Divine_Gate

Chapter 99 : Mawar Layu



Chapter 99 : Mawar Layu

0Di sisi lain, Enzo yang belum mengetahui bahwa Rose dan Ryouichi sudah bertemu satu sama lain masih berada di Central untuk mengunjungi Reina dan juga Chloe.     

"Aku harap Kolonel Rose dan yang lainnya dapat meyakinkan ketua untuk kembali ke militer, hmm…?" gumam Enzo.     

Dirinya melihat sekumpulan prajurit yang tengah berkumpul di lapangan dan terlihat sedang melakukan latih tanding.     

Enzo pun berjalan mendekati sekumpulan prajurit itu dan mengamati mereka lebih lanjut.     

"Kalian masih terlalu lemah! Apakah kalian pikir kalian bisa melindungi Central jika kalian selemah ini?" ucap sosok yang tidak asing bagi Enzo.     

Sosok itu tidak lain adalah Chloe yang sedang melakukan latih tanding dengan beberapa prajurit di tempat itu dan beberapa dari mereka sedang tergeletak tidak berdaya.     

"Chloe!" seru Enzo dari kejauhan.     

Chloe pun mengalihkan pandangannya kearah Enzo dan melambaikan tangannya, Chloe perlahan berjalan mendekati Enzo.     

"Enzo! Apa yang sedang kau lakukan disini? Jarang sekali melihatmu kemari" ucap Chloe.     

Enzo pun terlihat terdiam beberapa saat dan nampak mengamati Chloe.     

"A-ada apa? Apakah ada sesuatu diwajahku?" tanya Chloe heran.     

"Ah tidak, aku hanya tidak mengira bahwa kau bisa menjadi berkembang sejauh ini dan bahkan dipilih untuk menjadi instruktur spesial dan melatih prajurit khusus Central" ucap Enzo.     

Chloe tersenyum dan melihat kelangit.     

"Tentu saja Chloe harus berkembang, Chloe tidak ingin master kecewa ketika melihat Chloe nantinya" ucap Chloe.     

Melihat kedekatan Chloe dan juga Enzo. Sekumpulan prajurit yang di latih oleh Chloe pun mendekati mereka berdua.     

"Selamat siang, Letnan Satu Enzo. Kami sangat tersanjung dengan kehadiran anda ditempat ini" ucap salah satu prajurit yang nampak lebih senior diantara prajurit lainnya.     

"Kalian terlihat cukup kesulitan dengan Chloe sebagai instruktur kalian saat ini, apakah Chloe terlalu keras kepada kalian?" tanya Enzo sembari memasukkan kedua tangannya ke saku celana.     

"Tidak sama sekali, kami bahkan sangat senang dilatih oleh Letnan Satu Chloe. Terlebih dirinya adalah salah satu anggota pasukan [Saint Wolf] yang sangat terkenal, kami merasa sangat terhormat di latih oleh beliau" ucap prajurit itu.     

"Begitukah? Kalau begitu aku senang mendengar bahwa kalian menikmati latihan bersama dengan Chloe" ucap Enzo sembari tersenyum.     

Chloe terlihat menarik lengan baju Enzo dan menatapnya penasaran.     

"Enzo, kau belum menjawab pertanyaanku sebelumnya. Ada apa kau kemari?" ucap Chloe.     

"Chloe, ingatan Kolonel Rose sudah kembali… Dan dia bersama dengan yang lainnya sedang menjemput ketua dan berusaha untuk meyakinkannya untuk kembali" ucap Enzo.     

Seketika ekspresi wajah Chloe berubah menjadi kesal.     

"Perempuan itu? Chloe sangat membencinya sekarang ini" ucap Chloe dengan nada dingin.     

Seketika suasana pun menjadi hening. Para prajurit saling melihat satu sama lain karena tidak mengerti arah pembicaraan antara Enzo dan Chloe.     

"Ka-kalau begitu kami akan pergi dahulu, Letnan Satu Enzo. Silahkan lanjutkan pembicaraan anda dengan Letnan Satu Chloe" ucap prajurit itu.     

Prajurit itu pun mengajak prajurit yang lainnya untuk pergi meninggalkan Chloe dan juga Enzo.     

"Chloe, aku paham perasaanmu, aku juga masih marah kepadanya. Namun itu bukanlah sepenuhnya kesalahan Kolonel Rose" ucap Enzo berusaha meyakinkan Chloe.     

Di tengah pembicaraan mereka berdua, tiba-tiba terdengar suara cangkir pecah didekat mereka, Enzo pun berbalik badan dan melihat Reina yang tengah berdiri dengan tatapan sedih.     

"Di-dimana master sekarang? Reina ingin bertemu dengannya sekarang! Reina sudah sangat rindu dengan master" ucap Reina putus asa.     

"Dia sedang berada di—"     

Ucapan Enzo terhenti setelah salah satu prajurit yang dia bawa dari markas provinsi timur datang menghampirinya dan melaporkan sesuatu.     

"Apa?! Tempat itu telah diserang oleh demon? Terlebih yang menyerangnya adalah salah satu dari [Trinity Leader]?" ucap Enzo terkejut.     

Reina dan Chloe pun seketika tahu dengan apa yang terjadi dan terkejut.     

"Enzo! Cepat beritahu Reina dimana keberadaan master! Bagaimana jika master terluka saat ini? Reina harus cepat membantu master!" ucap Reina tidak sabar.     

Chloe pun bersiul dengan keras dan seketika seorang prajurit perempuan dengan cepat menghampiri Chloe.     

"A-ada apa, Letnan Satu Chloe? Mengapa anda memanggil saya?" ucap prajurit perempuan itu.     

"Chloe, siapa dia?" tanya Enzo bingung.     

"Enzo, prajurit wanita ini adalah asistenku selama aku berada disini. Dia adalah Sersan Violet, dia memiliki kekuatan teleportasi yang dapat mengantarkan kita ke tempat master dengan cepat" ucap Chloe.     

"Te-teleportasi?! Bukankah kekuatan itu sangat langka? Baiklah kalau begitu…" ucap Enzo.     

"Violet, mohon bantuannya" ucap Chloe.     

"Ba-baik, Letnan Satu Chloe! Ka-kalau begitu, maafkan atas ketidaksopanan saya" ucap Sersan Violet terbata-bata.     

Sersan Violet pun meraih tangan Enzo dan menggenggamnya dengan lembut.     

"Me-mengapa kau menggenggam tanganku seperti ini?" tanya Enzo terkejut dan dengan refleks menepis tangan Sersan Violet.     

"Ma-maafkan saya, tapi itulah syarat untuk kekuatan saya berfungsi. Saya harus menyentuh orang yang tahu lokasi tempat yang akan didatangi, dan kekuatan saya bekerja lebih baik jika orang saya sentuh adalah seorang pria" ucap Sersan Violet.     

"Be-begitukah? Kekuatan yang agak aneh, ka-kalau begitu silahkan…" ucap Enzo dengan ekspresi wajah aneh.     

"Enzo, kau harus membayangkan tempat itu dan wajah master. Kau harus fokus, jika salah sedikit saja maka kita akan di teleportasikan ke tempat lain" ucap Chloe.     

Enzo pun memejamkan matanya dan menarik nafas dalam.     

"Kalau begitu, saya akan memulai teleportasinya. [Spatial Magic Skill : Teleport]" ucap Sersan Violet.     

Seketika sebuah lingkaran sihir tercipta di bawah kaki mereka dan bersinar dengan terang. Mereka pun menghilang tanpa jejak dari tempat itu dan berteleportasi ke tempat dimana Ryouichi dan yang lainnya sedang mengkhawatirkan kondisi Natsumi.     

"Sumi… Natsumi…"     

Suara lirih itupun membuat Natsumi yang tadinya pingsan menjadi perlahan membuka matanya.     

"Syukurlah kau baik-baik saja! Aku sangat khawatir denganmu" ucap Akari yang langsung memeluk Natsumi yang tengah terbaring di sebuah tenda evakuasi.     

"Akari?! Ba-bagaimana bisa kau berada disini?... Benar, apakah penduduk yang lain baik-baik saja?" tanya Natsumi.     

"Penduduk yang lain baik-baik saja berkat dirimu yang dengan cepat mengevakuasi mereka ketempat yang aman. Dan aku sangat kecewa kepadamu, Natsumi" ucap Akari.     

"Akari?" ucap Natsumi.     

"Kau tidak pernah mengirim surat lagi kepadaku, apakah kau pikir aku tidak khawatir dengan dirimu dan juga dengan ketua Ryouichi?" ucap Akari.     

Ekspresi wajah Natsumi pun berubah menjadi ekspresi menyesal.     

"A-aku sungguh minta maaf, Akari" ucap Natsumi.     

Akari pun menyentil dahi Natsumi dengan keras.     

"Ouch… Akari?" ucap Natsumi sembari menyentuh dahinya.     

"Jangan pernah melakukan hal itu lagi kepadaku, Natsumi. Bukankah kita adalah teman? Aku sangat marah kepadamu karena kau menanggung penderitaan bersama dengan ketua Ryouichi sendirian" ucap Akari.     

"Akari… Aku sungguh minta maaf" ucap Natsumi dengan mata berkaca-kaca.     

Akari yang melihat Natsumi yang mulai menangis pun memeluknya dengan erat.     

"Tidak apa-apa, Natsumi. Aku sudah tahu semuanya" ucap Akari.     

"A-apa maksudmu, Akari?" tanya Natsumi.     

Akari pun menatap Natsumi dan mengenggam kedua tangannya.     

"Kau… Menyukai ketua Ryouichi bukan?" tanya Akari dengan wajah serius.     

"Ti-tidak, bu-bukan seperti itu—" ucap Natsumi dengan wajah memerah.     

"Natsumi! Kau tidak perlu berbohong kepadaku, aku sudah mencurigai hal ini dari dulu. Kau mulai menatap ketua Ryouichi dengan tatapan kagum dan selalu tersenyum saat bersamanya, kau tidak bisa membohongi seorang wanita sepertiku tentang masalah percintaan" ucap Akari.     

Keduanya pun terdiam untuk beberapa saat.     

"Aku sangat mencintainya… Meskipun aku tahu itu salah, tapi aku sangat mencintainya. Hatiku sangat sakit saat melihat Ryouichi menangis ketika dirinya kehilangan sosok yang dia cintai yaitu Kolonel Rose. Aku berusaha untuk tetap memendam perasaan ini namun nampaknya itu adalah yang sulit bagiku" ucap Natsumi dengan suara serak.     

"Natsumi… Ingatan Kolonel Rose telah kembali dan ketua Ryouichi juga sudah berbaikan dengan Kolonel Rose…" ucap Akari.     

Nampak tatapan kekecewaan dari mata Natsumi, air matanya pun mengalir.     

"Begitukah? Aku sangat bersyukur Ryouichi bisa berbaikan dan kembali bersama dengan wanita yang dia cintai… Tapi mengapa? Mengapa hatiku sangat sakit ketika mendengar hal itu? Apa yang harus aku lakukan, Akari?" ucap Natsumi sembari tersenyum mencoba menyembunyikan kesedihannya.     

"Natsumi…" ucap Akari lirih.     

Terlihat Natsumi yang berusaha menahan tangisnya agar tidak terdengar keluar dari tenda. Namun Akari dan Natsumi tidak menyadari bahwa Kolonel Rose mendengarkan seluruh ucapan mereka dari balik tenda.     

"Begitukah?... Ryouichi, kau sangat bodoh. Kau secara tidak sadar membuat wanita lain jatuh cinta kepadamu sekaligus membuatnya menangisi dirimu" gumam Rose.     

Rose pun pergi dari tempat itu dengan tatapan sedih, sementara itu Ryouichi sedang berbincang dengan Hayate tentang sesuatu dengan memasang wajah serius.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.