Chapter 118 : Sampah militer
Chapter 118 : Sampah militer
"Enzo, bagaimana menurutmu? Apakah ada hal aneh yang kau rasakan di tempat ini?" tanya Ryouichi sembari melihat kesana-kemari melihat suasana di aula itu.
"Sejauh yang saya amati, saya tidak melihat sedikitpun keanehan di tempat ini. Namun tampaknya para prajurit dari markas ini sangat waspada dan hati-hati dalam bertindak" ucap Enzo.
"Tuan Ryouichi… Tuan Ryouichi…" ucap Tiara yang berada di samping Ryouichi dan sedaritadi memanggil nama Ryouichi.
"Tiara? Ada apa? Apakah kau memanggilku?" tanya Ryouichi yang baru tersadar dari lamunannya.
"Anda tampak sedang memikirkan sesuatu… Apakah anda baik-baik saja?" tanya Tiara.
"Ryouichi, apakah kau sedang tidak enak badan? Apakah kau ingin keluar untuk mencari udara segar?" ucap Rose yang berjalan mendekati Ryouichi.
"Rose, kau…" ucap Ryouichi dengan nada serius.
"A-ada apa, Ryouichi?"
"Kau sangat cantik memakai gaun itu" ucap Ryouichi sembari tersenyum.
Rose pun membuang pandangannya dari Ryouichi.
"Rose?"
"Bo-bodoh, sudahlah… Aku akan mengambil minuman di meja disana untukmu" ucap Rose sembari berjalan pergi dengan muka memerah.
Ryouichi yang menyadari hal itu hanya tertawa kecil, tiba-tiba Ryouichi di kejutkan dengan sebuah tarikan di lengan bajunya.
Ryouichi pun melihat ada anak kecil perempuan yang menatapnya.
"A-ada apa, gadis kecil?" tanya Ryouichi.
"Aura paman sangat kuat, lebih kuat dibandingkan dengan ibu" ucap anak kecil itu.
"A-apa maksudmu?"
Anak kecil itu pun berlari meninggalkan Ryouichi tanpa menjawab pertanyaan Ryouichi.
"Oi, tunggu…"
"Bukankah anda adalah Kolonel Ryouichi?" suara itu tiba-tiba memanggil Ryouichi.
Ryouichi pun mengalihkan pandangannya pada seorang pria yang memakai baju seragam militer. Pria itu memiliki postur tinggi dan di kawal oleh dua prajurit wanita.
"Benar, dan anda adalah?" tanya Ryouichi.
Pria itu pun mengulurkan tangannya untuk berjabat dengan Ryouichi.
"Saya adalah Letnan Kolonel William, saya adalah prajurit yang berasal dari markas Central. Tampaknya anda diundang secara langsung oleh Kolonel Elizabeth Curtis, mengingat anda masuk kedalam aula ini tanpa menunjukkan surat undangan. Sungguh sebuah kehormatan untuk bertemu dan berbincang dengan anda secara langsung seperti ini" ucap Letnan Kolonel William.
"Tampaknya anda mengawasi kami sedaritadi, apa tujuan anda seperti itu?" ucap Natsumi yang datang dari arah belakang Letnan Kolonel William.
Letnan Kolonel William pun melirik kearah Natsumi dengan senyuman.
"Dan anda adalah?"
"Saya adalah Letnan Satu Natsumi, anggota dari pasukan [Saint Wolf] yang dipimpin oleh Kolonel Ryouichi. Lalu tolong jawab pertanyaan saya sebelumnya, apa tujuan anda mengawasi pasukan kami seperti itu?" ucap Natsumi.
Ekspresi dari Letnan Kolonel William pun berubah 180 derajat setelah mendengar ucapan dari Natsumi, Letnan Kolonel William menatap Natsumi dengan tatapan dingin.
"Sebaiknya kau menjaga mulutmu, hanya dengan pangkatmu sebagai Letnan Satu berani-beraninya kau bertanya dengan nada seperti itu kepadaku. Ketahuilah posisimu, dasar pangkat rendahan" ucap Letnan Kolonel William dengan nada merendahkan.
Natsumi yang mendengar jawaban dari Letnan Kolonel William pun hanya bisa menghela nafas dan berniat untuk meminta maaf atas pertanyaannya.
"Maafkan saya atas pert—" ucapan Natsumi terhenti setelah dirinya merasakan aura tajam yang tiba-tiba meluap didekatnya.
Seketika Natsumi merasakan aura itu, Natsumi langsung mengetahui darimana asal aura itu. Dengan cepat Natsumi melihat kearah Ryouichi dan terkejut dengan tatapan yang di buat oleh Ryouichi kepada Letnan Kolonel William.
Tatapan itu adalah tatapan benci dan marah yang sangat besar, itu adalah pertama kalinya Natsumi melihat Ryouichi membuat tatapan itu kepada seorang manusia.
"Kaulah yang seharusnya menjaga mulut dan sikap, Letnan Kolonel William. Apakah kau lupa bahwa aku masih berdiri di tempat ini? Apakah kau lupa siapa diriku? Atau kau hanya menganggapku sebagai hiasan di sini?" ucap Ryouichi sembari mengepalkan kedua tangannya.
"Oh? Jangan marah seperti itu, Kolonel Ryouichi. Saya hanya mengingatkan anak buah anda yang telah lancang berbicara seperti itu kepada atasan yang pangkatnya lebih tinggi, tentu anda tidak masalah dengan hal itu bukan? Sudah menjadi tanggung jawab bagi petinggi seperti saya untuk mendisiplinkan bawahan yang kurang ajar seperti itu" ucap Letnan Kolonel Willliam dengan nada sarkas.
Seluruh isi ruangan menjadi tegang dan hening melihat pertengkaran antara Ryouichi dan Letnan Kolonel William.
"Apakah ada anjing yang buang kotoran sembarangan? Tempat ini sungguh sangat bau… Oh maafkan aku, ternyata bau ini berasal dari mulut prajurit sombong" ucap sosok pria dari kejauhan.
Letnan Kolonel William yang mendengar hal itu pun langsung marah dan menantang sosok pria itu untuk maju.
"Siapa yang berkata seperti itu kepadaku? Cepat keluar dan katakan hal itu lagi kepadaku!" teriak Letnan Kolonel William.
Sosok itu pun berjalan pelan dari suatu meja dan mengeluarkan rokok miliknya lalu membakarnya.
"Apa kau sungguh tuli hingga kau ingin mendengar ucapanku lagi?"
"A-anda adalah… Maafkan atas perilaku saya, saya sebelumnya tidak mengetahui bahwa anda akan berada di tempat ini, Letnan Jendral Hayate" ucap Letnan Kolonel William dengan rasa takut dan segan.
Hayate hanya diam dan tetap berjalan mendekati Letnan Kolonel William hingga akhirnya Hayate menepuk pundak Letnan Kolonel William dan berbisik ketelinganya.
"Kau beruntung kita berada ditempat ramai seperti ini, jika bukan karena aku masih menghormati perintah Jendral untuk tidak membuat masalah disini… Sudah pasti, kau tidak akan melihat matahari lagi esok hari. Dan sekarang aku minta kau untuk meminta maaf kepada prajurit wanita yang kau hina tadi dan setelahnya pergilah dari pandanganku. Ketahuilah posisimu, dasar pangkat rendahan" ucap Hayate dengan nada yang sangat mengintimidasi.
Setelah membisikkan kata itu ke telinga Letnan Kolonel William, Hayate langsung pergi dari tempat itu tanpa menyapa Ryouichi.
"Let-Letnan Satu Natsumi, saya tidak tahu bahwa anda kenal dengan Letnan Jendral Hayate. Dengan segala kerendahan hati, saya minta maaf atas ucapan saya tadi yang membuat anda tersinggung. Baiklah, saya masih ada urusan lain yang perlu saya lakukan, kalau begitu saya permisi"
Letnan Kolonel William memberi hormat kepada Natsumi dan juga kepada Ryouichi, lalu pergi meninggalkan mereka dengan terburu-buru. Rose yang sedaritadi melihat hal itupun dengan cepat berlari kearah Ryouichi.
"Ryouichi, tenanglah… Itu adalah salah satu trik darinya untuk membuatmu terlihat buruk didepan para petinggi lain" ucap Rose sembari mengenggam tangan Ryouichi dan menenangkannya.
Ryouichi pun melihat kearah Rose dan tersenyum.
"Aku tidak apa-apa, maaf sudah membuatmu khawatir" ucap Ryouichi sembari mengelus kepala Rose dengan lembut.
"Natsumi! Apa kau tidak apa-apa?" tanya Akari dengan nada cemas.
"Akari… Tidak, aku tidak apa-apa. Hanya saja tampaknya para petinggi itu lebih cerdas dari yang kukira, mereka lebih memilih untuk menyerangku sebagai anggota dari pasukan [Saint Wolf] daripada menyerang Ryouichi secara langsung. Jika saja Letnan Jendral Hayate tidak ikut campur dalam masalah ini, sudah pasti Ryouichi akan langsung membunuh petinggi tadi. Dan jika itu terjadi sudah pasti akan membuat banyak masalah untuk kita dan kita pasti akan terpojok di tempat ini" ucap Natsumi.
"Untunglah paman Hayate mengerti dengan kondisimu dan langsung membantumu, Natsumi" ucap Enzo.
Enzo tiba-tiba melihat Ryouichi yang memberi sebuah tanda kepadanya, melihat hal itu Enzo langsung mengerti apa yang harus dilakukan olehnya. Enzo pun langsung mencari Reina dan juga Chloe untuk meminta bantuan mereka.
"Chloe, Reina, kalian sudah tahu apa yang harus kalian lakukan bukan?" tanya Enzo.
"Tentu saja, Chloe hanya perlu membereskan sampah-sampah yang berada di samping petinggi sialan itu bukan?" ucap Chloe.
"Reina juga hanya perlu memastikan bahwa tidak akan ada yang menganggu selama Enzo berurusan dengan petinggi itu kan?" ucap Reina.
"Benar, semua orang yang sudah menghina dan membuat ketua marah akan kita bereskan satu persatu. Benar, untuk alasan itulah kita bertiga ada. Kita adalah [Shadow] milik ketua" ucap Enzo dengan tatapan membunuh.
[Shadow] sebenarnya hanya nama yang diberikan Enzo untuk dirinya sendiri selama dia bertugas sebagai eksekutor Ryouichi dulunya untuk membunuh atau menangkap orang atas perintah Ryouichi. Namun seiring waktu, Reina dan Chloe yang mengetahui hal ini memutuskan untuk bergabung dengan Enzo. Satu hal yang mereka bertiga tidak ketahui adalah nama [Shadow] sudah cukup terkenal di militer karena selalu memberantas petinggi-petinggi yang selalu berbuat seenaknya dan tidak menghiraukan etika militer.