Divine_Gate

Chapter 137 : Sylvatica



Chapter 137 : Sylvatica

1"Sialan! Sialan! Sialan! Bagaimana bisa demon sepertiku dihempaskan dengan mudah oleh [Magical Beast] itu? Tunggu saja, aku akan kembali dan membunuh kalian semua!" teriak demon itu dengan penuh amarah.     

Namun demon itu mendengar langkah kaki yang mendekat kearahnya.     

"Siapa disana?! Manusia? Kebetulan, aku sedang butuh seseorang untuk meluapkan amarahku. Diam disana, manusia. Anggap saja dirimu kurang beruntung karena bertemu denganku saat ini"     

Demon itu berjalan dengan santai kearah sosok yang datang kepadanya. Demon itu sudah bersiap untuk membunuh sosok manusia itu, demon itu lalu berlari dan menghunuskan senjatanya kearah sosok manusia itu.     

"Aku kurang beruntung? Kau salah, demon sialan. Yang kurang beruntung disini adalah dirimu, jangan kau pikir aku akan membiarkanmu mati dengan mudah" ucap sosok itu.     

Dengan gerakan kilat, sosok itu berlari dan terlihat menebas demon itu.     

"A-apa?..."     

Saat itu juga, demon itu menyadari bahwa kedua tangannya sudah terputus karena tebasan dari sosok itu.     

Sosok itu perlahan berbalik badan dan membuka jubah yang menutupi wajahnya. Sosok itu adalah pria bertopeng yang sebelumnya pernah menyelamatkan Rose saat pertarungannya dengan Astaroth dan juga yang membantu Rose untuk mendapatkan ingatannya kembali.     

Tanpa berkata apa-apa, pria bertopeng itu kembali menebas kedua kaki demon itu. Demon itu langsung terjatuh dan tergeletak ditanah hanya menyisakan tubuh utama tanpa kedua tangan dan kedua kaki.     

"Sialan! Sialan! Sebelumnya adalah [Magical Beast], sekarang adalah manusia. Seberapa banyak yang membuatku kesal hari ini!" teriak demon itu dalam keputusasaan.     

Pria bertopeng itu mendekati demon itu dan menatapnya dengan wajah datar.     

"Aku sebenarnya tidak ada ketertarikan untuk membinasakan demon yang tidak terlibat dengan urusanku selama mereka tidak ikut campur" ucap pria bertopeng itu.     

"Lalu!... Lalu apa salahku? Apa karena aku mengatakan akan membunuhmu? Aku menyesal sudah mengatakan hal itu, bisakah kau melepaskanku? Aku berjanji tidak akan muncul lagi dihadapanmu, jadi aku mohon lepaskan aku" ucap demon itu dengan nada meminta belas kasih.     

"Jangan salah sangka, mengapa aku harus marah ketika kau mengatakan akan membunuhku? Aku tidak marah sama sekali dengan hal itu…"     

"Ja-jadi kau akan melepaskanku, bukan?" ucap demon itu dengan penuh harap.     

"Tapi… Kau membuat satu kesalahan fatal. Kesalahanmu adalah karena menyerang orang yang aku sayangi"     

"O-orang yang kau sayangi?... Apakah orang itu adalah manusia perempuan yang tadinya bertarung denganku? Siapa dia bagimu?"     

"Demon sepertimu tidak punya hak untuk bertanya tentang hal itu. Aku lihat kau cukup berani untuk menyiksa perempuan seperti tadi, jadi jangan harap aku akan mengasihanimu"     

Pria bertopeng itu pun mengeluarkan pedang dari balik jubahnya dan bersiap untuk membunuh demon itu.     

"Ti-tidak! Tolong hentikan"     

"JANGAN BERCANDA DENGANKU, SIALAN! APAKAH KAU TADI BERHENTI KETIKA ROSE MEMINTAMU UNTUK BERHENTI? TIDAK, KAU JUSTRU MENGABAIKANNYA DAN MENYIKSANYA DENGAN KEJAM. Sekarang, selamat tinggal"     

Pria bertopeng itu lalu menusuk leher demon itu dengan pedangnya dan mulai mengoyak-ngoyak leher demon itu secara perlahan. Terlihat darah yang menyembur dengan deras, demon itu merasakan sakit yang luar biasa dan terus menggeliat kesakitan.     

Namun pria bertopeng itu tidak iba dan kasihan sedikitpun, dirinya terus mengoyak leher demon itu. Ketika dirinya melihat demon itu akan mati, dirinya merapal sihir medis untuk menyembuhkan luka pada demon itu.     

"To-tolong berhenti…" Demon itu mengiba.     

Tatapan mata dari pria bertopeng itu dari balik topengnya terlihat sangat tajam dan dingin.     

"Bukankah sudah kubilang, aku tidak akan sedikitpun mengasihanimu. [Holy Magic Skill : Seven Sword of Judgement]"     

Sesaat setelah pria bertopeng itu merapal [Holy Magic], muncul 7 pedang yang mengambang di belakang dirinya. Pedang-pedang itu membentuk lingkaran dan mengeluarkan 7 warna yang berbeda.     

"Berbanggalah karena kau menerima kehormatan untuk melihat 7 pedang penghakiman ini"     

Demon itu sangat terkejut dan tidak percaya dengan apa yang dia lihat.     

"Elemen sihir suci?! Ti-tidak mungkin. Siapa kau sebenarnya? Untuk apa entitas suci dari surga turun ke bumi? [Great Demon Emperor] mengatakan bahwa kalian seharusnya tidak bisa datang ke bumi ini tanpa perintah dari [Throne Of God]! Apakah 4 malaikat agung yang mengirimmu ke bumi untuk membantu manusia membinasakan demon?"     

"4 malaikat agung? Sepertinya kau salah paham akan sesuatu, aku tidak dikirim oleh mereka. Aku bahkan bukan entitas dari surga, dan tentang elemen sihir suci yang kau katakan tadi… Aku mendapatkannya setelah membunuh salah satu dari malaikat agung!" ucap pria bertopeng itu.     

"Me-membunuh malaikat agung? Ka-kau bohong, malaikat agung adalah malaikat dengan kekuatan luar biasa dan sangat ditakuti oleh ras demon. Mereka adalah satu-satunya yang ditakuti oleh [Great Demon Emperor] hingga sekarang"     

"Tidak perlu banyak bicara, rasakan penghakimanmu sekarang. Asal kau tahu, aku akan memastikan jiwamu tidak akan pernah bisa bereinkarnasi lagi untuk selamanya"     

"TI-TIDAK!"     

Pria bertopeng itu lalu mengangkat jarinya dan menunjuk kearah demon itu, dalam kedipan mata seluruh pedang itu langsung menghujam tubuh demon itu.     

"Seluruh jiwaku adalah kabut yang akan menutupi seluruh semesta, darahku adalah air yang akan menenggelamkan seluruh dosa. Pedang penghakiman : Kunci!"     

Setelah itu, muncul cahaya besar dilangit dan menarik perhatian dari pasukan Letnan Shizu yang tengah menyisir hutan untuk memastikan bahwa tidak ada demon yang tersisa.     

"Semuanya! Cepat menuju kearah cahaya itu berasal!" seru Letnan Shizu.     

Letnan Shizu pun berlari dengan diikuti oleh pasukan [Dark Moon] miliknya hingga akhirnya dia sampai di tempat dimana demon itu dibinasakan oleh pria bertopeng itu.     

"A-apa yang terjadi di tempat ini? Kau?! Bukankah kau adalah pria bertopeng yang pernah di bicarakan oleh Kolonel Ryota?"     

Letnan Satu Shizu terlihat waspada dan menghunuskan senjata rohnya kearah pria bertopeng yang sedang duduk di atas batu besar.     

Pria bertopeng yang sebelumnya menatap ketanah, perlahan mengangkat kepalanya dan melihat kearah Letnan Satu Shizu.     

"Yo, Letnan Satu Shizu. Aku tidak menyangka kau akan datang kemari, bagaimana kabarmu?" tanya pria bertopeng itu.     

"Si-siapa kau sebenarnya? Apa maumu datang kemari?" tanya Letnan Shizu dengan wajah tegang.     

Pria bertopeng itu lalu bangkit dari duduknya dan menatap Letnan Satu Shizu.     

"Aku sarankan jangan melakukan hal yang tidak perlu, Letnan Satu Shizu. Aku kemari bukan untuk bertarung denganmu atau pasukan manusia. Aku kemari hanya untuk memeriksa sesuatu, apakah aku bisa bertanya sesuatu kepadamu?"     

Letnan Satu Shizu masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh pria bertopeng itu, namun dirinya memutuskan untuk tenang dan mendengarkan penjelasan dari pria bertopeng itu.     

"Hal apa yang ingin kau tanyakan?"     

"Rose… Apakah dia baik-baik saja?" tanya pria bertopeng itu.     

Letnan Satu Shizu menganggukkan kepalanya.     

"Kolonel Rose baik-baik saja. Dirinya beruntung luka tusukan dari demon yang sebelumnya menyerangnya tidak melukainya dengan parah"     

Pria bertopeng itu menghela nafas lega, dirinya perlahan membuka topeng yang dia kenakan. Letnan Satu Shizu yang melihat hal itu menjadi berdebar-debar dan bertanya-tanya siapa sosok dibalik topeng itu.     

Setelah topeng itu dilepas, terlihat wajah dari sosok bertopeng itu. Wajahnya masih sama ketika dirinya melepaskan topeng itu dihadapan Rose dulu. Rambutnya masih putih keperakan, dan terlihat bekas luka sayat vertikal di salah satu matanya yang membuat mata itu tertutup dan tidak bisa terbuka.     

"Kau mungkin tidak mengenaliku yang sekarang, tapi dulunya kita cukup dekat. Dan bukan… Jika kau berpikiran bahwa aku adalah Kapten Saito yang dulunya kau bunuh, maka kau salah. Aku bukanlah dirinya, selain itu aku dulunya juga dekat dengan Kapten Saito dan yang lainnya"     

Letnan Satu Shizu sangat terkejut dan tidak bisa berkata apa-apa ketika melihat wajah pria bertopeng itu.     

Letnan Satu Shizu lalu dengan sigap memerintahkan seluruh pasukan Dark Moon yang menemani dirinya untuk pergi meninggalkan dirinya dan pria bertopeng itu sendirian.     

Setelah seluruh pasukan Dark Moon pergi dari tempat itu, Letnan Satu Shizu berjalan mendekati pria bertopeng itu.     

"Saya mengenali wajah anda walaupun wajah itu sudah sedikit berbeda. Suara anda juga sedikit lebih berat dari yang saya ingat"     

Letnan Satu Shizu pun memberi hormat militer kepada pria bertopeng itu.     

"Aku terkejut, kau masih bisa mengenaliku. Dan kau bisa berhenti memberiku hormat seperti itu, aku bukanlah orang yang kau kenal seperti dulu"     

"Sebenarnya apa yang terjadi? Saya masih sedikit tidak percaya dengan apa yang saya lihat. Bagaimana bisa ada dua orang yang sa—"     

"Ssst…"     

Pria bertopeng itu memberi isyarat tangan kepada Letnan Satu Shizu untuk tidak melanjutkan perkataannya lagi.     

"Sekarang kau sudah tahu siapa diriku, aku harap kau tidak memberitahu siapapun tentang diriku yang sebenarnya…"     

Letnan Satu Shizu menganggukkan kepalanya.     

"Bagus, sekarang aku memberitahumu sesuatu yang sangat penting. Tiga hari dari sekarang, pasukan demon dalam jumlah besar akan menyerang [Empire]" ucap pria bertopeng itu.     

"Me-menyerang [Empire]? A-apa maksud anda?" tanya Letnan Satu Shizu tidak percaya dengan ucapan dari pria bertopeng itu.     

"Seperti yang kukatakan tadi, mereka akan menyerang seluruh provinsi secara bersamaan. Dan setelah mereka berhasil menaklukan seluruh provinsi, mereka akan menyerang [Central]. Aku ingin kau melaporkan hal ini kepada Jendral August"     

"Ba-baiklah, saya akan sege—"     

Ucapan Letnan Satu Shizu terhenti setelah pria bertopeng itu menyerahkan sebuah kotak kecil berwarna merah kepadanya.     

"Mungkin Jendral August tidak akan langsung percaya dengan hal ini, maka dari itu aku ingin kau juga menyerahkan kotak ini kepadanya dan suruh dia membukanya. Aku yakin dia akan langsung mengetahui apa yang sedang terjadi" ucap pria bertopeng itu.     

Letnan Satu Shizu pun menerima kotak kecil itu dan menyimpannya dalam sakunya.     

"Ma-maaf, apakah kita akan bertemu lagi?" tanya Letnan Satu Shizu.     

Pria bertopeng itu menggelengkan kepalanya dan tersenyum.     

"Aku tidak bisa memastikan hal itu, lagipula aku hanya berniat untuk membantu kalian dari bayang-bayang. Kalau begitu, selamat tinggal"     

Pria bertopeng itu berbalik badan dan perlahan berjalan pergi meninggalkan Letnan Satu Shizu.     

"Tunggu! Se-setidaknya beritahu aku, aku bisa memanggilmu dengan sebutan apa? Aku yakin kau tidak ingin aku memanggilmu dengan nama aslimu" seru Letnan Shizu.     

Langkah pria bertopeng itu terhenti dan dirinya terdiam untuk beberapa saat. Pria bertopeng itu lalu menoleh kebelakang dan tersenyum.     

"Kau bisa memanggilku dengan nama Sylvatica. Nama itu berasal dari nama latin bunga Forget Me Not. Hanya itu yang bisa aku katakan kepadamu, selamat tinggal dan sampai berjumpa lagi, Letnan Satu Shizu"     

Pria itu lalu berjalan pergi dan hilang begitu saja tanpa jejak. Letnan Shizu terdiam beberapa saat dan melihat kelangit dengan tatapan sedih.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.