Divine_Gate

Chapter 126 : Misi yang gagal



Chapter 126 : Misi yang gagal

1Beberapa hari terlewati setelah kembalinya Ryouichi dan juga pasukan [Saint Wolf] ke markas provinsi timur.     

Enzo terlihat mendatangi Ryouichi yang sedang berdiri di kolam sembari melihat ikan yang sedang berenang kesana kemari.     

"Ketua? Ternyata anda berada di sini"     

"Enzo? Ada apa? Apakah ada berkas militer yang perlu ku periksa kembali?" tanya Ryouichi sembari melihat kearah Enzo.     

Enzo menggelengkan kepalanya dan berdiri di samping Ryouichi.     

"Ketua, apakah anda mempunyai masalah? Saya tidak pernah melihat wajah anda seperti ini sebelumnya"     

"Hahaha, masalah yah… Tampaknya aku memang tidak bisa menyembunyikan ekspresi ketika aku sedang banyak masalah" ucap Ryouichi.     

"Anda tidak perlu khawatir tentang misi kita nanti, ketua. Saya yakin kita akan berhasil dalam misi kita nanti, lagipula kita akan ditemani oleh Letnan Jendral Hayate dan Brigadir Jendral Havif bukan? Jadi anda bisa lebih tenang" ucap Enzo mencoba menyemangati Ryouichi.     

Ryouichi pun berbalik dan menepuk pundak Enzo.     

"Enzo, apa pendapatmu jika aku memerintahkanmu dan juga Akari untuk tidak ikut dalam misi nanti?"     

Enzo pun tersentak kaget dan tidak dapat menyembunyikan ekspresi diwajahnya.     

"Ketua, tidak perduli perintah apa yang anda berikan kepada saya, saya akan tetap mematuhi dan berusaha untuk menjalankannya. Namun saya ingin tahu alasan mengapa anda mempunyai pemikiran seperti itu…" ucap Enzo dengan penuh banyak pertanyaan di kepalanya.     

Ryouichi lalu tertawa keras dan menggelengkan kepalanya.     

"Maaf, aku hanya bercanda. Tidak mungkin aku sekejam itu dan tidak membiarkanmu untuk ikut dalam misi ini, bukan? Lupakanlah pertanyaanku tadi. Aku akan pergi ke kota sampai sore nanti, jika ada yang bertanya maka bilang saja kepada mereka bahwa aku sedang berbelanja suplai barang di kota" ucap Ryouichi.     

"Apakah saya bisa menemani anda ke kota, ketua?" tanya Enzo.     

Ryouichi berjalan pergi tanpa menjawab pertanyaan Enzo dan hanya melambaikan tangannya.     

"A-apakah mungkin ketua sudah tahu alasan dibalik pertengkaran Kolonel Rose dan juga Natsumi? Tidak… ketua tidak mungkin tahu tentang hal itu, lagipula aku sudah meminta yang lain untuk tidak berkata apapun tentang masalah itu" gumam Enzo.     

Ryouichi yang masih berjalan pun merasakan sakit yang hebat di kepalanya dan hampir terjatuh.     

"Sial, lagi-lagi… Entah kenapa sejak aku kembali ke markas provinsi timur, kepalaku menjadi sering sakit" ucap Ryouichi sembari memegang kepalanya.     

Sementara itu di markas provinsi barat, Rose tengah melatih Alice dan pasukannya.     

"Bagus, Alice! Kau sudah banyak berkembang sejak pertarunganmu dengan Ryouichi! Tapi jika kau pikir ini saja sudah cukup, maka kau salah! Kau masih harus banyak belajar" seru Rose yang sedang dalam latih tanding dengan Alice.     

Alice terlihat babak belur dan hampir tidak bisa berdiri lagi setelah menerima banyak serangan Rose.     

"Ku-kuat sekali… Kolonel Rose mempunyai kekuatan yang hampir sama dengan ketua Ryouichi"     

Rose pun menyeka keringatnya dan berjalan kearah Alice.     

"Kau sudah tumbuh menjadi lebih kuat, Alice" ucap Rose sembari tersenyum dan mengulurkan tangan kepada Alice.     

Alice pun berdiri dengan dibantu uluran tangan dari Rose dan beristirahat sejenak di tepi lapangan.     

"Kolonel Rose, anda sungguh kuat sekali. Kekuatan anda hampir setara dengan ketua Ryouichi" ucap Alice.     

"Hampir setara dengan Ryouichi? Alice, kau sungguh lucu. Ryouichi sangat jauh lebih kuat dibanding denganku, mungkin dari seluruh [Guardian] akulah yang paling lemah diantara mereka" ucap Rose.     

"Mes-meskipun anda adalah yang paling lemah diantara [Guardian], namun kekuatan anda tetaplah diatas rata-rata prajurit biasa, Kolonel Rose. Bahkan saya sendiri sangat kewalahan ketika melawan anda" ucap Alice.     

"Hahaha, terima kasih atas pujianmu, Alice. Hari ini adalah hari latihan kita yang terakhir, misi regu Ryouichi juga akan segera dimulai" ucap Rose.     

"Ah, benar juga. Hari ini adalah hari dimana misi utama prajurit [The Saviour] bukan? Saya dengar mereka baru berangkat dengan armada besar menuju [Great Border] pada pagi hari ini. Sudah pasti prajurit [The Saviour] bisa menyelesaikan misi ini dengan mudah" ucap Alice bersemangat.     

"Tentu saja, lagipula Kolonel Ray yang menjadi pemimpin misi besar ini. Meskipun Kolonel Ray adalah orang seperti itu, namun aku yakin dia bisa memimpin para prajurit dan mengambil alih beberapa wilayah" ucap Rose.     

Ketika Alice dan Rose sedang berbincang, Mayor Milly menghampirinya dengan tergesa-gesa.     

"Kolonel Rose! Kolonel Rose!"     

Rose yang melihat Mayor Milly yang terengah-engah dan berlari kearahnya pun heran.     

"Mayor Milly? Ada apa denganmu? Apakah ada sesuatu yang terjadi?" tanya Rose.     

"Jendral sedang menunggu anda di ruang rapat dan meminta anda untuk segera menemuinya" ucap Mayor Milly.     

"Ayah? Mengapa dia tiba-tiba datang tanpa memberitahuku? Apakah memang ada sesuatu yang sedang terjadi" gumam Rose khawatir.     

Rose lalu berjalan dengan cepat menuju ruangan rapat untuk menemui Jendral. Sesampainya diruangan itu, Rose langsung merasakan hawa berat dan melihat wajah Jendral yang sedang serius memikirkan sesuatu.     

"Ayah? Ada apa? Jarang sekali ayah kemari tanpa memberitahu Rose"     

"Rose, duduklah…"     

Setelah melihat ekspresi Jendral, Rose langsung duduk tanpa banyak bertanya.     

"Rose, maafkan ayah yang kemari tanpa memberitahumu terlebih dahulu. Sebenarnya ada hal penting yang hendak ayah katakan kepadamu" ucap Jendral.     

"Ah, benar juga… Selagi ayah disini, aku akan memberitahunya bahwa aku sedang hamil…" gumam Rose.     

"Ayah! Sebenarnya Rose sedang ham—"     

Belum sempat Rose menyelesaikan ucapannya, Jendral langsung menundukkan kepalanya.     

"Rose, maafkan ayah…"     

"A-ayah? Ke-kenapa ayah tiba-tiba meminta maaf seperti itu? Sebenarnya apa yang terjadi?" ucap Rose bingung.     

"Se-sebenarnya… Tentang misi pengambil alihan wilayah yang dipimpin oleh Kolonel Ray saat ini, mereka dipukul mundur oleh demon dan meminta bantuan darurat. Oleh karena itu, ayah memintamu untuk mengirimkan prajurit dari markasmu sebagai bala bantuan bagi mereka" ucap Jendral.     

"Di-dipukul mundur?! Mustahil, bukankah prajurit yang dipimpin oleh Kolonel Ray adalah prajurit gabungan yang terdiri dari ribuan prajurit [Dark Moon] dan prajurit markas provinsi lain? Lagipula beberapa petinggi atas juga ikut dalam misi itu, lalu mengapa bisa mereka dipukul mundur oleh demon?" ucap Rose dengan rasa tidak percaya.     

"Awalnya ayah juga tidak percaya dengan berita itu, tapi… hampir seluruh petinggi atas yang ikut dalam misi itu telah terbunuh dan hanya menyisakan beberapa prajurit yang selamat. Lebih parahnya lagi, berdasarkan apa yang dilihat oleh para prajurit pengintai melalui [Clairvoyance], para demon itu menggantung kepala dari seluruh petinggi atas yang telah terbunuh…" ucap Jendral dengan nada berat.     

"Bu-bukankah berarti misi ini telah gagal?! Cepat batalkan misi ini dan perintahkan prajurit lainnya untuk mundur dari medan perang sekarang, ayah! Bahkan petinggi atas telah banyak terbunuh dalam misi ini, apa lagi yang bisa kita lakukan selain mundur terlebih dahulu? Be-benar, bagaimana dengan Kolonel Ray? Apakah dia baik-baik saja?"     

Jendral hanya bisa menggelengkan kepalanya.     

"Misi ini tidak dapat dibatalkan begitu saja, beberapa wilayah telah berhasil dikuasai oleh prajurit [The Saviour], jika misi ini dibatalkan… Maka semuanya akan sia-sia, tidak hanya wilayah yang telah kita kuasai akan di rebut lagi oleh demon namun para demon itu juga bisa menyerang balik [Great Border] dengan jumlah pasukan yang besar"     

Rose lalu berdiri dan hendak pergi dari ruangan itu.     

"Rose! Mau kemana kau?"     

"Bukankah sudah jelas? Aku akan meminta bantuan Ryouichi dan pasukan [Saint Wolf] untuk turun ke [Great Border] dan memenangkan perang ini. Lalu aku juga akan turun tangan dalam perang ini" ucap Rose.     

"Berhenti! Ayah tidak ingat memintamu untuk turun langsung ke medan perang! Dan Ayah juga tidak akan meminta bantuan dari Ryouichi" ucap Jendral.     

"Apa ayah sedang bercanda? Satu-satunya yang bisa membantu adalah Ryouichi dan pasukannya! Aku adalah istri dari Ryouichi, tidak mungkin dia akan menolak jika aku meminta bantuannya sekarang" ucap Rose.     

"Memang benar Ryouichi tidak akan menolak jika kau yang memintanya, namun ayah tidak bisa membiarkan Ryouichi dan pasukannya untuk turun dalam misi ini. Mereka sudah punya misi tersendiri dengan Letnan Jendral Hayate dan juga Brigadir Jendral Havif!" seru Jendral.     

Rose lalu terdiam dan meremas tangannya.     

"Kalau begitu, perintahkanlah Rose untuk kesana! Lagipula misi ini sudah tidak masuk akal sejak awal, misi ini seharusnya adalah misi gabungan dari Central dan seluruh markas provinsi lainnya! Hanya mengirim satu [Guardian] dan prajurit biasa kesana adalah ide yang bodoh!" ucap Rose.     

"Dasar putri bodoh! Aku tidak mungkin mengirim putriku kesana hanya untuk mati! Dengarlah Rose, informasi mengenai kegagalan misi ini belum diketahui oleh siapapun. Hanya aku, kau, dan beberapa petinggi atas lainnya yang tahu tentang ini. Maka dari itu aku hanya memintamu untuk mengirimkan beberapa prajurit untuk membantu evakuasi dari beberapa prajurit yang selamat menuju benteng terdekat. Ayah juga mempunyai alasan tersendiri untuk merahasiakan masalah ini dari yang lainnya" ucap Jendral.     

"Baiklah… Kalau begitu Rose akan mengirimkan 200 prajurit markas provinsi barat untuk membantu misi evakuasi ini" ucap Rose.     

"Terima kasih atas pengertianmu, Rose. Kalau begitu ayah akan kembali ke Central untuk mengurus beberapa hal, jika prajurit mu sudah siap maka kau bisa langsung mengirimkan mereka ke [Great Border]… Dan ingatlah jangan memberitahu siapapun tentang hal ini, dan juga jangan pernah sekalipun berpikir untuk ikut kesana" ucap Jendral.     

Setelah kepergian Jendral, Rose berjalan di koridor dengan pikiran kosong.     

"Kolonel Ray…"     

Tidak lama setelahnya, Mayor Megumi berpapasan dengan Rose.     

"Kolonel Rose!" Mayor Megumi melambaikan tangan ketika melihat Rose.     

"Ma-Mayor Megumi?! Se-sedang apa anda disini?" tanya Rose.     

"Ah, saya hanya sedang mengurus beberapa berkas terkait Sersan Alice dan pasukannya. Bukankah hari ini adalah hari terakhir mereka berlatih di markas anda?" ucap Mayor Megumi.     

"Be-benar juga…"     

"Kolonel Rose, tadi saya melihat Jendral keluar dari ruangan rapat bersama dengan anda. Maaf jika lancang, tapi apakah ada perkembangan tentang misi di [Great Border]? Saya hanya khawatir dengan Kolonel Ray, saya harap dia tidak bertindak macam-macam disana" ucap Mayor Megumi.     

Rose dapat melihat dengan jelas raut wajah khawatir dan cemas yang disembunyikan oleh Mayor Megumi.     

"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, Mayor Megumi. Aku yakin misi itu berjalan lancar dan hanya tinggal menunggu berita kemenangan dari Kolonel Ray saja" ucap Rose sembari tersenyum mencoba untuk menghilangkan rasa khawatir dari Mayor Megumi.     

"Anda benar, lagipula apa yang perlu dikhawatirkan? Saya yakin Kolonel Ray dapat menyelesaikan misi itu dengan mudah. Anak-anak juga sedang menunggu kepulangan dari ayah mereka secepatnya. Kalau begitu saya permisi dulu, Kolonel Rose" ucap Mayor Megumi.     

Kepergian dari Mayor Megumi masih meninggalkan banyak rasa campur aduk dihati Rose.     

"Apa yang harus kulakukan sekarang? Seperti kata ayah, aku tidak bisa meminta tolong Ryouichi dan mengacaukan misi Ryouichi nantinya. Ryouichi… Maaf, aku akan pergi ke [Great Border] juga untuk menyelamatkan Kolonel Ray" Rose lalu berlari menuju ruangannya dan mengambil dua lembar kertas dan mulai menulis sesuatu.     

Setelah selesai menulis, Kolonel Rose langsung memanggil Mayor Milly.     

"Kolonel Rose, ada apa anda memanggil saya?" ucap Mayor Milly sembari menggendong Aiko.     

"Mama!" Aiko langsung berlari dan memeluk Rose.     

"Mayor Milly, aku minta kau untuk segera mengorganisir 200 prajurit paling terlatih dan kuat untuk menemaniku ke medan perang" ucap Rose.     

"Medan perang? Apa yang anda bicarakan, Kolonel Rose?"     

"Tolong, Mayor Milly. Jangan banyak bertanya dan lakukan saja yang kuminta, lalu jangan bilang kepada siapapun bahwa aku ikut dalam 200 prajurit itu. Sisanya aku sendiri yang akan memimpin mereka" ucap Rose dengan tatapan meminta tolong.     

"Ko-kolonel Rose, anda… Baiklah, saya akan melaksanakan perintah anda secepatnya"     

"Mayor Milly, jika aku tidak kembali esok hari… Tolong beritahu Ryouichi untuk kemari dan datang keruanganku. Aku meninggalkan surat untuknya, dan terima kasih atas bantuannya selama ini" ucap Rose.     

Mayor Milly sudah tahu apa yang akan dilakukan oleh Rose.     

"Kolonel Rose, saya tidak akan bertanya lagi tentang apa yang hendak anda lakukan. Tapi tolong kembalilah dengan selamat, masih ada orang lain yang peduli dengan anda selain saya… Kalau begitu saya permisi" ucap Mayor Milly.     

Setelah kepergian Mayor Milly, Rose menatap Aiko dan membelai rambutnya dengan lembut.     

"Aiko, mama akan pergi dulu untuk beberapa hari. Jika Aiko kesepian, Aiko bisa pergi dengan Mayor Milly menuju kantor papa" ucap Rose sembari tersenyum.     

Aiko yang tidak mengerti apapun hanya bisa tersenyum dan menganggukkan kepalanya.     

"Hati-hati dijalan, mama" ucap Aiko dengan senyuman.     

"Mama akan kembali secepatnya" ucap Rose sembari memeluk Aiko dengan erat.     

Rose pun memantapkan hatinya untuk menuju [Great Border], sementara Ryouichi yang masih belum mengetahui masalah ini pun sedang berada di pusat kota timur dan berjalan-jalan untuk melepas penat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.