Divine_Gate

Chapter 124 : Iri dan cemburu



Chapter 124 : Iri dan cemburu

0Kolonel Ray terkesima dengan apa yang dia lihat saat ini.     

"Sungguh pemandangan yang mengharukan…" gumam Kolonel Ray.     

"Ray… Sungguh pemandangan yang bahagia, bukan?" ucap Ayumi yang tiba-tiba mendatangi Kolonel Ray.     

"Ayumi… Hahaha, kau benar. Aku jadi iri dengan mereka yang bisa mendapat cinta mereka dengan mudah" ucap Kolonel Ray.     

"Bukankah kau bilang bahwa kau sudah menemukan pasangan hidup? Apakah kau tidak puas dengan hal itu? Asal kau tahu, aku sangat tidak suka dengan laki-laki yang suka berselingkuh" ucap Ayumi.     

"Tidak… Aku sudah sangat puas dengan semua itu… Ayumi, aku dulu pernah sangat mencintaimu…" ucap Kolonel Ray dengan nada serius.     

Ayumi pun hanya bisa tersenyum.     

"Aku tahu, kau pikir aku tidak tahu bahwa dulu ada seorang prajurit dengan pangkat rendah dan lemah yang terus memperhatikanku dari jauh? Bahkan orang-orang ragu bahwa orang itu bisa melawan demon dan kembali dengan selamat. Dan aku juga tahu ketika kematianku, kau melihat Ryota sebagai musuh. Namun aku lega sekarang, kau sudah bisa melupakan masa lalu dan berjalan maju kedepan" ucap Ayumi.     

"Hahaha, kau benar. Aku yang dulu sangatlah lemah yang bahkan aku sendiripun ragu apakah aku pantas menjadi seorang prajurit. Aku harus berterima kasih kepada Ryota, karena dirinyalah aku bisa mendaki setinggi ini menjadi prajurit yang dihormati dan disegani… Anggap saja orang lemah yang dulu pernah mencintaimu itu sudah tidak ada lagi, dirinya sudah lama mati bersama denganmu dulu. Orang yang berdiri disampingmu saat ini hanyalah orang yang sudah memiliki kehidupannya sendiri dan sudah melupakan masa lalu" ucap Kolonel Ray.     

"Aku yakin Ryota akan tertawa jika mendengar ucapanmu saat ini"     

"… Ayumi, apakah ada sihir yang bisa menghidupkan orang yang sudah mati?"     

"Aku tahu arah pembicaraanmu, tidak ada sihir yang bisa menghidupkan orang yang sudah mati" ucap Ayumi.     

"Kau berkata seperti itu seakan-akan kau belum mati"     

"Jiwaku dulu disegel oleh Ryota di sebuah senjata roh, jadi bisa dibilang aku tidak benar-benar mati. Berbeda dalam kasus Ryota yang dia langsung mati tanpa terikat atau tersegel pada senjata roh. Aku pun sebenarnya juga ingin bertemu dengan Ryota dan mengatakan padanya bahwa aku masih hidup berkat dirinya. Dan aku juga berharap bahwa Ryota mempunyai cara sendiri untuk menghidupkan dirinya kembali" ucap Ayumi     

"Ryota bukanlah Tuhan, Ayumi. Dia tidak bisa seenaknya mati dan hidup kembali begitu saja. Tapi aku juga tidak akan kaget jika suatu saat dirinya kembali hidup"     

Kolonel Ray pun mengeluarkan sekotak rokok dan mengambil satu batang rokok lalu membakarnya.     

"Baiklah, sudah saatnya aku bersiap-siap untuk kembali ke markas provinsi timur bersama dengan Ryouichi dan yang lainnya. Sampai bertemu lagi, Ayumi" ucap Kolonel Ray yang perlahan pergi meninggalkan Ayumi.     

Di sisi lain, Natsumi berada dikamarnya dan menutupi tubuhnya dengan selimut.     

"Ryouichi sudah memiliki Kolonel Rose sebagai istrinya, lalu untuk apa aku bersedih seperti ini… Harusnya aku turut senang karena bisa melihat dirinya bahagia seperti itu. Tapi perasaan aneh ini tidak mau hilang, aku harus bagaimana? Aku sudah tidak bisa melihat Ryouichi lagi seperti biasanya. Aku sudah tahu bahwa akhirnya akan seperti ini, lalu apa yang kuharapkan? Apakah aku mengharapkan Ryouichi akan berpisah lagi dengan Kolonel Rose? Aku sungguh manusia yang buruk…" gumam Natsumi.     

"Natsumi? Kau baik-baik saja?"     

Akari menggoyangkan tubuh Natsumi dengan pelan dan ingin melihat reaksi darinya.     

"Aku baik-baik saja, dan berhentilah mengguncang tubuhku seperti itu" ucap Natsumi lirih.     

"Natsumi, selama ini aku pura-pura tidak melihat apa yang kau alami. Tapi kau sebenarnya menyukai ketua, bukan?" raut wajah Akari terlihat iba dengan Natsumi.     

"Apa maksudmu? Ba-bagaimana bisa aku menyukai ketua? Pertanyaanmu tidak berdasar sama sekali" ucap Natsumi.     

"Natsumi—"     

"Pergilah, aku sedang tidak ingin diganggu"     

"Natsumi!"     

Akari lalu menyingkap selimut yang menutupi tubuh Natsumi.     

"Menjengkelkan! Bukankah sudah kubilang untuk meninggalkanku sendirian!" teriak Natsumi.     

Natsumi terlihat berantakan, matanya memerah karena terlalu lama menangis dan rambutnya kusut.     

"Natsumi…" ucap Akari lirih.     

"Menyedihkan bukan? Silahkan jika kau mau mentertawakan tentang betapa menyedihkannya aku, lagipula aku tidak peduli lagi dengan semuanya—"     

Natsumi merasakan dekapan hangat dari Akari yang langsung memeluknya tanpa berpikir panjang.     

"Menyedihkan bukan? Jika saja aku tidak pernah bertemu dengan Ryouichi, maka aku tidak akan pernah seperti ini. Aku akan tetap berada di kantor penjaga kota dan tetap bersama dengan adikku. Aku akan menghabiskan sisa hidupku sampai tua tanpa memiliki seorang kekasih, aku lebih memilih semua itu!" ucap Natsumi sesegukan.     

"Akari tahu, ceritakan saja kepada Akari tentang hal apa saja yang sudah Natsumi lewati. Akari akan terus berada di sini sampai Natsumi menceritakan semuanya" ucap Akari lembut dan mengusap kepala Natsumi.     

"Aku belum pernah jatuh cinta sebelumnya kepada seseorang, apakah salah jika aku jatuh cinta meskipun hanya untuk sekali saja? Jika jatuh cinta akan sesakit ini, maka aku memilih untuk tidak pernah merasakan jatuh cinta kepada siapapun. Semua ini salah Ryouichi! Kenapa dia membuatku jatuh cinta kepadanya!" teriak Natsumi dengan penuh keputusasaan.     

"Natsumi, tidak ada satupun yang salah. Baik dirimu maupun ketua, kalian berdua tidak melakukan kesalahan. Kalian hanya bertemu di kondisi dan waktu yang tidak tepat, jika kalian bertemu dalam kondisi dan waktu yang tepat maka tidak diragukan lagi kalian akan menjadi pasangan yang bahagia" ucap Akari.     

"Lalu aku harus bagaimana? Aku tidak bisa lagi melihat Ryouichi seperti biasanya. Diriku yang dulu pasti tidak akan terlalu peduli dengan urusan percintaan orang lain, tapi diriku yang sekarang terlalu bodoh hingga tidak bisa memutuskan hal yang mudah sekalipun. Jalan termudah adalah dengan melupakan Ryouichi, hal itu terdengar sangat mudah bukan? Tapi nyatanya tidak seperti itu! Aku membenci diriku saat ini, aku membenci diriku yang tidak berdaya ini. Siapapun tolong, aku tidak peduli apa yang harus kubayar… Tolong bantu aku menghilangkan perasaan ini"     

Akari yang mendengar semua perasaan Natsumi hanya bisa menahan tangisnya. Tangisan kecewa karena tidak bisa membantu temannya sendiri disaat seperti ini.     

"Natsumi—"     

Ucapan Akari terhenti saat mendengar langkah kaki mendekat.     

"Tidak ada seorangpun yang berhak memintamu melupakan perasaanmu, Natsumi. Bahkan jika itu diriku sekalipun, aku tidak berhak untuk memintamu berhenti mencintai Ryouichi"     

Rose tiba-tiba berada di depan pintu dan menatap Natsumi.     

"Ko-Kolonel Rose?! Mengapa anda bisa berada disini?" tanya Akari yang sangat terkejut dengan kedatangan Rose secara tiba-tiba.     

Rose pun tersenyum kepada Akari seakan mencoba untuk mengatakan bahwa dirinya berada di tempat itu bukan untuk mencari masalah dengan Natsumi.     

"Maaf, Kolonel Rose. Saya sedang dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk berbincang dengan orang lain. Jadi saya minta anda untuk pergi dari tempat ini karena saya membutuhkan ketenangan untuk beristirahat" ucap Natsumi.     

"Berhenti bersikap seperti anak-anak, Natsumi! Kau pikir aku tidak kesal dengan tingkahmu saat ini?" teriak Rose.     

Teriakan Rose membuat beberapa penjaga yang berada dekat dengan ruangan Natsumi menjadi heran dan mencoba untuk memeriksa keadaan. Namun belum sampai mereka ke ruangan Natsumi, Kolonel Ray dan Enzo menghentikan para penjaga itu.     

"Maaf atas keributannya, tapi kalian bisa tenang karena ini hanyalah pertengkaran sesama wanita yang biasa terjadi. Kembalilah ke pos jaga kalian masing-masing" ucap Kolonel Ray.     

"Ta-tapi, Kolonel…" Salah satu penjaga masih bersikeras untuk memeriksa keadaan.     

"Sudah kubilang kalian tidak perlu khawatir! Jika terjadi masalah maka aku sendiri yang akan bertanggung jawab. Bagaimana? Apa kalian sudah puas jika seorang [Guardian] sepertiku sampai berkata seperti itu?" seru Kolonel Ray.     

"Ti-tidak! Maafkan atas ketidaksopanan kami, Kolonel. Kalau begitu kami permisi dulu" ucap salah seorang penjaga dengan wajah ketakutan.     

Para penjaga itupun pergi meninggalkan Kolonel Ray dan Enzo yang masih berdiri menjaga lorong .     

"Terima kasih karena sudah mau membantu sejauh ini, Kolonel Ray" ucap Enzo.     

"Tidak perlu berterimakasih kepadaku, lagipula aku sendiri yang ingin membantu kalian. Tapi jika masalah sudah sampai seperti ini, aku takut bahwa pasukan [Saint Wolf] akan goyah" ucap Kolonel Ray khawatir.     

"Mari berharap tidak terjadi sesuatu yang buruk seperti itu terjadi, Kolonel Ray" ucap Enzo.     

"Kita cukup bersiaga saja, jika Kolonel Rose dan Natsumi sampai bertarung maka sudah pasti akan terjadi keributan yang besar di tempat ini. Jika mereka benar-benar sampai bertarung di tempat ini, kita berdua lah yang akan menghentikan mereka. Aku tidak ingin ada masalah yang terjadi terlebih sekarang kita berada di markas provinsi lain" ucap Kolonel Ray.     

Kondisi di kamar Natsumi semakin tidak terkendali dan semakin memanas.     

"Lalu apa pedulimu jika aku bertingkah seperti anak-anak? Aku menjadi seperti ini juga karena dirimu! Jika saja pada waktu itu kau tidak kehilangan ingatan dan tidak membuang Ryouichi maka aku tidak akan menjadi seperti ini!" teriak Natsumi.     

"Lalu? Kau ingin bilang bahwa kau membenciku?" tanya Rose dengan tatapan tajam.     

Natsumi diam tanpa membalas perkataan dari Rose.     

"Kenapa kau diam? Apakah kau masih memikirkan jabatanku dan tidak berani mengatakan hal kasar kepadaku?" tanya Rose.     

"..." Natsumi hanya diam tanpa menjawab pertanyaan dari Rose.     

Rose lalu perlahan melepas seragamnya dan menatap Natsumi.     

"Baiklah, sekarang seragam ini sudah kulepas. Silahkan katakan jawabanmu! Aku bertanya disini bukan sebagai prajurit militer, aku bertanya sebagai sesama perempuan!" seru Rose.     

"Ci… Aku sangat membencimu! Aku membenci dirimu yang pernah membuang serta melupakan Ryouichi dan membuatnya menangis! Jika saja ingatanmu tidak pernah kembali maka yang berada di sisi Ryouichi sekarang adalah aku!" teriak Natsumi dengan segala emosi yang meledak-ledak.     

"Dan aku juga membencimu, Natsumi! Aku membenci dirimu karena kaulah yang berada di samping Ryouichi disaat dirinya menderita, kaulah yang berada di sampingnya ketika Ryouichi butuh sandaran dan bukan aku. Aku membenci dirimu juga, Natsumi!"     

Natsumi yang mendengar ucapan Rose langsung berdiri dan berhadapan dengan Rose.     

"Aku iri denganmu yang bisa bersanding dengan Ryouichi, kalian nampak serasi satu sama lain. Tapi lihatlah diriku ini, aku sama sekali tidak dapat dibandingkan denganmu. Dari dulu aku selalu membenci orang sepertimu, orang yang dapat dengan mudah mendapatkan segala hal yang diinginkan dalam hidupnya! Lalu di sisi lain ada orang sepertiku yang hanya bisa meratapi dari jauh! Aku juga ingin jatuh cinta! Aku juga ingin bergandengan tangan dengan orang yang kucintai dan bukannya malah melihat orang yang kucintai bergandengan tangan dengan wanita lain! Orang yang kucintai adalah Ryouichi!" teriak Natsumi.     

Akari hanya bisa diam terpaku melihat Natsumi dan Rose yang saling mengeluarkan amarah mereka masing-masing yang selama ini mereka pendam terhadap satu sama lain.     

"Kau bilang bahwa orang yang kau cintai adalah Ryouichi? Jangan bercanda denganku, jika kau mencintainya kenapa kau tidak mengutarakan perasaanmu kepadanya! Kenapa kau malah menjadi menyedihkan seperti itu! Dasar wanita bodoh!" teriak Rose dengan penuh emosi meledak-ledak.     

"Jika aku mengutarakan perasaanku kepadanya, itu sama saja aku merebut dan mencuri. Aku tidak akan pernah mengizinkan diriku menjadi seorang perebut kekasih orang lain!"     

"Berhentilah berbohong, Natsumi! Berhentilah berpura-pura menjadi orang suci!" teriak Rose .     

Rose lalu berlari dan menarik tangan Natsumi, mereka berdua pun jatuh ke lantai. Terlihat mereka berdua saling memukul, menampar dan saling menjambak satu sama lain.     

"Orang suci?! Apa yang kau tahu tentang hidupku! Aku lebih baik mati daripada hidup sebagai wanita perebut laki-laki lain!" ucap Natsumi sembari memukul wajah Rose.     

"Jadi kau menganggap dirimu lebih rendah dibanding denganku? Jangan bercanda denganku!" teriak Rose sembari menendang perut Natsumi hingga terpental menghantam dinding.     

"Si-sialan! Benar! Aku memang lebih rendah darimu!" seru Natsumi yang sudah terbutakan oleh rasa cemburu dan iri terhadap Rose.     

"Kau lebih rendah dariku? Jangan bercanda, Natsumi. Jika aku dihadapkan pada dua pilihan untuk memilih orang yang kucintai atau teman-temanku… Maka aku akan memilih orang yang kucintai! Benar, seegois itulah diriku! Aku tidak akan pernah bisa seperti dirimu yang bisa menahan diri karena masih memikirkan tentang pertemanan! Aku… Aku mungkin adalah wanita paling egois yang pernah ada. Lalu apa salahnya menjadi egois? Wanita berhak untuk menjadi egois jika itu menyangkut orang yang mereka cintai!" teriak Rose.     

Natsumi yang mendengar ucapan Rose pun tertegun.     

"Ji-jika aku berkata ingin mengutarakan perasaanku kepada Ryouichi. Apa yang akan kau lakukan? Aku bertaruh bahwa kau akan mengamuk dan bertarung habis-habisan denganku saat ini, bukan?" ejek Natsumi.     

Rose terdiam seribu Bahasa dan membuat Natsumi tersenyum.     

"Lihat? Kau bahkan tidak bisa menjawab pertanyaanku! Pada akhirnya memang kau adal—"     

"Silahkan…" ucap Rose lirih.     

"Apa kau bilang?" Natsumi tidak percaya dengan apa yang dia dengar.     

"Silahkan! Silahkan jika kau ingin mengutarakan perasaanmu kepada Ryouichi! Aku tidak akan melarangnya, bukankah sudah kubilang tadi? Seorang wanita berhak menjadi egois jika menyangkut orang yang mereka cintai. Aku saja berhak untuk egois, lalu kenapa kau tidak bisa menjadi egois juga sepertiku?" ucap Rose.     

"Kau… Kau… Kenapa? Kenapa kau bisa mengatakan hal seperti itu dengan mudah?" tanya Natsumi.     

Rose pun berdiri dan tersenyum.     

"Alasannya sama dengan alasanmu yang masih bisa memilih pertemanan dibanding percintaan. Natsumi, kau bukanlah manusia rendahan. Sebaliknya, kau adalah manusia paling baik yang pernah kutemui"     

Rose pun berjalan menuju Natsumi dan mengulurkan tangan kepadanya. Natsumi yang melihatnya pun membalas mengulurkan tangan.     

"Kau tidak akan menarik kata-katamu baru saja, bukan? Jika kau sudah berkata seperti itu, maka aku tidak akan menahan diri untuk mengungkapkan perasaanku kepada Ryouichi" ucap Natsumi.     

"Aku tidak akan menarik kembali kata-kata yang sudah kuucapkan. Jika kau ingin mengutarakan perasaanmu kepada Ryouichi, maka aku tidak keberatan. Lagipula aku yakin Ryouichi akan tetap memilihku pada akhirnya" ucap Rose sembari mengambil kembali seragam yang tadinya dia lepas.     

"Kenapa kau bisa sangat yakin seperti itu? Apakah karena kau sedang hamil, dan karena alasan itulah kau sangat yakin Ryouichi tidak akan tega untuk meninggalkanmu? Jika memang itu adalah alasanmu, kau adalah wanita mengerikan yang menggunakan banyak alasan untuk menang" ucap Natsumi.     

"Kau tidak sepenuhnya salah. Aku yakin Ryouichi akan memilihku karena kami berdua memang diciptakan untuk bersama. Meskipun aku tidak hamil, aku tetap yakin Ryouichi akan tetap memilihku. Meskipun aku tidak mempunyai tangan ataupun kaki, Ryouichi akan tetap memilihku dan tidak akan meninggalkanku… Karena dirinya sudah berjanji dan aku sangat percaya padanya. Sebesar itulah cintaku kepada Ryouichi, aku tidaklah yakin kepada diriku… Namun aku yakin dan percaya kepada Ryouichi yang juga yakin dan percaya padaku" ucap Rose sembari memakai kembali seragamnya.     

Rose pun pergi meninggalkan kamar Natsumi meninggalkan Akari dan Natsumi yang masih syok dengan kejadian itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.