Divine_Gate

Chapter 130 : Dendam yang masih tersimpan



Chapter 130 : Dendam yang masih tersimpan

1"Baiklah, kita sudah sampai" ucap Michell.    

Ryouichi dan pasukannya dalam sekejap sudah sampai di mansion Hayate dan disambut oleh beberapa pelayan wanita milik Hayate.    

"Yosh, ayo kita laksanakan misi ini dengan sepenuh hati!" seru Ryouichi bersemangat.    

Pasukan [Saint Wolf] melihat kearah Ryouichi dengan tersenyum dan menganggukkan kepala.    

"Jadi kalian sudah datang. Senang bertemu dengan anda lagi, Kolonel Ryouichi" ucap Christopher sembari berjalan menuju Ryouichi dengan wajah ramah.    

"Oh, kau si kacamata waktu itu" ucap Ryouichi.    

"Ahahaha, saya senang anda masih mengingat saya. Namun, saya akan lebih senang lagi jika anda bisa mengganti panggilan anda kepada saya" ucap Christopher sembari tertawa kecil.    

"Maaf-maaf. Senang bertemu denganmu lagi, Christopher" ucap Ryouichi sembari mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan Christopher.    

Christopher membalas jabat tangan Ryouichi dan tersenyum.    

"Hoi, Christopher. Mengapa kau sendirian? Dimana dua temanmu yang lain?" tanya Enzo heran.    

"Ah, apa yang anda maksud adalah Whiz dan Fortune? Mereka sedang menemani Letnan Jendral Hayate pergi ke suatu tempat, namun seharusnya mereka akan kembali kesini sebentar lagi" ucap Christopher.    

"Begitukah…" ucap Enzo.    

"Saya melihat anda sudah sangat siap dengan misi kali ini, Kolonel Ryouichi. Saya senang bisa ikut dalam misi ini dengan orang seperti anda" ucap Christopher.    

"Kau terlalu berlebihan. Justru harusnya akulah yang senang karena ditemani oleh orang sepertimu dan dua kawanmu itu, kalau boleh jujur kau adalah salah satu orang kuat yang pernah kutemui sejauh ini" ucap Ryouichi.    

"Benar juga, misi kali ini akan ada tambahan orang lagi selain pasukan anda dan [Three Disaster]" ucap Christopher.    

"Tambahan orang?" ucap Ryouichi bingung.    

Tiba-tiba terdengar banyak langkah kaki dari pintu dan sedang menuju ketempat mereka.    

"Ah, itu paman Hayate. Paman!" seru Akari sembari melambaikan tangannya kearah Hayate yang sedang berjalan.    

Hayate berjalan di iringi oleh Whiz dan juga Fortune di sisinya, sementara dibelakangnya ada seseorang dengan jubah mengikutinya dari belakang.    

"Oh? Kalian sudah sampai duluan? Baguslah, aku tidak perlu repot-repot menunggu lagi" ucap Hayate tersenyum menyeringai.    

Akari langsung berlari kearah Hayate dan memeluknya dengan manja seperti anak kecil.    

"Paman, penampilan paman saat ini jauh berbeda dengan waktu dulu" ucap Akari.    

Hayate terlihat memakai seragam militer pribadinya yang terdiri dari kemeja putih dan dilapisi dengan rompi anti-sihir, di tambah dengan sepatu boots khas militer. Di pinggangnya terdapat sebuah pistol yang dikaitkan ke sarung pistol. Di punggungnya ada sebuah katana berwarna putih. Yang membuat Hayate berbeda adalah rambutnya tidak lagi panjang, rambutnya terlihat pendek dengan sisi samping tipis dan ada dua garis di sisi kanannya.    

"Haha, sudah saatnya aku mengganti penampilan. Terlebih August menyuruhku untuk berpenampilan rapi" ucap Hayate bangga.    

Enzo berjalan menuju Hayate dan mengamati penampilannya.    

"Huh? Ada apa denganmu, Enzo?" tanya Hayate heran.    

"Kau siapa?" tanya Enzo.    

"Enzo, apa maksudmu? Dia adalah paman Hayate, coba kau perhatikan lebih baik lagi" ucap Akari.    

"Hmmmm… Ah! Kau benar, dia adalah Letnan Jendral Hayate. Hahaha, maaf… Hanya saja Letnan Jendral sangat jauh berbeda dibanding dulu saat aku bertemu dengannya. Dirinya yang dulu lebih mirip seperti gelandangan… Bukan, dia seperti pengemis saat aku bertemu dengannya dulu" ucap Enzo.    

Seluruh orang di tempat itu terlihat menahan tawanya.    

Terlihat wajah Hayate yang mulai kesal dengan ucapan Enzo.    

"Tampaknya kau ingin ku bunuh sekarang?" ucap Hayate dengan nada kesal.    

"Ma-maafkan saya, Letnan Jendral Hayate…" ucap Enzo sembari membungkukkan badannya.    

Hayate terlihat menghela nafas mencoba untuk tenang.    

"Sudahlah, kau tidak perlu sampai meminta maaf seperti itu. Dan juga… Jangan seperti orang asing kepadaku, panggil aku dengan panggilan paman seperti Akari. Lagipula kau akan menikah dengan Akari, bukan? Kau sudah kuanggap seperti keluarga, Enzo" ucap Hayate.    

Mata Enzo terlihat berbinar-binar dan tersenyum.     

"Baik, paman Hayate!" ucap Enzo.    

Akari yang melihat hal itupun senang dan tersenyum manis. Sebaliknya, Ryouichi sedang menatap tajam satu orang yang tidak diketahui dibelakang Hayate.    

"Tu-tuan Ryouichi?" ucap Tiara.    

Ryouichi langsung berjalan menuju orang itu dengan aura yang terpancar kuat. Setiap langkah kaki yang dibuat oleh Ryouichi saat menuju orang itu dipenuhi aura kuat yang membuat hampir seluruh orang ditempat itu gemetar.    

Hayate yang melihat hal itupun menghela nafas.    

"Jadi dia sudah mengetahuinya… Aku berniat untuk memberitahukan tentang hal ini kepadanya saat misi ini benar-benar dimulai nantinya" gumam Hayate.    

Ryouichi berhenti tepat di hadapan orang itu dan menatapnya.    

"Siapa kau sebenarnya? Aku merasa familiar denganmu" ucap Ryouichi.    

Orang itu diam untuk sejenak, hingga akhirnya dia membuka tudung kepalanya.    

"Senang bertemu denganmu lagi, Ryouichi" ucap orang itu.    

Setelah orang itu memperlihatkan wajahnya, seluruh pasukan [Saint Wolf] sangat terkejut dan memasang wajah tidak percaya dengan apa yang mereka lihat.    

"Ka-kau… Apa yang kau lakukan disini? ERIK!" teriak Ryouichi.    

Disaat itu juga mansion itu bergetar dengan sangat hebat hingga membuat beberapa retakan di dinding dan juga langit-langit. Para pelayan wanita milik Hayate yang ada di tempat itu menyadari bahwa Ryouichi adalah seseorang yang harus mereka takuti dan tidak boleh membuatnya marah.     

"Elsa, orang ini sangat kuat. Tubuhku tidak berhenti gemetaran saat ini, aku bahkan tidak bisa lari dari tempat ini" ucap salah satu pelayan wanita Hayate kepada pelayan wanita lainnya.    

"Be-benar, aku tidak pernah merasakan aura sekuat ini. Aura membunuh yang dia keluarkan sangat tajam dan berat, bahkan seluruh [Lady in Black] hanya seperti semut dibandingkan dengannya"     

Hayate yang melihat kemarahan Ryouichi hanya diam dan tenang.     

"Ryouichi, aku paham mengapa kau marah. Namun semua itu hanya masa lalu, bisakah kau—" ucapan Hayate terhenti setelah Ryouichi menatapnya dengan dingin.    

Hayate menatap balik Ryouichi dengan tersenyum. Hayate ikut mengeluarkan aura yang sangat besar dan tampak bisa mengimbangi aura yang di pancarkan oleh Ryouichi.    

"Oh, kau tampaknya sangat ingin bertarung saat ini. Bagaimana kalau bertarung denganku? Aku juga sudah lama tidak bertarung dengan orang kuat sepertimu, Ryouichi" ucap Hayate.    

"Saya meminta dengan penuh hormat, jangan campuri masalah ini. Aku masih punya dendam dengan orang itu, aku tidak akan melanjutkan misi ini sebelum aku benar-benar membunuh bajingan itu" ucap Ryouichi dengan nada dingin.    

"Maaf, tapi aku tidak membiarkanmu membunuhnya ditempat ini. Dia adalah orang yang akan menjadi pemandu jalan pada misi ini" ucap Hayate.    

"Menyingkirlah…" geram Ryouichi penuh amarah.    

Enzo yang melihat hal ini hanya bisa terdiam dan berpikir dengan keras bagaimana caranya untuk menenangkan Ryouichi.     

"Ba-baru kali ini aku melihat ketua sangat marah hingga mengeluarkan aura sebesar ini…" gumam Enzo.    

Tidak ada satupun dari pasukan [Saint Wolf] yang berani untuk menghentikan Ryouichi, hingga tiba-tiba mereka dibuat kaget dengan kehadiran Ayumi yang sudah berada di belakang Ryouichi.    

"Ryouichi" ucap Ayumi.    

Ryouichi yang kenal dengan suara itu langsung menoleh kebelakang. Sesaat Ryouichi menoleh kebelakang, Ayumi langsung menampar Ryouichi dengan keras.    

Ryouichi yang menyadari dirinya ditampar oleh Ayumi langsung tenang kembali. Setelah melihat Ryouichi yang mulai tenang, Ayumi langsung memeluk Ryouichi dengan lembut.    

Seluruh orang di tempat itu terkejut dengan hal itu, termasuk Hayate yang heran dengan keberadaan Ayumi yang secara tiba-tiba.    

"Da-darimana wanita itu berasal? Aku sama sekali tidak bisa merasakan hawa keberadaannya" gumam Hayate.    

"Apa kau sudah tenang, Ryouichi?" ucap Ayumi dengan lembut.    

"I-ibu? Aku sudah tenang kembali, maaf sampai membuat ibu khawatir seperti ini" ucap Ryouichi dengan nada bersalah.    

Ayumi melepas pelukannya dari Ryouichi dan mengusap pipi Ryouichi dengan lembut.    

"Maaf karena sudah menamparmu dengan keras seperti tadi, ibu hanya tidak ingin melihatmu seperti tadi. Amarah dan kebencianmu itu sama dengan Ryota, kalian berdua benar-benar sangat mirip. Apakah pipimu masih sakit?" ucap Ayumi.    

Di sela pembicaraan mereka, tiba-tiba Kolonel Erik bersujud di hadapan Ryouichi. Ryouichi dan pasukan [Saint Wolf] kembali terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Kolonel Erik.    


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.