan untuk berhenti, atau aku akan menghajarmu habis-habisan" ucap Natsumi yang tiba-tiba datang.
"Natsumi!" ucap Tiara dengan perasaan lega.
Sylvatica lalu mengalihkan pandangannya kearah Natsumi. Sylvatica diam-diam menangis dari balik topengnya ketika melihat wajah Natsumi. Sylvatica langsung teringat dengan kejadian dimana seorang wanita yang bernama Natsumi mengorbankan dirinya dan akhirnya meninggal untuk melindungi dirinya.