Chapter 119 : Pertemuan dengan orang dari masa lalu
Chapter 119 : Pertemuan dengan orang dari masa lalu
"Mohon maaf semuanya karena sudah membuat kalian menunggu. Mungkin sudah banyak yang sudah tahu nama saya, namun saya akan memperkenalkan diri saya kembali. Nama saya adalah Kolonel Elizabeth Curtis, dan saya sekarang menjabat sebagai pemimpin tertinggi dari markas provinsi utara dan merupakan salah satu dari [Guardian]"
Sosok Kolonel Elizabeth Curtis sendiri adalah seorang perempuan cantik dengan usia 30 tahunan yang memiliki tubuh ramping dan rambut pirang serta matanya yang berwarna biru muda. Meski sudah berusia 30 tahunan, namun banyak yang salah mengira bahwa dirinya masih berumur 20 tahunan dikarenakan dirinya yang masih terlihat muda.
"Jadi dia yang bernama Elizabeth Curtis, apakah dia benar-benar musuhku?" gumam Ryouichi.
Pandangan Kolonel Elizabeth Curtis beralih kearah Ryouichi yang masih terlihat memikirkan sesuatu.
"Jadi itukah anda, Kolonel Ryouichi" gumam Kolonel Elizabeth Curtis sembari tersenyum.
Kolonel Elizabeth perlahan berjalan menuju Ryouichi, Ryouichi yang melihat hal itupun menjadi waspada. Baik Tiara dan juga Natsumi terlihat mengawasi sekitar mereka untuk berjaga-jaga jika sesuatu terjadi.
"Terima kasih sudah mau memenuhi undangan saya, Kolonel Ryouichi. Saya sangat senang anda bisa meluangkan waktu untuk ke pesta saya yang sederhana ini. Dan juga saya ingin meminta maaf kepada anda tentang insiden dengan Kolonel Erik pada waktu itu" ucap Kolonel Elizabeth sembari mengulurkan tangan untuk berjabat tangan kepada Ryouichi.
"Ten-tentu saja, anda tidak perlu berterima kasih kepadaku seperti itu. Dan maaf jika aku menanyakan hal yang aneh, tapi apakah anda memiliki hubungan dengan Kolonel Erik?" tanya Ryouichi.
Kolonel Elizabeth pun tersenyum dan mengganggukkan kepalanya.
"Benar, Kolonel Erik adalah kakak laki-laki kandung saya. Agak memalukan rasanya untuk mengatakan hal ini, tapi sekali lagi saya meminta maaf atas tindakan Kolonel Erik yang dapat dikatakan mengkhianati pemerintahan"
"Ka-kakak kandung? Jadi tentu saja kau sudah mengetahui kejahatan apa saja yang dilakukan olehnya bukan?" tanya Ryouichi dengan nada mengintimidasi.
Raut wajah Kolonel Elizabeth pun berubah menjadi takut, namun dirinya kembali menjadi tenang kembali setelah beberapa saat.
"Tentu saja, Kolonel Ryouichi" ucap Kolonel Elizabeth.
Tidak beberapa lama, mereka berdua pun di hampiri oleh Kolonel Ray dan juga Kolonel Rose.
"Oh, lama tidak berjumpa denganmu sejak pelantikanmu menjadi [Guardian]" ucap Kolonel Ray
"Kolonel Ray, senang bertemu dengan anda lagi. Dan ini adalah pertama kalinya saya bertemu dengan anda Kolonel Rose" ucap Kolonel Elizabeth.
Rose tidak menjawab sapaan dari Kolonel Elizabeth dan hanya mengangguk pelan.
"Jadi tentang tujuan anda memanggilku secara khusus ke markas anda… Apakah ada sesuatu yang ingin anda bicarakan denganku, Kolonel Elizabeth Curtis?" tanya Ryouichi dengan nada interogasi.
"Tolong panggil saya dengan panggilan Eli saja, Kolonel Ryouichi. Meskipun saya memiliki pangkat yang sama dengan anda, tapi saya adalah [Guardian] yang masih kurang dalam pengalaman. Diri saya tidak dapat dibandingkan dengan anda yang telah memiliki banyak prestasi sejak bergabung dengan militer, mulai dari pemegang lencana [Glorious Wings] termuda dalam sejarah pemerintahan dan pemusnahan 200 demon seorang diri serta keberhasilan misi anda dalam menangkap Kolonel Erik" ucap Kolonel Elizabeth.
"Tidak perlu merendah seperti itu, Kolonel Elizabeth" ucap Hayate yang tiba-tiba ikut dalam pembicaraan mereka.
"Senang bertemu dengan anda lagi, Letnan Jendral Hayate" ucap Elizabeth dengan nada sangat sopan sembari memberi hormat.
"Tidak perlu hingga seperti itu, aku tidak terlalu suka dengan sambutan formal seperti itu" ucap Hayate.
"Benar juga, bagaimana jika kita berbicara di tempat lain? Berbicara di tempat seperti ini rasanya kurang sopan" ucap Kolonel Elizabeth.
Kolonel Elizabeth pun mengajak Ryouichi serta yang lainnya kesebuah ruangan. Ruangan itu terlihat sangat besar dan mewah, serta beberapa penjaga ditempatkan diluar ruangan itu terlihat membawa senjata roh tingkat tinggi.
"Silahkan duduk, semuanya…." ucap Kolonel Elizabeth.
Setelah mereka semua duduk, Kolonel Elizabeth terlihat menghela nafas namun terlihat ragu-ragu untuk memulai percakapan.
"Ada apa? Mengapa kau terlihat ragu-ragu untuk berbicara?" tanya Ryouichi heran.
"Ko-Kolonel Ryouichi, sebelumnya saya sangat ingin meminta maaf kepada anda" ucap Kolonel Elizabeth.
"Meminta maaf? Tentang apa?" tanya Ryouichi bingung.
"Mungkin anda sudah tahu sebelumnya bahwa saya pernah merendahkan anda pada rapat utama di markas Central dan mengatakan bahwa anda tidak pantas menjadi pemimpin misi yang akan datang, serta saya juga mengatakan bahwa anda memiliki kekuatan demon yang hina…" ucap Kolonel Elizabeth sembari menundukkan kepalanya.
Rose yang mendengar perkataan itu langsung berjalan dan menatap Kolonel Elizabeth dengan wajah sinis.
"Kau ternyata juga punya nyali untuk meminta maaf seperti itu kepada suamiku" ucap Rose dengan nada kesal.
"Rose… Tenanglah, kita belum mendengar seluruh ucapan darinya" ucap Ryouichi.
Kolonel Elizabeth pun merasakan banyak sekali aura kebencian dari para anggota [Saint Wolf] yang tertuju kepadanya, terutama dari Enzo, Reina, dan juga Chloe.
"Saya terpaksa berkata seperti itu karena saya memiliki tujuan tersendiri…"
"Tujuan tersendiri? Apa maksudmu?" tanya Ryouichi.
"Sebenarnya… Saya berkata seperti itu untuk melindungi anda" ucap Kolonel Elizabeth.
Rose pun memukul meja dengan keras dan terlihat sangat kesal dengan ucapan Kolonel Elizabeth.
"Oi, Elizabeth. Jika kau ingin berbohong setidaknya ucapkanlah hal yang masuk akal, apa maksudmu kau ingin melindungi Ryouichi?" ucap Rose dengan tatapan dingin.
"Jadi informasi tentang kekuatan yang kau miliki itu adalah benar? Awalnya aku meragukan informasi itu, namun tampaknya keraguanku sudah terjawab" ucap Hayate.
"Apa maksud anda, Letnan Jendral Hayate? Kekuatan apa yang anda maksud?" tanya Kolonel Ray.
"[Foresight of The Truth], apakah aku benar mengenai kekuatanmu itu, Kolonel Elizabeth?" ucap Hayate.
Seluruh orang yang ada di dalam ruangan itu melihat kearah Kolonel Elizabeth.
"Benar, saya mempunyai kekuatan untuk melihat ke masa depan" ucap Kolonel Elizabeth.
"Masa depan? Kau bercanda denganku, bukan?" tanya Ryouichi.
"Tidak, apa yang saya katakan tadi adalah benar. Saya dapat melihat apa yang akan terjadi dimasa depan dari setiap orang yang ingin saya lihat masa depannya" ucap Kolonel Elizabeth.
Seluruh orang yang ada ditempat itu terdiam setelah mendengar ucapan dari Kolonel Elizabeth.
"Baiklah, aku akan menganggap apa yang kau katakan adalah benar. Namun kau sebenarnya ingin melindungi Ryouichi dari apa?" tanya Rose.
"Kematian" ucap Kolonel Elizabeth.
Semua orang yang ada ditempat itu langsung terkejut dan tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Kolonel Elizabeth.
"Jadi kau ingin mengatakan bahwa nyawa ketua berada dalam bahaya jika dirinya ikut dalam misi nanti?" tanya Enzo.
"Benar, maka dari itu saya mohon kepada Kolonel Ryouichi untuk mengundurkan diri dari misi itu. Saya hanya ingin mencoba untuk menyelamatkan anda" ucap Kolonel Elizabeth.
"Tunggu sebentar, Kolonel Elizabeth. Anda tentu sudah tahu tentang kekuatan dari Ryouichi bukan? Ryouichi tidaklah selemah itu hingga bisa terbunuh dengan mudah, aku rasa seluruh ras demon hanya memiliki kemungkinan yang kecil untuk membunuh Ryouichi. Saya ingin anda mengatakan yang sebenarnya, sebenarnya oleh siapa dan kapan Ryouichi akan terbunuh?" tanya Natsumi.
"Kolonel Ryouichi akan terbunuh oleh [...…]"
"Jangan bercanda, Kolonel Elizabeth! Bagaimana bisa Ryouichi terbunuh olehnya? Orang itu bahkan sudah…" ucap Enzo.
Rose terlihat mengeluarkan aura yang siap untuk bertarung.
"Berani juga kau berkata bohong seperti itu, Elizabeth. Jangan kira aku takut untuk bertarung denganmu di sini, kau berani berbohong hingga mengucapkan nama itu didepan wajahku" ucap Rose dengan nada tinggi.
"Sa-saya tidak tahu pastinya, namun itulah penglihatan masa depan yang saya lihat"
"Tampaknya kita hanya membuang-buang waktu ditempat ini untuk mendengarkan omong kosong seperti itu, ketua mari kita pergi dari tempat ini… Ketua?" ucap Enzo.
"Ryouichi, apa kau baik-baik saja? Ryouichi!" seru Rose.
"Ah, aku baik-baik saja. Aku ingin keluar sebentar sendiri, silahkan lanjutkan percakapan kalian" ucap Ryouichi.
Tanpa berkata apapun lagi, Ryouichi pergi meninggalkan ruangan itu dan berjalan entah kemana.
"Ketua…" ucap Enzo.
"Kolonel Elizabeth, ada satu hal yang ingin kupastikan. Seberapa akurat penglihatan yang kau sebutkan tadi? Jangan bilang bahwa kau sendiri tidak yakin dengan penglihatan yang kau lihat" ucap Hayate.
"90 persen penglihatan yang saya lihat semuanya akurat. Namun meskipun begitu, penglihatan itu masih bisa berubah. Jika ada satu hal saja yang tidak terjadi maka penglihatan itu bisa berubah" ucap Kolonel Elizabeth.
"Baiklah, jawaban itu saja sudah cukup bagiku. Aku akan keluar sebentar untuk mengurus sesuatu" ucap Hayate.
Hayate lalu pergi keluar dari tempat itu meninggalkan pasukan [Saint Wolf] yang hanya dapat terdiam memikirkan hal itu.
Di sisi lain, Ryouichi sedang duduk sendirian dan menangis.
"Apakah benar seperti itu? Bagaimana mungkin orang yang sudah mati bisa hidup kembali dan membunuhku? Apakah aku harus senang atau sedih mendengar bahwa orang itu akan muncul lagi dihadapanku?" gumam Ryouichi.
Ryouichi mengeluarkan sekotak rokok miliknya dan mulai membakarnya.
"Sialan, mengapa rasa rokok ini nikmat sekali ketika aku sedang sedih seperti ini?" ucap Ryouichi sembari menyeka matanya.
"Mengapa kau tampak sedih seperti itu? Mengapa kau menangis?"
Tiba-tiba suara perempuan lirih menggema di telinga Ryouichi yang membuatnya terkejut dan mengeluarkan senjata roh miliknya.
"Siapa disana!? Aku tahu bahwa kau bukan manusia, keluarlah atau aku akan memaksamu untuk keluar!" seru Ryouichi.
"Aku tidak bisa muncul di hadapanmu karena aku bukanlah wujud nyata di dunia ini. Tapi jika kau ingin, maka aku bisa membawamu ke duniaku untuk hanya sekedar berbicara denganku"
Ryouichi awalnya ragu untuk menjawab, namun setelah berpikir untuk beberapa saat dirinya menyetujui tawaran itu.
Ro-chan yang mendengarkan percakapan Ryouichi dan perempuan itu dari dimensi pedang hanya bisa mengerutkan dahinya.
"Ryouichi, berhati-hatilah. Aku bahkan tidak dapat mengetahui siapa yang memanggilmu tadi, aku hanya berharap bahwa dia bukanlah musuh" suara Ro-chan menggema di telinga Ryouichi.
"Aku mengerti…" ucap Ryouichi.
Tidak beberapa lama muncullah sebuah portal berwarna hitam yang terbuka di hadapan Ryouichi. Dengan yakin, Ryouichi memasuki portal itu dan menghilang tanpa jejak. Ryouichi terus berjalan didalam portal itu hingga dirinya melihat cahaya diujung jalan.
"Tem-tempat apa ini? Taman bunga?"
Ryouichi berjalan-berjalan mengelilingi taman itu dan pandangannya terpaku pada kumpulan bunga berwarna biru.
"Bukankah bunga ini adalah bunga yang mirip dengan bunga yang ditanam oleh Kolonel Ray?" ucap Ryouichi.
"Apakah kau suka dengan bunga itu? Bunga itu adalah bunga favoritku"
Tiba-tiba Ryouichi dikejutkan dengan suara perempuan dari belakang dirinya. Pandangannya terpaku pada seorang wanita dengan paras cantik dengan rambut putih keperakan yang tergerai indah dan tersenyum padanya.
"Si-siapa kau?" tanya Ryouichi.
"Aku? Ah, namaku adalah Ayumi. Senang bertemu denganmu, Ryouichi"
"A-Ayumi? Si-siapa? Aku tidak mengenal nama itu, tapi aku merasa tidak asing dengannya" gumam Ryouichi
Tanpa sadar, air mata Ryouichi jatuh ketanah. Dirinya tidak dapat menahan perasaan untuk menangis.
"Ke-kenapa ketika aku melihat wajahmu, aku tidak dapat berhenti menangis? Rasanya hampir sama ketika aku melihat Rose mati dihadapanku" ucap Ryouichi sesegukan.
Sosok perempuan itu langsung memeluk Ryouichi dengan lembut dan mengelus kepalanya.
"Menangislah jika kau ingin menangis, aku akan selalu berada disini bersamamu" ucap Ayumi.
Satu hal yang tidak pernah diketahui oleh siapapun adalah sebelumnya kematiannya, Ryota menanamkan sedikit perasaan masa lalunya kepada Ryouichi. Oleh karena itulah, Ryouichi menangis meskipun dirinya sama sekali tidak mengenal Ayumi. Yang menangis kala itu ada serpihan jiwa Ryota yang bahagia dapat bertemu lagi dengan jiwa Ayumi.