Chapter 138 : Beginning of the investigation
Chapter 138 : Beginning of the investigation
"Ketua, Letnan Jendral Hayate memerintahkan kita untuk memeriksa barang-barang yang kita bawa. Jangan sampai ada yang tertinggal karena kita tidak mungkin kembali untuk mengambil barang yang tertinggal" ucap Enzo.
"Aku sudah meminta yang lainnya untuk memeriksa barang-barang bawaan sekali lagi. Sepertinya tidak ada barang yang tertinggal dan kita bisa pergi sekarang" ucap Ryouichi.
Enzo mengangguk dan pergi memberitahu Letnan Jendral Hayate.
"Kolonel Ryouichi, apa anda perlu bantuan?" tanya Erik yang berjalan mendekati Ryouichi.
Ryouichi tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
"Tidak perlu, semua persiapan sudah selesai. Kau tidak perlu khawatir, Erik"
"Be-begitukah… Kolonel Ryouichi, bolehkah saya meminta bantuan anda?" tanya Erik dengan wajah sungkan.
"Bantuan?"
"Benar, seperti yang anda ketahui sebelumnya tentang kematian Kapten Saito… Saya ingin meminta maaf kepada Natsumi. Saya baru mengetahui bahwa Kapten Saito adalah orang yang merawat Natsumi dan adiknya dari kecil" ucap Erik.
Ryouichi terdiam sejenak dan menghela nafas.
"Baiklah, aku bisa membantumu untuk berbicara dengan Natsumi. Tapi perlu kau ingat, aku tidak bisa ikut campur dan meminta Natsumi untuk memaafkanmu. Semua keputusan berada di tangan Natsumi untuk memaafkanmu atau tidak" ucap Ryouichi.
Mata Erik berbinar dan tersenyum bahagia.
"Terima kasih atas bantuan anda, Kolonel Ryouichi"
Ryouichi menganggukkan kepalanya dan berjalan berdampingan dengan Erik keluar dari Mansion Hayate. Ditengah obrolan Ryouichi dan Erik, tiba-tiba dari kejauhan mereka mendengar ada keributan kecil. Terlihat ada satu gadis dengan seragam [The Saviour] yang sedang dihentikan oleh beberapa maid dan berteriak-teriak dengan wajah kesal.
"Lepaskan aku, aku adalah prajurit [The Saviour] yang akan bergabung dengan tim Kolonel Ryouichi! Biarkan aku masuk dan menemuinya" seru seorang gadis yang tampak familiar di mata Ryouichi.
"Alice?..." gumam Ryouichi.
Ryouichi yang melihat hal itupun langsung menghampiri Alice.
"Alice? Apa yang kau lakukan disini?" tanya Ryouichi bingung.
"Kolonel Ryouichi! Bisakah anda meminta para pelayan ini untuk membiarkan saya masuk? Saya diperintahkan oleh Kolonel Rose untuk bergabung dengan pasukan anda. Jika anda tidak percaya, anda bisa melihat surat perintah yang saya bawa" ucap Alice memohon.
"Bisakah kalian biarkan dia untuk masuk? Dia adalah prajurit yang kukenal, jadi aku bisa jamin bahwa dia tidak akan membuat masalah" ucap Ryouichi kepada para pelayan wanita itu.
Para pelayan wanita itu pun mengangguk dan membiarkan Alice masuk kedalam halaman mansion Hayate.
"Alice, apakah Rose mengatakan sesuatu hal kepadamu sebelum memerintahkanmu untuk kemari?" tanya Ryouichi.
Alice mencoba mengingat kembali lalu menggelengkan kepalanya.
"Tidak ada. Kolonel Rose tidak mengatakan sesuatu yang berkaitan dengan anda" ucap Alice.
"Begitukah, bagaimana dengan keadaan putriku disana? Apakah dia baik-baik saja?"
"Ah, putri anda Aiko mengatakan dia rindu dengan ayahnya dan ingin bertemu dengannya. Namun anda tidak perlu khawatir, regu saya sudah diperintahkan untuk menjaga dan menemani Aiko" ucap Alice.
"Regu? Ah… Maksudmu adalah regu yang bersamamu dulu ketika berlatih tanding denganku. Terima kasih sudah mau menjaga dan bermain dengan Aiko"
Ryouichi tersenyum kepada Alice dan menepuk kepalanya.
Alice yang merasakan hal itu langsung terkejut. Wajahnya memerah dan dia menundukkan kepalanya.
"Ti-tidak masalah, Kolonel Ryouichi. Saya senang dapat membantu anda" ucap Alice dengan wajah yang menyembunyikan kegirangannya. Sesaat kemudian, Christopher menghampiri Ryouichi dan terlihat sedang membicarakan sesuatu.
"Kolonel Ryouichi, Letnan Jendral Hayate mengatakan bahwa kita akan berangkat sebentar lagi. Anda di perintahkan untuk segera masuk kedalam mansion untuk melakukan teleportasi bersama dengan yang lainnya. Mereka sudah menunggu anda didalam" ucap Christopher.
"Baiklah, aku akan segera kesana" ucap Ryouichi.
Christopher mengangguk dan melihat kearah Alice.
"Hmm? Saya tidak tahu bahwa ada satu prajurit lain yang akan ikut dalam misi ini... Jadi gadis kecil ini memutuskan untuk ikut dalam misi ini" ucap Christopher.
"Mo-mohon kerja samanya dan tolong bimbing saya dalam misi ini" ucap Alice dengan sopan.
"Hahaha, prajurit baru sekarang sungguh sopan. Masuklah bersama kami, aku yakin Letnan Jendral Hayate akan senang dengan kehadiranmu sebagai anggota baru"
Setelahnya mereka masuk kedalam mansion dan menghampiri Hayate yang sudah menunggu.
"Kalian lama sekali, aku sudah lama menunggu kalian. Hmm? Oh, jadi gadis itu memutuskan untuk ikut dalam misi ini?" ucap Hayate dengan senyuman menyeringai.
"Alice!" seru Akari dengan wajah berseri-seri dan memeluk Alice.
"Let-letnan satu Akari, ini memalukan. Bi-bisakah anda melepaskan saya?" ucap Alice dengan wajah memerah.
"Akari, lepaskan Alice. Kita akan berangkat sebentar lagi, jadi tolong tenanglah" ucap Enzo.
Akari menunjukkan wajah cemberut dan melepaskan pelukannya dari Alice.
Hayate pun menepuk tangannya ke atas untuk menenangkan suasana, lalu dirinya memasang wajah serius.
"Baiklah, seperti yang kita bicarakan sebelumnya bahwa hari ini kita akan melaksanakan misi untuk menginvestigasi reruntuhan kuno. Seperti yang kalian tahu bahwa reruntuhan kuno bukanlah tempat biasa yang bisa dimasuki oleh sembarang orang. Tempat itu dikategorikan sebagai tempat dengan tingkat [Danger A]. Pada misi ini, aku sendiri yang akan menjadi pemimpin tim. Aku ingin kalian berhati-hati ketika kita sudah menginjakkan kaki disana, jangan sampai terpisah dari tim dan jangan melakukan hal yang tidak perlu. Kalian paham?"
"Paham!" seru seluruh orang dalam ruangan itu serentak.
"Baik, aku akan membagi tim pada misi ini. Regu Alpha terdiri dari aku, Brigadir Jendral Havif, Christopher, Whiz, dan juga Fortune. Regu Delta terdiri dari Kolonel Ryouichi dan pasukan [Saint Wolf]. Sebelum kita memulai misi ini aku akan membagikan perlengkapan tambahan untuk kalian semua"
Hayate lalu bersiul hingga kumpulan maid muncul dan memberikan masing-masing orang sebuah koper hitam.
Seluruh orang yang melihat hal itu menjadi penasaran dan langsung membuka koper mereka masing-masing.
"I-ini?" ucap Enzo.
"Seperti yang kalian lihat, didalam koper itu terdapat perlengkapan tambahan seperti rompi anti-sihir yang sudah diperkuat dengan sihir pertahanan yang lebih baik bila dibandingkan dengan perlengkapan militer biasa. Rompi itu dapat melindungi kalian semua dari seluruh tipe sihir, namun itu hanya berlaku bagi serangan sihir kelas rendah hingga menengah, jika kalian terkena sihir kelas tinggi maka kalian akan tetap terluka. Yang kedua adalah alat komunikasi jarak jauh yang berbentuk seperti radio komunikasi, alat itu sudah di modifikasi dengan batu sihir kelas tinggi sehingga kita semua tetap bisa terhubung satu sama lain meskipun kita terpisah sejauh 10 km. Kedua perlengkapan tambahan ini sengaja aku persiapkan dengan harapan agar tidak ada korban jiwa dalam misi ini. Setidaknya perlengkapan ini akan menambah peluang kita hidup ketika nantinya ada kejadian yang tidak diinginkan terjadi"
"Paman! Perlengkapan seperti ini biasanya dipakai oleh pasukan elit Dark Moon yang biasanya akan menyerang wilayah demon. Apakah kita memang perlu perlengkapan seperti ini?" tanya Akari heran.
"Dasar bodoh, sudah kukatakan sebelumnya bahwa misi ini bukanlah misi sembarangan. Kita tidak bisa menebak apa yang akan muncul dan apa yang akan terjadi nantinya disana. Jadi diamlah dan pakai perlengkapan itu sekarang. Waktu kita tidak banyak" ucap Hayate.
"Hmph, baiklah"
Setelah itu, seluruh tim memakai perlengkapan yang diberikan oleh Hayate. Sekarang, seluruh tim berbalut seragam masing-masing dilengkapi dengan rompi anti-sihir dan radio komunikasi yang terlilit di telinga. Masing-masing dari mereka tampak seperti pasukan elit militer yang hendak menyerbu suatu tempat berbahaya.