Chapter 127 : Pak Tua Gilbert
Chapter 127 : Pak Tua Gilbert
Namun karena terlalu fokus dengan lamunannya, Ryouichi menabrak bahu seseorang yang sedang berjalan di sampingnya.
Ryouichi yang menyadari hal itu langsung tersadar dari lamunannya dan langsung meminta maaf kepada orang itu.
"Ah, maaf… Anda? Bukankah anda adalah…"
Sosok yang ditabrak oleh Ryouichi tidak lain adalah pria tua yang pernah dia temui ketika dulu bersantai di café dan memberikannya pemantik api berlogo singa.
"Lama tidak bertemu denganmu, pria muda. Ah, tampaknya kau sudah menjadi petinggi mengingat pangkatmu sekarang ini" ucap pria tua itu sembari menunjuk pangkat yang ada di bahu Ryouichi.
"Ah, tampaknya anda memang memperhatikanku dari dulu, terbukti bahwa anda sampai mengingat hal kecil seperti itu" ucap Ryouichi dengan tatapan curiga.
Pria tua itu terdiam untuk beberapa saat hingga akhirnya tertawa.
"Apakah kau mau menemani pria tua ini lagi untuk menghabiskan waktu? Pria tua ini sangat bosan dan tidak mempunyai teman untuk diajak bicara" ucap pria tua itu.
Ryouichi pun tersenyum dan langsung menganggukkan kepala menyetujui permintaan orang tua itu.
Ryouichi dan pria tua itu pun mengobrol dijalan dengan akrab.
"Hahaha, kau sungguh adalah pria yang menarik. Maaf jika aku tampak terlalu akrab dengan pemimpin markas provinsi ini, lagipula aku hanyalah seorang pria tua yang sama sekali tidak memikirkan hal-hal rumit seperti militer dan politik" ucap pria tua itu sembari bermain dengan janggutnya.
"Tidak perlu terlalu dipikirkan, lagipula saya sendiri juga tidak terlalu suka dengan hal-hal formal seperti itu" ucap Ryouichi dengan nada bersahabat.
"Ah, benar juga… Bagaimana kalau kau ikut denganku ke suatu tempat? Ada hal yang ingin kutunjukkan kepadamu, aku harap kau tidak keberatan untuk ikut denganku" ucap pria tua itu.
"Tidak masalah, lagipula saya masih ada banyak waktu. Kita mau kemana?"
"Tempat yang akan kita datangi adalah tempat dimana pria tua ini suka menghabiskan waktu luang" ucap pria tua itu sembari tertawa kecil.
Ryouichi dan pria tua itu pun berjalan selama 10 menit hingga akhirnya mereka sampai pada sebuah panti asuhan. Tempat itu berada di pinggir kota dan berada agak jauh dari pusat kota, panti asuhan itu tidak terlalu besar namun terlihat cukup terawat.
"Kita sudah sampai, ayo kita masuk kedalam…"
Belum sempat pria tua itu menyelesaikan ucapannya, pintu depan panti asuhan itu meledak dan terlihat kumpulan debu beterbangan.
Ryouichi yang melihat hal itu pun kaget dan langsung mengawasi keadaan sekitarnya.
Pria tua itu langsung berlari kedalam panti asuhan itu dan melihat sekelompok pria sedang berdiri dan salah satu dari mereka sedang mengangkat kerah dari salah satu anak.
"Kau mau mencari masalah denganku, anak sialan? Beraninya kau menyerangku ketika aku sedang berbicara!"
Terlihat seorang wanita muda yang bersujud meminta pria itu untuk melepaskan anak yang sedang dia angkat.
"To-tolong lepaskan anak itu, anak itu tidak tahu apa-apa. Sa-saya mohon kepada anda" ucap wanita muda itu.
Salah satu dari sekelompok pria itu lalu menendang wanita muda itu dan tertawa.
"Jika kau ingin kami melupakan masalah ini, maka cepat bayar hutang kalian. Kami sudah memberikan kalian banyak waktu, kesabaran kami sudah habis" ucap pria itu.
"Ka-kami pasti akan melunasi hutang kami, namun kami tidak bisa membayarnya hari ini. Kami butuh waktu…" ucap wanita muda itu sembari meminta belas kasihan.
Pria yang tadinya mengangkat kerah salah satu anak pun melepas anak itu dan berjalan mendekati wanita muda itu.
"Jika kau begitu memaksa, maka kami akan memberi kalian waktu lagi. Namun, tentunya kau tahu apa yang harus kau lakukan, bukan?" ucap pria itu dengan tatapan penuh nafsu kepada wanita muda itu.
Wanita muda itu pun tersentak ketakutan, namun dia paham bahwa tidak ada yang bisa dia lakukan. Namun tiba-tiba seorang anak perempuan yang terlihat berumur 6 tahun berlari sembari mengayunkan kayu kecil kearah sekelompok pria itu.
"Jangan berbuat jahat kepada kakak Yuna!" seru anak perempuan itu.
"Hah? Bocah ingusan sepertimu sebaiknya diam saja!" teriak pria itu sembari menendang anak perempuan itu.
Anak perempuan itu lalu terlempar jauh dan keningnya berdarah.
"Ino!" seru wanita muda itu.
Tiba-tiba pria itu merasa ada tangan yang meremas bahunya dengan keras. Pria tua yang tadinya bersama Ryouichi ternyata sudah ada dibelakang pria itu dan mengeluarkan aura membunuh yang besar.
"Kakek sialan! Apa yang kau lakukan?" ucap pria itu.
Tanpa banyak bicara, pria tua itu langsung meninju pria itu tepat di perut dengan sangat keras dan membuatnya pingsan ditempat.
"Apa kau tadi mengatakan sesuatu?" ucap pria tua itu dengan tatapan dingin.
Melihat ketua mereka diserang, sekelompok pria itu langsung menyerang pria tua itu.
"Kakek tua sialan!" teriak mereka.
Namun pria tua itu tampak tidak kesulitan untuk menghindari seluruh serangan dari sekelompok pria itu.
"Kalian bahkan tidak layak untuk kulawan" ucap pria tua itu.
Ekspresi dari pria tua itu langsung menjadi serius.
"[Skill : Aura despair]"
Setelah pria tua itu merapal mantera itu, seluruh pria itu langsung tumbang tidak sadarkan diri. Ryouichi yang melihat hal ini langsung menghampiri mereka.
"Pria tua itu bukanlah orang biasa…" gumam Ryouichi.
"Kalian baik-baik saja?" ucap pria tua itu kepada anak-anak di tempat itu.
Kumpulan anak-anak itu hanya bisa menganggukkan kepalanya dengan sedikit rasa takut. Wanita muda itu lalu menghampiri pria tua itu dan membungkukkan badannya.
"Te-terima kasih atas bantuan anda, Pak Gilbert" ucap wanita muda itu.
"Tidak perlu berterima kasih, aku hanya sedang kebetulan lewat dan ingin berkunjung kemari. Namun tampaknya ada masalah disini, jadi aku memutuskan untuk membantu kalian" ucap Gilbert sembari tersenyum dan menepuk kepala wanita muda itu.
Pria tua itu lalu berbalik badan dan menatap kearah Ryouichi yang berdiri dibelakangnya.
"Maaf jika saya meninggalkanmu seperti tadi…" ucap Gilbert.
"Ryouichi… Namaku adalah Ryouichi. Terserah anda mau memanggilku dengan sebutan apa. Lalu anda tampaknya bukan pria tua biasa, pak tua Gilbert. Gerakan tadi bukanlah jenis bela diri biasa, itu adalah gerakan yang biasa di ajarkan di militer. Apakah anda mantan militer?" tanya Ryouichi.
Gilbert diam untuk beberapa saat hingga dia menghela nafas.
"Maaf jika sebelumnya tidak memberitahu anda tentang itu, namun benar saya dulunya adalah mantan militer" ucap Gilbert singkat.
"Be-begitukah. Hahahaha"
Ryouichi yang masih merasa ada hal mengganjal di dalam hatinya memutuskan untuk tidak bertanya lebih jauh dan lebih memilih untuk mendekati wanita muda itu.
"Apakah kau baik-baik saja?" tanya Ryouichi.
"Sa-saya tidak apa-apa, prajurit [The Saviour]" ucap wanita muda itu.
Ryouichi pun tersenyum dan mengelus kepala wanita muda itu. Wanita muda itu sedikit tersentak dan wajahnya memerah sesaat setelah Ryouichi mengelus kepalanya.
Tidak beberapa lama, datanglah sekumpulan prajurit [The Saviour] ke tempat itu dan langsung mengepung tempat itu.
"Ada keributan apa ini? Apakah kalian semua baik-baik saja?" ucap salah satu prajurit.
Ryouichi yang merasakan kehadiran mereka langsung berbalik badan dan menjawab mereka.
"Tidak ada masalah besar, kalian sebaiknya tangkap para pria itu. Mereka lah yang sudah menyerang dan menyebabkan keributan di tempat ini" ucap Ryouichi.
Salah satu prajurit yang tampaknya adalah pemimpin dari regu pasukan itu langsung mengalihkan pandangannya ke arah Ryouichi.
"A-anda?! Ma-maafkan atas ketidaksopanan saya! Kolonel Ryouichi" ucap prajurit itu.
Mendengar hal itu, para prajurit lain langsung berbaris dan memberi hormat kepada Ryouichi.
"Saya minta maaf karena kami sudah membuat anda sendiri yang turun tangan untuk menyelesaikan masalah ini, Kolonel Ryouichi"
"Tidak perlu meminta maaf, kalian hanya perlu mengurus masalah ini tanpa membuat banyak keributan" ucap Ryouichi.
"Ba-baik, Kolonel Ryouichi"
Para prajurit tadi langsung membawa sekelompok pria itu menuju pos penjaga kota terdekat.
Wanita muda yang tadinya berbicara kepada Ryouichi pun langsung berjalan menuju Ryouichi dan membungkukkan badannya dengan rasa takut.
"Sa-saya tidak tahu bahwa anda sebelumnya adalah pemimpin tertinggi di provinsi ini. Saya harap anda berbesar hati dan mengampuni segala ketidaksopanan kami" ucap wanita muda itu.
Ryouichi yang melihat hal itu hanya bisa menggaruk kepalanya dan menghela nafas.
"Ti-tidak perlu sampai seperti itu, angkatlah kepalamu. Tolong berbicaralah seperti biasa, aku tidak terlalu suka dengan hal formal seperti itu" ucap Ryouichi.
Gilbert diam-diam tersenyum ketika melihat perilaku Ryouichi yang tidak sombong dan memperlakukan mereka dengan setara.
"Ryouichi, kau lulus. Tidak salah jika August selalu menyombongkan dirinya yang beruntung mendapatkanmu sebagai menantunya" gumam Gilbert.
Setelah hal itu, terlihat Ryouichi, wanita muda itu, dan Gilbert sedang berunding di sebuah ruangan.
"Lalu apa yang sebenarnya terjadi? Aku mendengar dari para pria itu bahwa panti asuhan ini memiliki hutang. Peminjaman uang adalah hal yang legal dan biasa, namun kekerasan dalam bentuk apapun tetap tidak diperbolehkan. Berdasarkan ceritamu, ini bukanlah kali pertama para penagih hutang itu melakukan kekerasan kepada kalian. Kenapa kau tidak langsung melaporkan hal ini kepada para prajurit penjaga kota?" tanya Ryouichi heran.
"Sa-saya sudah melaporkan hal ini kepada penjaga kota, namun mereka sama sekali tidak menghiraukan laporan saya dan malah mengusir saya dari pos penjaga kota. Mereka beranggapan bahwa tidak ada untungnya bagi mereka untuk berurusan dengan masalah ini" ucap wanita itu lirih.
"Bagaimana pendapat anda tentang masalah ini, pak tua Gilbert? Bukankah anda sering berkunjung ketempat ini? Bukankah aneh jika anda sama sekali tidak mengetahui tentang hal ini?" tanya Ryouichi.
Gilbert pun melihat kearah wanita muda itu.
"Maaf, apakah kau tidak keberatan jika aku merokok disini?" tanya Gilbert dengan nada ramah.
"Ti-tidak masalah" ucap wanita muda itu dengan sedikit heran.
"Terima kasih"
Gilbert lalu membakar rokoknya dan melempar pandangan ke Ryouichi.
"Tentang hal ini, Ryouichi… Aku sudah mengetahui tentang masalah ini sebelumnya dan memang berencana untuk membantu. Maka dari itu aku datang ke tempat ini untuk meluruskan sekaligus menyelesaikan masalah ini, namun tampaknya aku terlambat" ucap Gilbert.
"Pe-pemimpin Ryouichi, tolong jangan salahkan pak Gilbert. Beliau sudah banyak membantu kami, beliau sudah membantu finansial tempat ini dan banyak hal lainnya…" ucap wanita muda itu.
"Ah tidak-tidak, bukan berarti aku menyalahkan pak tua Gilbert. Hanya saja, aku merasa gagal menjadi pemimpin. Para prajurit yang seharusnya berada di bawah pimpinanku malah seperti ini, aku merasa malu" ucap Ryouichi, lalu dirinya menundukkan kepalanya.
Suasana pun menjadi hening seketika.
"Lalu apakah anda mempunyai solusi untuk masalah ini, Ryouichi?" tanya Gilbert.
"Untuk masalah kekerasan yang terjadi memang dapat diatasi dengan mudah dengan memasukkan mereka kepenjara dengan tuntutan kekerasan. Namun hutang di panti asuhan ini adalah legal, dengan kata lain selama mereka memiliki dokumen resmi tentang peminjaman uang panti asuhan ini maka mereka masih bisa menuntut panti asuhan ini" ucap Ryouichi.
Wanita muda itupun perlahan menangis.
"Ma-maaf ini semua adalah salahku, jika saja aku tidak meminjam uang dari mereka…"
Ryouichi hanya bisa menghela nafas.
"Maaf jika aku bertanya tentang masalah ini, namun berapa banyak hutang kalian?" tanya Ryouichi.
Pak tua Gilbert langsung mengerutkan dahinya.
"Ryouichi, kau tidak bermaksud untuk melunasi hutang tempat ini sendirian bukan?" tanya Gilbert.
Wanita muda itu langsung berdiri dari tempat duduknya dan menggelengkan kepalanya.
"Anda tidak perlu sampai sejauh itu hanya untuk tempat kumuh seperti ini, pemimpin tertinggi" ucap wanita muda itu.
Tiba-tiba pintu ruangan mereka diketuk oleh seseorang.
"Ketua, saya sudah datang"
"Masuklah, Enzo" ucap Ryouichi.
Enzo yang ternyata sebelumnya telah dihubungi oleh Ryouichi melalui batu sihir pun datang ke panti asuhan itu menemui Ryouichi dengan membawa banyak dokumen.