Chapter 110 : Kematian Mayor Megumi
Chapter 110 : Kematian Mayor Megumi
"Bagaimana? Teruslah berdansa denganku! Teruslah menghiburku!" seru demon Norn.
"Bangsat, cepat atau lambat staminaku pasti habis hanya untuk menghindari serangan dari demon sialan itu" gumam Kolonel Ray.
Tiba-tiba Kolonel Ray merasakan bahwa sesuatu yang hilang dari dirinya perlahan kembali.
Kolonel Ray pun diam mematung, demon Norn yang melihat kesempatan itupun langsung menyerang Kolonel Ray dengan kekuatan penuh. Kepulan asap debu pun menyelimuti tempat itu.
"Baiklah, seharusnya tikus itu sudah mati dan hangus tidak bersisa. Sekarang saatnya aku mengurusi masalah lain" ucap Demon Norn itu sembari menarik rantai yang mengikat leher kedua gadis kecil itu.
"To-tolong lepaskan, sa-sakit…" ucap kedua gadis kecil itu lirih.
Demon Norn pun naik pitam dan menendang kedua gadis kecil itu dan menginjak-injak mereka dengan keras. Kedua gadis kecil yang tidak berdaya itu hanya bisa melindungi diri mereka dengan menutup kedua tangan mereka ke wajah.
"Budak manusia seperti kalian berdua sebaiknya diam saja dan menuruti semua perintahku. Kalian pikir siapa yang memberi kalian kesempatan untuk hidup sampai saat ini? Jika bukan karena diriku, kalian sudah menjadi mainan para demon bejat itu!" teriak Demon Norn dengan masih menginjak-injak kedua gadis kecil itu.
Di detik kaki demon Norn hendak menginjak kedua gadis kecil itu, tiba-tiba sebuah bilah angin mengenai kaki demon Norn dan membuat kaki kirinya putus.
"SI-SIALAN! BA-BAGAIMANA BISA?! BAGAIMANA BISA KAU MENGGUNAKAN SIHIR DITEMPAT INI?" teriak Demon Norn.
Terlihat kepulan asap debu yang tadinya tebal perlahan menghilang, Kolonel Ray berdiri dengan memegang senjata rohnya dan mengacungkan senjata roh itu ke arah Demon Norn.
"Bajingan keparat, akan kubalas semua tindakanmu barusan kepada gadis kecil itu berkali-kali lipat" geram Kolonel Ray.
Emosi Kolonel Ray sudah mencapai puncaknya, tatapan penuh amarah dan hawa membunuh terpancar dari dirinya.
"A-apa yang kalian lakukan?! Cepat bunuh dia!" perintah Demon Norn kepada seluruh pasukan demon miliknya yang berada ditempat itu.
Gerombolan demon itu pun menerjang dan menyerang Kolonel Ray.
"Demon kecil seperti kalian sebaiknya duduk dan diam saja! [Ultimate skill : Death Scythe]"
Ultimate Skill adalah skill memutar senjata roh sabit besar dengan kecepatan tinggi dan melibas seluruh demon yang ada dalam radius yang cukup luas. Seluruh demon itu terpotong-potong menjadi beberapa bagian yang tercecer kemana-mana.
"Ti-tidak mungkin, pasukan demon milikku! Bagaimana bisa manusia sepertimu sangat kuat?! Bagaimana bisa pasukanku yang berjumlah 200 demon tingkat bumi di habisi oleh hanya satu orang sepertimu?"
"Kecoak sepertimu sebaiknya diam saja dan tunggu ajalmu" ucap Kolonel Ray.
Demon Norn yang sudah depresi pun menyerang Kolonel Ray secara membabi buta.
"Rasakan ini, [Ultimate Skill Dark : Thousand Death]!" rapal demon Norn.
Ultimate skill yang dikeluarkan oleh demon Norn adalah skill yang membuat ribuan jarum tajam dan beracun yang sangat banyak. Mustahil bagi prajurit biasa untuk bisa menghindari serangan itu.
Kolonel Ray tetap diam dan tidak bergeming menunggu serangan itu datang kepadanya.
"Bodoh! Kau terlalu sombong, seranganku barusan bahkan bisa membunuh ratusan prajurit manusia dengan mudah! Mati kau!" teriak Demon Norn senang, merasa bahwa dirinya sudah menang.
"[Enhanced Armor : Unbreakable Fortress] rapal Kolonel Ray.
Sesaat setelah Kolonel Ray merapal mantera itu, armor berwarna biru terang menyelimuti tubuhnya.
Serangan dari Demon Norn pun terus menerus menerjang tubuh Kolonel Ray, namun Kolonel Ray dengan santai seperti tidak terjadi apa-apa terus berjalan menuju demon Norn.
"Mus-mustahil! Serangan terbaikku bahkan tidak bisa menggores armor yang dia pakai? Sebenarnya siapa orang ini!" jerit Demon Norn dalam hati.
"Jika Ryota masih hidup saat ini, mungkin dia akan tertawa melihat seranganmu ini"
Tanpa terasa, Kolonel Ray sudah sampai dan hanya berjarak satu meter dari Demon Norn. Demon Norn yang sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi mencoba untuk melarikan diri dengan cara terbang meninggalkan tempat itu.
Kolonel Ray yang melihat hal itu pun bertindak cepat dengan menebas seluruh sayap dari demon Norn. Demon Norn yang sudah kehilangan sayapnya pun jatuh kelantai dan meringis kesakitan.
"Sakit! Sakit!" teriak Demon Norn kesakitan.
Kolonel Ray hanya menatap demon Norn dengan tatapan dingin, tidak ada sedikitpun raut wajah kasihan dan iba. Yang tampak dari wajah Kolonel Ray saat itu hanyalah amarah dan rasa ingin membunuh yang sangat besar.
"To-tolong ampuni aku, be-benar juga… Kau menyukai kedua gadis kecil ini 'kan? A-aku akan memberikan mereka kepadamu. Mereka masih suci dan aku belum menyentuh mereka sedikitpun…" ucap Demon Norn.
Pandangan Kolonel Ray pun beralih kepada kedua gadis kecil yang tubuhnya gemetaran menahan sakit. Salah satu dari mereka yang lebih tua yang merupakan kakak dari gadis kecil lainnya terlihat memeluk adiknya dan melindunginya.
Kolonel Ray dengan cepat menebas rantai yang melingkar di leher keduanya dan mengecek kondisi dari mereka berdua. Kolonel Ray semakin naik pitam ketika melihat sekujur tubuh kedua gadis kecil itu yang penuh luka memar dan bekas luka bakar. Tubuh keduanya sangat kurus menandakan bahwa mereka sangat jarang makan atau bahkan mungkin mereka hanya makan beberapa kali dalam satu bulan.
"Kalian hebat, kalian bisa tenang sekarang. Aku bersumpah atas namaku bahwa aku tidak akan membiarkan orang lain melukai kalian lagi, aku berjanji…" ucap Kolonel Ray dengan air mata yang menetes.
Kedua gadis kecil itu memandang Kolonel Ray dengan tatapan tidak percaya.
"A-apakah Noel dan kakak Noel tidak perlu lagi menahan lapar? Apakah Noel bisa tidur dengan nyenyak dimalam hari? Apakah Noel dan kakak Noel tidak perlu lagi menahan sakit setiap malam?" tanya salah satu gadis kecil yang lebih muda dan merupakan adik dari gadis lainnya.
Kolonel Ray menepuk kepala kedua gadis kecil itu dengan lembut dan hanya tersenyum. Tanpa berkata apa-apa lagi Kolonel Ray mengalihkan pandangannya ke arah demon Norn dan mengayunkan sabitnya di hadapan demon Norn.
"Bisakah kalian menutup mata kalian? Ini akan sangat cepat, jadi kalian bukalah mata kalian setelah aku menyuruh kalian nantinya" ucap Kolonel Ray.
Kedua gadis kecil itu menuruti perkataan dari Kolonel Ray dan menutup mata mereka dengan cepat.
Dalam hitungan detik, Kolonel Ray menebas putus seluruh tangan dari Demon Norn. Darah segar terciprat kesegala arah, Kolonel Ray pun menyeka percikan darah yang mengenai wajahnya.
"Ber-berhenti… Aku mohon belas kasihanmu, prajurit manusia"
Demon Norn terlihat mengiba kepada Kolonel Ray.
"Sudah kukatakan sebelumnya bukan? Aku akan menebas seluruh tangan dan kakimu, dan akan kurobek tenggorokanmu" ucap Kolonel Ray dengan nada dingin.
Sesaat sebelum Kolonel Ray menyelesaikan urusannya dengan demon Norn, tiba-tiba pintu masuk menara terbuka dan muncullah Mayor Megumi.
"Kolonel Ray! Apakah anda baik-baik saja?" teriak Mayor Megumi.
"Mayor Megumi?! Apa yang kau lakukan disini?!" seru Kolonel Ray.
Melihat sebuah kesempatan, Demon Norn yang masih menyimpan jarum beracun miliknya di dalam mulutnya pun meniup jarum itu berusaha untuk mengenai Kolonel Ray dan Mayor Megumi.
Kolonel Ray yang menyadari serangan dari Demon Norn dapat dengan mudah menghindari serangan itu dan menebas leher dari demon Norn.
Kepala dari demon Norn pun jatuh ke lantai, namun untuk beberapa saat kepala itu masih bisa berbicara kepada Kolonel Ray.
"Ha...Ha…Ha… Kau berhasil membunuhku, prajurit manusia. Tapi aku juga sudah membidik jarum beracunku kepada temanmu. Terimalah hadiahku ini…" Kepala itu pun berhenti berbicara dan akhirnya tewas.
Kolonel Ray yang menyadari bahwa demon Norn juga berniat untuk melukai Mayor Megumi pun dengan cepat mengalihkan pandangannya ke arah Mayor Megumi dan berteriak dengan keras.
"Sialan! Megumi, menghindarlah!" teriak Kolonel Ray sembari berlari kearah Mayor Megumi.
"Huh? A-apa ini?"
Mayor Megumi melihat kedadanya dan menyadari bahwa jarum beracun sudah tepat mengenai jantungnya. Mayor Megumi pun ambruk dan tubuhnya perlahan mati rasa.
"Megumi, bertahanlah! Aku akan menggunakan sihir penyembuhan kepadamu" ucap Kolonel Ray panik.
Namun semua sihir penyembuhan yang dilakukan oleh Kolonel Ray tidak berefek apa-apa kepada Mayor Megumi.
Mayor Megumi pun menggenggam tangan dari Kolonel Ray dan menggelengkan kepalanya.
"Sudah cukup, Kolonel Ray. Sepertinya racun dari jarum ini sangat beracun dan bahkan semua sihir penyembuhan tidak ada efeknya kepadaku" ucap Mayor Megumi dengan nada lirih.
"Ke-kenapa kau begitu keras kepala ingin membantuku! Aku sudah bilang kepadamu untuk menunggu diluar. Kenapa? Kenapa kau tidak menghiraukan perintahku dan masuk begitu saja?"
"nta.." ucap Mayor Megumi.
"Huh?"
"Cinta… Itu semua kulakukan karena kau menyukaimu Kolonel Ray" ucap Mayor Megumi sembari tertawa pelan menahan sakit.
"Ja-jangan-jangan, aku bisa menggunakan sihir didalam sini karena dirimu?" tanya Kolonel Ray.
"Hahaha, meskipun alat penyegel sihir yang berhasil kulepas hanya berjumlah tiga, namun sihirku sudah hampir terkuras habis setelah melepas alat penyegel itu. Tapi syukurlah, anda baik-baik saja"
"Kau… Bodoh! Jika saja kau tidak seceroboh ini..."
"Tampaknya aku akan segera menyusul Kapten Saito dan Kolonel Ryota… Ryouichi… Kira-kira apa yang akan dilakukan anak itu jika mengetahui aku akan segera menyusul ayah angkatnya" ucap Mayor Megumi.
"Tidak! Jangan pergi! Aku masih belum mengutarakan perasaanku yang sesungguhnya…" ucap Kolonel Ray.
"Selamat tinggal, Ray" ucap Mayor Megumi.
Kolonel Ray menggenggam tangan dari Mayor Megumi hingga akhirnya Mayor Megumi menghembuskan nafas terakhirnya.
"Me-Megumi? Megumi!"
Disisi lain, para prajurit yang sebelumnya dikendalikan pikirannya pun tersadar kembali.
"Di-dimana ini? Kenapa kita bisa berada disini?" tanya salah satu prajurit.
"I-itu Kolonel Ray!" ucap salah satu prajurit yang langsung menunjuk kearah Kolonel Ray.
Kolonel Ray keluar dari menara itu dengan menggendong tubuh Mayor Megumi yang sudah kaku, di samping kiri dan kanannya terlihat kedua gadis kecil yang memegang ujung seragam Kolonel Ray.
Prajurit lain yang melihat hal itu pun menyadari bahwa Mayor Megumi sudah tiada dan memberi hormat terakhir kalinya kepada Mayor Megumi.