Divine_Gate

Chapter 111 : Ujian [True Insignia] Kolonel Ray



Chapter 111 : Ujian [True Insignia] Kolonel Ray

2Setelah kejadian itu, pasukan yang tersisa dari misi itu kembali menuju ke markas provinsi selatan.     

Kabar mengenai kematian Mayor Megumi pun akhirnya terdengar oleh Jendral dan pasukan markas provinsi timur, tidak terkecuali pasukan [Saint Wolf] yang tersisa waktu itu.     

"Tidak mungkin! Mayor Megumi" teriak Akari dengan terisak-isak.     

"Akari…" ucap Enzo.     

Tidak butuh waktu lama hingga rombongan prajurit Kolonel Ray datang ke markas provinsi timur untuk mengantar jenazah dari Mayor Megumi. Seluruh pasukan dari markas provinsi timur berkumpul dan berbaris untuk memberikan penghormatan terakhir kepada Mayor Megumi.     

Kolonel Ray yang mengiringi peti mati milik Mayor Megumi terlihat berjalan dengan tatapan kosong.     

"Kolonel Ray!" teriak Akari sembari berlari menuju Kolonel Ray.     

Akari langsung menampar Kolonel Ray dan memukul nya berkali-kali.     

"Kenapa? Kenapa kau tidak melindungi Mayor Megumi? Ke-kenapa…"     

Isak tangis Akari pecah, Enzo pun perlahan mendatangi mereka dan berusaha untuk menenangkan Akari dengan memeluknya.     

"Maaf, Kolonel Ray. Akari saat ini sedang terpukul, saya harap anda dapat memaafkan nya" ucap Enzo.     

Kolonel Ray langsung berlutut dan menangis.     

"Aku minta maaf, aku tidak dapat melindungi Mayor Megumi. Aku… Aku…" ratap Kolonel Ray.     

"Semua kata maafmu tidak dapat mengembalikan Mayor Megumi! Kau tahu betapa girangnya Mayor Megumi saat dia bisa melaksanakan misi ini bersamamu? Meskipun dia tahu bahwa misi ini sangat berbahaya? Dia sangat yakin bahwa kau bisa melindunginya! Tapi kenyataannya apa?" teriak Akari penuh emosi.     

Kolonel Ray terdiam tidak bisa berkata apa-apa, dirinya hanya bisa meratapi segala yang sudah terjadi.     

Enzo pun memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa Akari dan menenangkannya. Setelah itu Enzo menghampiri Kolonel Ray dan menepuk pundaknya.     

"Apakah anda berhasil membunuh demon yang sudah membuat Mayor Megumi meninggal?" tanya Enzo.     

"Ya… Aku sudah membunuhnya…" ucap Kolonel Ray.     

Enzo pun menghela nafas.     

"Itu sudah cukup, Kolonel Ray. Terima kasih sudah membalaskan dendam Mayor Megumi, jika anda tidak berhasil membunuh demon itu, maka aku sendiri yang akan memburu demon itu" ucap Enzo sembari mengepalkan kedua tangannya.     

"Enzo…"     

"Kolonel Ray, saya harap anda dapat menjelaskan kejadian hari ini kepada ketua Ryouichi nantinya. Kami masih belum bisa bertemu dengannya saat ini, ketika dirinya kembali pasti dia akan menanyakan tentang hal ini" ucap Enzo.     

Kolonel Ray tersentak, dirinya kala itu bingung dan takut jika nantinya dirinya bertemu dengan Ryouichi dan dia akan menanyakan hal ini kepadanya.     

Kolonel Ray berdiri dan berjalan pergi dari tempat itu. Enzo yang melihat itu hanya diam dan tidak mengucapkan sepatah kata apapun lagi. Namun seluruh pasukan di tempat itu dapat melihat bahwa Enzo sangat marah dan mengeluarkan aura yang sangat menakutkan.     

Kolonel Ray langsung masuk kedalam mobil jeep miliknya dan langsung pergi dari tempat itu. Dia menyetir tanpa fokus sama sekali dan hanya menginjak gas secara sembarangan.     

"Sialan! Kenapa aku terus kehilangan orang yang berharga di hidupku, pertama Ayumi, lalu Ryota, dan sekarang Megumi" teriak Kolonel Ray penuh dengan depresi.     

Kolonel Ray terus berkendara tanpa tujuan yang jelas, hingga dirinya dikejutkan oleh sesosok yang berdiri di tengah perjalanannya. Dirinya hampir menabrak orang itu, dan dengan spontan Kolonel Ray membanting setir mobilnya nya ke kiri hingga dirinya menabrak pepohonan.     

"Si-sial, apakah diriku hampir gila sehingga melihat ilusi orang berdiri di tengah jalan?" gumam Kolonel Ray.     

Dirinya keluar dari mobil jeep yang telah rusak sebagian dan duduk di tepi jalan. Kolonel Ray mengeluarkan sebatang rokok dari sakunya dan mulai membakarnya.     

Tiba-tiba dirinya dikejutkan oleh sapaan dibelakang dirinya.     

"Kolonel Ray…"     

"Si-siapa disana!" ucap Kolonel Ray penuh waspada.     

Dirinya melihat sesosok pria bertopeng dan berjubah berdiri di belakang dirinya.     

"Lama tidak bertemu denganmu, Kolonel Ray" ucap sosok itu.     

Kolonel Ray berdiri lalu mengeluarkan senjata rohnya dan memasang kuda-kuda siap menyerang.     

"Menjauh dariku! Aku sedang tidak ingin diganggu!" seru Kolonel Ray.     

Sosok bertopeng itu berjalan dengan pelan ke arah Kolonel Ray tanpa mengindahkan peringatan Kolonel Ray.     

"Ber-berhenti disitu!"     

Sosok bertopeng itu pun berhenti dan memandangi Kolonel Ray.     

"Sungguh menyakitkan bukan? Ketika diri kita sudah berusaha untuk melindungi sesuatu namun takdir berkata lain dan malah merenggut segalanya dari hidup kita" ucap sosok bertopeng itu.     

"Kau…" Kolonel Ray pun mulai menurunkan kewaspadaannya dan menurunkan senjata rohnya.     

"Kau benar, aku sangat kesal dan marah kepada diriku sendiri. Aku mempunyai segalanya dari kekuatan hingga jabatan yang tinggi, namun aku tidak bisa melindungi wanita yang mencintaiku, aku bahkan belum sempat membalas perasaannya kepadaku. SIALAN! Kenapa Tuhan sangat kejam kepadaku?" ucap Kolonel Ray dengan penuh kewaspadaan.     

Tidak terasa air matanya jatuh dan menetes ke tanah.     

Sosok bertopeng itu mendekati Kolonel Ray dan menenangkan dirinya.     

"Siapa kau sebenarnya? Kenapa aku merasakan aura yang tidak asing dari dirimu?" tanya Kolonel Ray.     

Sosok bertopeng itu tersenyum dari balik topengnya dan mengulurkan tangan kepada Kolonel Ray.     

Kolonel Ray awalnya ragu untuk membalas jabatan tangan dari sosok bertopeng itu, namun dirinya memberanikan diri untuk menjabat tangan sosok bertopeng itu.     

Sesaat setelah dirinya menjabat tangan dari sosok bertopeng itu, ingatan demi ingatan mulai memenuhi kepalanya. Setelah beberapa saat dirinya terdiam karena banyaknya ingatan yang masuk ke kepalanya, Kolonel Ray langsung menangis.     

"Kau… Kau… Kenapa? Kenapa kau memaksakan dirimu hingga sejauh ini? Meskipun kau tahu betapa keras dan tajamnya jalan yang kau lalui? A-aku minta maaf kepadamu…" ucap Kolonel Ray.     

"Terima kasih atas ucapanmu tadi, Kolonel Ray. Ini adalah jalan yang ingin ku lalui, aku sudah bertekad akan menyelamatkan kalian semua, tidak peduli butuh berapa tahun atau berapa banyak dunia yang harus aku lewati. Sekarang anda sudah mengetahui identitasku, apakah anda mempunyai sesuatu lain untuk diucapkan kepadaku?" ucap sosok bertopeng itu.     

"Dibandingkan dengan dirimu, aku tidak berhak meratapi kesalahanku. Dirimu sangat jauh berbeda jika dibandingkan denganku. Katakan kepadaku, apakah ada jalan lain untuk menyelamatkan Megumi? Apakah aku juga bisa menjadi dirimu?" ucap Kolonel Ray.     

Sosok bertopeng itu menggelengkan kepalanya.     

"Be-begitukah? Sepertinya aku memang ditakdirkan untuk tidak bisa hidup dengan bahagia" ucap Kolonel Ray lirih.     

"Tidak perlu bersedih seperti itu, Kolonel Ray. Bukankah sudah kubilang bahwa aku akan menyelamatkan kalian semua meski itu berarti aku harus menanggung akibatnya?" ucap sosok bertopeng itu.     

"Apa maksudmu? Apa aku masih mempunyai cara untuk menyelamatkan Megumi?" tanya Kolonel Ray antusias.     

"Apakah anda mengetahui tentang [True Insignia]?"     

"[True Insignia]? Bisakah kau menjelaskan kepadaku apa itu?"     

"[True Insignia] adalah tingkatan tertinggi dari [Insignia] yang anda miliki saat ini. Semua pengguna [Insignia] bisa memiliki [True Insignia] jika mereka bisa menghadapi ujian tertentu. Dan kekuatan dari [Insignia] yang anda miliki saat ini adalah penyembuhan bukan? Jika anda berhasil mengubah [Insignia] anda menjadi [True Insignia], maka anda akan memiliki kekuatan untuk membangkitkan jiwa seseorang yang telah mati" ucap sosok bertopeng itu.     

Kolonel Ray terkejut dan langsung memohon kepada sosok bertopeng itu untuk memberitahu cara bagaimana untuk mendapatkan [True Insigina].     

"Tidak perlu terburu-buru seperti itu, Kolonel Ray. Salah satu cara untuk mendapatkan [True Insignia] adalah dengan bertarung langsung dengan makhluk yang mempunyai kekuatan untuk memberi [True Insignia], jika anda berhasil memenangkan pertarungan atau bisa membuat mereka mengakui anda, maka anda bisa mendapatkan [True Insignia]"     

"Makhluk apa yang harus aku lawan?" tanya Kolonel Ray ragu-ragu.     

"Anda harus melawan senjata roh anda sendiri, namun jika anda tidak berhasil memenangkan pertarungan itu maka akibatnya adalah tubuh anda akan di ambil alih oleh senjata roh anda sendiri" ucap sosok bertopeng itu.     

"Aku akan melawannya, aku pasti akan mendapat [True Insignia]!" seru Kolonel Ray.     

"Jika anda gagal mendapat [True Insignia], maka senjata roh anda akan kehilangan kendali dan akan berubah menjadi jahat. Disaat itu terjadi, maka aku harus membunuh anda… Apakah anda siap dengan kemungkinan ini?" tanya sosok bertopeng.     

Kolonel Ray menundukkan kepalanya dan berpikir kedua kalinya.     

"Jika memang aku gagal dan senjata rohku kehilangan kendali, maka bunuhlah aku, Jika aku mati, berarti aku memang tidak ditakdirkan untuk hidup" ucap Kolonel Ray penuh keyakinan.     

Sosok bertopeng itu pun tersenyum dari balik topengnya dan menjulurkan tangannya. Perlahan sosok bertopeng itu menyayat tangannya hingga terlihat darah menetes dan menyimpan darah itu di sebuah botol kaca kecil.     

"Kolonel Ray, ambillah ini. Jika anda berada pada suatu titik akan merasa kalah, maka minumlah darahku ini"     

Tanpa banyak bertanya, Kolonel Ray langsung menerima botol itu.     

"Meskipun agak aneh, namun aku akan menerima saranmu. Lagipula kau adalah orang yang dapat kupercaya" ucap Kolonel Ray.     

"Anda masih mengingat bagaimana cara masuk kedalam dimensi roh bukan?" tanya sosok bertopeng itu.     

"Hahaha, kau pikir siapa aku? Aku adalah Ray, rival abadi dari Ryota. Jika aku tidak bisa masuk ke dalam dimensi roh, maka Ryota akan mengejek dan mentertawaiku akhirat" ucap Kolonel Ray.     

"Baiklah kalau begitu, saya yakin anda akan berhasil"     

Kolonel Ray menatap sosok bertopeng itu untuk terakhir kalinya.     

"Terima kasih banyak, [...]. Jika aku berhasil mendapat [True Insignia], aku berjanji akan membantumu jika kau membutuhkannya"     

"Tolong jangan sebut namaku terlalu keras seperti itu, Kolonel Ray. Untuk saat ini aku tidak berniat untuk mengungkapkan identitasku kepada orang lain selain anda" ucap sosok bertopeng itu.     

Kolonel Ray hanya tertawa kecil, dan mulai memejamkan matanya.     

"Megumi, aku pasti akan mendapat kekuatan itu dan akan membawa dirimu kembali ke dunia ini" gumam Kolonel ray dalam hatinya penuh keyakinan.     

Tidak beberapa lama dirinya sudah masuk kedalam dimensi roh miliknya, di sisi lain sosok bertopeng itu menunggu keberhasilan Kolonel Ray dari dunia nyata.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.