Divine_Gate

Chapter 141 : Penebusan Kolonel Erik



Chapter 141 : Penebusan Kolonel Erik

2"Ryouichi, apa kau baik-baik saja? Apa kau benar-benar tidak terluka sama sekali?" tanya Natsumi dengan wajah khawatir.     

Ryouichi yang melihat kekhawatiran dari wajah Natsumi hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya.     

"Aku baik-baik saja, bagaimana dengan kalian? Apa kalian baik-baik saja setelah melawan cacing-cacing tanah itu?" tanya Ryouichi.     

"Kami baik-baik saja, ketua. Anda tidak perlu mengkhawatirkan kami. Mungkin yang terluka cukup parah kali ini hanya Letnan Jendral Hayate saja" ucap Enzo.     

Ryouichi lalu melihat kearah Hayate yang tengah berdiri dan merokok dengan santai.     

"Hmm? Mengapa kau melihatku seperti itu? Aku baik-baik saja, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Pintu menuju reruntuhan kuno akan terbuka sebentar lagi, lebih baik kalian waspada. Aku harap kita tidak bertemu dengan makhluk-makhluk seperti tadi lagi" ucap Hayate.     

"Paman, minumlah ini. Ini adalah ramuan herbal yang Akari bawa dari mansion paman"      

Akari menyodorkan sebotol minuman kepada Hayate sembari tersenyum.     

"Terima kasih, aku tidak menyangka kau akan berguna di saat seperti ini"      

"Paman jahat, Akari tidak mau lagi membantu paman!" gerutu Akari dengan wajah cemberut.     

"Hahaha, aku hanya bercanda"     

"Hmmph, paman… Apa paman tidak membawa baju cadangan? Apa paman mau masuk kedalam reruntuhan kuno seperti itu? Baju paman sudah habis terbakar…"  tanya Akari.     

Hayate lalu memandangi tubuhnya dan menghela nafas.     

"Kau benar…[Spatial Storage]"     

Setelah Hayate merapal mantera, muncul sebuah lubang hitam dan Hayate langsung memasukkan tangannya kedalam lubang hitam itu.     

Dari dalam lubang hitam itu, Hayate mengeluarkan satu koper berwarna hitam.     

~CLACK     

Begitu Hayate membuka koper itu, terlihat satu set baju yang sama seperti yang dia pakai sebelumnya.     

"Paman, berapa banyak paman menyimpan baju seperti itu? Selera paman membosankan" ucap Akari.     

"Diamlah, aku tidak meminta pendapatmu tentang bajuku ini"     

Bersamaan dengan hal itu, tanah tempat mereka berpijak bergetar dengan pelan dan sebuah pintu menuju ke bawah tanah muncul di hadapan mereka.     

"Hayate! Pintunya sudah terbuka! Cepatlah kemari" seru Brigjen Havif.     

Hayate yang mendengar seruan Havif pun langsung bergegas menuju pasukan lainnya yang sudah menunggunya.     

"Baiklah, selanjutnya giliranmu, Erik. Aku harap kau tidak lupa dengan jalan menuju reruntuhan kuno itu" ucap Hayate.     

"Anda tidak perlu khawatir, saya masih ingat dengan jelas arah jalan menuju reruntuhan kuno itu" ucap Erik dengan yakin.     

Erik pun melangkahkan kaki masuk kedalam pintu itu diikuti oleh yang lainnya.     

"Kalian sebaiknya mengawasi langkah kaki kalian, banyak sekali perangkap aktif di tempat ini"      

"Tunggu!" seru Reina tiba-tiba.     

Seluruh orang terkejut dengan ucapan Reina dan bertanya-tanya.     

"Reina, ada apa? Apa kau merasakan sesuatu?" tanya Tiara.     

"Semuanya jangan bergerak!" seru Erik.     

"Erik? Ada apa?"     

Terlihat wajah Erik yang pucat pasi dan khawatir.     

"Salah satu dari kita sudah menginjak perangkap aktif di tempat ini, aku tidak tahu siapa yang menginjaknya tapi semua jangan ada yang bergerak sampai aku memastikan hal itu"      

Dengan sangat hati-hati, Erik mengangkat salah satu kakinya dan diikuti oleh kaki lainnya.     

"Erik, kau sebaiknya tidak bermain-main dengan kami. Bukankah kau bilang bahwa pernah melewati tempat ini? Bukankah seharusnya semua perangkap telah di non-aktifkan?" tanya Hayate.     

"Jalan menuju reruntuhan kuno ini sangat unik, semua perangkap akan kembali menjadi semula setelah beberapa hari. Tidak perduli seberapa banyak perangkap yang kita non-aktifkan, perangkap itu akan aktif lagi" ucap Erik.     

Erik terlihat sudah bisa bergerak bebas setelah memastikan bahwa bukan dirinya lah yang menginjak perangkap.     

"Baiklah, aku mau kalian semua satu persatu mengangkat kaki kalian. Ingat, hanya satu kaki!" seru Erik.     

Seluruh orang pun mengikuti perintah dari Erik dan mengangkat kaki mereka satu persatu.     

"Apa kalian ada merasakan sebuah tombol yang bergerak dibawah kaki kalian ketika kalian mengangkat kaki kalian?" tanya Erik.     

Semua orang menggelengkan kepalanya kecuali Natsumi.     

"Natsumi?" tanya Ryouichi heran.     

Natsumi lalu menghela nafas dan melihat kearah Ryouichi.     

"Maaf, sepertinya aku yang menginjak perangkap itu" ucap Natsumi pasrah.     

Ryouichi yang mendengar hal itu langsung panik dan berteriak ke arah Erik.     

"Erik! Natsumi sudah menginjak perangkapnya! Apa yang harus dilakukan untuk menon-aktifkan perangkap itu?"      

Erik langsung dengan sigap berjalan dengan cepat menuju Natsumi dan memeriksa bawah kaki Natsumi.     

"Sial, mekanisme perangkap ini tidak mudah untuk di atasi…" raut wajah Erik memperlihatkan bahwa dirinya berpikir dengan sangat keras bagaimana cara untuk menon-aktifkan perangkap itu.     

"Yang benar saja, kita bahkan belum memasuki reruntuhan  kuno itu namun salah satu dari kita sudah ada yang terkena perangkapnya?" ucap Brigjen Havif.     

"Bagi kalian semua yang tidak terkena perangkapnya, tolong ikuti garis di dinding yang telah kubuat itu. Aku sudah menandai rute yang aman untuk kalian pijak" ucap Erik.     

"Lalu bagaimana dengan Natsumi?" tanya Ryouichi khawatir.     

"Kolonel Ryouichi, percayalah padaku. Aku akan tetap disini untuk memikirkan cara untuk mematikan perangkap ini tanpa melukai Natsumi sedikit pun" ucap Erik.     

Tatapan yakin dari Erik membuat Ryouichi yakin dan akhirnya menuruti arahan dari Erik.     

"Aku akan menunggu kalian di sisi lain, jadi jangan berlama-lama" ucap Ryouichi.     

Setelah Ryouichi dan yang lainnya pergi, Erik masih terlihat mencoba untuk mematikan perangkap yang diinjak oleh Natsumi.     

"Tenanglah, Natsumi. Aku akan berusaha sekeras mungkin untuk mematikan perangkap ini" ucap Erik dengan nada menenangkan.     

Natsumi yang melihat usaha Erik hanya bisa diam dan memperhatikannya.     

"Kenapa kau tidak meninggalkanku saja?"      

"Eh? Apa maksudmu, Natsumi?" tanya Erik heran.     

"Mungkin yang lainnya sudah percaya kepadamu, termasuk Ryouichi. Namun asal kau tahu, aku sama sekali tidak percaya kepadamu. Aku harap kau tidak lupa dengan dosamu karena sudah membunuh Kapten Saito" ucap Natsumi dengan nada dingin.     

Erik yang mendengar hal itu menjadi terkejut dan memasang ekspresi sedih.     

"Jadi, kau memang masih dendam kepadaku… Apa yang kau ingin aku lakukan sebagai penebusan dosa? Jika aku memang bisa, aku akan melakukannya" ucap Erik.     

"Jika aku menyuruhmu untuk mati, maka apa kau akan melakukan hal itu?"     

"Maaf, aku sudah berjanji kepada Kolonel Ryouichi dan juga Chloe untuk tetap hidup dan menebus dosaku dengan bekerja kepada Kolonel Ryouichi" ucap Erik tanpa mengalihkan pandangannya dari perangkap di bawah kaki Natsumi.     

"Kau orang yang sangat buruk. Aku sangat benci kepadamu, memikirkan semua dosamu saja sudah membuatku hampir muntah! Kapten Saito adalah orang yang berharga dalam hidupku, dia lah yang sudah membesarkanku dan juga merawatku dari kecil bersama dengan adikku. Ketika aku mendengar bahwa kaulah yang membunuh Kapten Saito, aku sangat marah dan sangat ingin membunuhmu waktu itu. Jika saja Ryouichi tidak menghentikanku, aku sudah pasti akan selalu memburumu" ucap Natsumi.      

"Aku… Aku tidak punya pembelaan atas itu. Mungkin ini terdengar sangat egois, tapi aku sangat menyesal dengan perbuatanku dulu dan ingin meminta maaf atas semuanya"     

"Aku tidak perlu permintaan maafmu, apa kau pikir dengan permintaan maafmu akan membuat Kapten Saito hidup kembali? Cepat selesaikan kegiatanmu, aku sudah sangat muak bersamamu saat ini" ucap Natsumi dengan penuh kekesalan dan amarah.     

Erik tidak mengucapkan sepatah kata lagi setelah ucapan Natsumi kepadanya. Setelah beberapa menit, akhirnya Erik bisa mematikan perangkap dibawah kaki Natsumi.     

"Baiklah, aku sudah mematikan perangkapnya. Kau sudah bisa mengangkat kakimu" ucap Erik.     

Natsumi lalu mengangkat kakinya dan berjalan meninggalkan Erik. Erik hanya bisa melihat kepergian Natsumi dengan ekspresi penuh penyesalan, namun tiba-tiba dia mendengar suara jarum jam berputar dengan sangat pelan.      

"Mekanisme perangkap ganda?!" jerit Erik dalam hati.     

Erik langsung berlari kearah Natsumi dan memeluknya. Bersamaan dengan itu, ratusan panah keluar dari dinding dan menargetkan mereka berdua.      

"[Senjata Roh : Perisai Baja]"      

Seketika setelah Erik mengeluarkan senjata rohnya dan merapal mantera, sebuah perisai melindungi mereka dari berbagai sisi. Panah demi anak panah terus menghujam mereka, namun perisai dari Kolonel Erik tidak cukup kuat untuk menghalangi serangan itu.     

"Panah anti-sihir?! Sialan!" seru Erik.     

Erik lalu melindungi Natsumi dengan punggungnya dan menerima belasan anak panah yang menghujam tubuhnya.     

"Erik! Apa yang kau lakukan?! Berhenti! Kau bisa mati!" seru Natsumi dengan ekspresi tidak percaya.     

Erik hanya tersenyum kecil menahan sakit sembari terus menahan anak panah itu.     

"Tidak apa-apa, ini tidak sebanding dengan dosaku dulu. Jika ini bisa menyelamatkanmu, maka aku tidak keberatan"      

Setelah beberapa menit, akhirnya anak panah dari dinding itupun sudah berhenti menghujam mereka.     

Di sisi lain, Ryouichi yang merasa ada yang janggal memutuskan untuk kembali dan melihat Natsumi yang tengah mencoba untuk mengobati Erik yang terluka.     

"Apa-apaan?!"      

"Natsumi! Apa yang terjadi?"     

"E-Erik, dia melindungiku dari serangan panah perangkap…" ucap Natsumi.     

"Semua pasukan! Apa ada yang membawa perban? Erik terluka parah karena melindungi Natsumi!" seru Ryouichi dari radio.     

Seluruh pasukan yang mendengar seruan dari Ryouichi menjadi terkejut dan langsung berlari kembali menuju Ryouichi.     

"Kalian bisa pergi sekarang! Aku dan [Three Disaster] akan menunggu kalian disini" ucap Hayate.     

Diantara seluruh pasukan [Saint Wolf], yang paling menunjukkan wajah khawatir dan cemas adalah Chloe. Chloe berlari lebih cepat dari yang lainnya dan paling pertama sampai di tempat Ryouichi.     

"Papa!" teriak Chloe.     

Erik yang pada awalnya menutup mata, akhirnya membuka matanya dan tersenyum.     

"Berhentilah memasang wajah seperti itu, aku tidak akan mati hanya karena panah kecil seperti ini" ucap Erik sembari mengelus kepala Chloe.     

"Erik, apa kau bisa berdiri? Apa kau merasakan tubuhmu kaku atau sakit di area tertentu? Aku takut bahwa panah tadi beracun" ucap Natsumi.     

Erik menggelengkan kepalanya dan mencoba untuk berdiri.     

"Tidak, aku tidak merasakan adanya racun yang masuk kedalam tubuhku. Maaf sudah membuatmu khawatir, khususnya diri anda Kolonel Ryouichi"      

Ryouichi yang mendengar ucapan dari Erik hanya menghela nafas dan tersenyum.     

"Ketua! Apa Erik dan Natsumi baik-baik saja?" tanya Enzo dengan terengah-engah.     

Pasukan [Saint Wolf] pun akhirnya sampai di tempat itu dengan wajah khawatir dan langsung menghampiri Natsumi yang masih terlihat syok.     

"Enzo, bisakah kau membantu untuk membopong Erik?" tanya Ryouichi.     

"Baiklah, anda bisa serahkan kepada saya" ucap Enzo.     

Enzo lalu membopong Erik dan membantunya berjalan dari tempat itu.     

"Erik, aku berterima kasih kepadamu karena sudah melindungi Natsumi. Jika kau tidak melindunginya, aku takut misi ini akan memakan korban" ucap Ryouichi.     

"Anda tidak perlu seperti itu, Kolonel Ryouichi. Bukankah sekarang kita adalah tim? Sudah sewajarnya membantu sesama tim" ucap Erik.     

Ryouichi diam-diam tersenyum ketika melihat ketulusan dari Erik, mereka pun memutuskan untuk bergabung kembali dengan Hayate yang sudah menunggu mereka di ujung jalan keluar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.