Chapter 100 : Kembali ke Militer
Chapter 100 : Kembali ke Militer
Ryouichi pun terlihat menghela nafasnya dan tersenyum kecil.
"Anda tidak perlu memintaku seperti itu, Letnan Jendral Hayate. Tanpa perlu anda memaksaku untuk kembali ke militer, aku memang berniat untuk kembali ke militer" ucap Ryouichi.
"Be-begitukah? Syukurlah kalau begitu. Dan ada beberapa hal yang kau lewatkan sejak kau memutuskan untuk keluar dari militer waktu itu" ucap Hayate.
Ryouichi pun melihat kearah Hayate dengan wajah kaku.
"Beberapa hal? Apa maksudmu?" tanya Ryouichi.
"Tentang relik kuno yang waktu itu dipakai oleh Kolonel Erik, dan tentang pergerakan dari [Great Demon Emperor] yang terlihat sangat aneh akhir-akhir ini" ucap Hayate.
Hayate pun membakar rokok miliknya dan melihat ke langit.
"Relik kuno? Ah, apakah yang kau maksud adalah serpihan batu bercahaya hijau pada waktu itu? Entah mengapa aku memiliki perasaan yang aneh ketika melihat batu itu, seperti batu itu hendak berbicara sesuatu kepadaku" ucap Ryouichi.
"Sudah kuduga, ternyata kau benar adalah—"
Ucapan Hayate terhenti setelah dirinya mendengar beberapa langkah kaki yang mendekati mereka, dengan sigap Hayate pun mengeluarkan senjata roh miliknya dan menghunuskannya kepada beberapa orang yang berjalan kearah mereka.
"Siapa disana?!" seru Hayate.
Ujung pedang yang dihunuskan oleh Hayate sudah hampir mengenai leher Enzo yang berjalan kearah mereka.
"Pa-paman Hayate… Aku tahu aku memiliki banyak kekurangan sebagai kekasih Akari, tapi aku tidak menyangka kau berniat untuk membunuhku seperti ini" ucap Enzo dengan wajah ketakutan.
"Ternyata kau, Enzo" ucap Hayate.
Hayate pun menarik senjata rohnya dari leher Enzo.
"Enzo? Apa yang kau lakukan disini? Aku kira kau sedang berada di markas Central untuk menjemput Chloe dan Reina?" tanya Ryouichi.
Enzo terlihat diam dan memandangi wajah Ryouichi selama beberapa saat hingga akhirnya Enzo menitikkan air mata.
"En-Enzo?! Ada apa denganmu? Me-mengapa kau menangis?" tanya Ryouichi dengan ekspresi khawatir.
Enzo pun mendekati Ryouichi dan memeluknya dengan erat.
"Ketua… Saya sangat merindukan anda, saya mohon kepada anda untuk kembali ke pasukan [Saint Wolf]. Saya akan melakukan apa saja agar anda kembali ke pasukan [Saint Wolf]" ucap Enzo dengan nada memelas.
"Enzo… Aku…" ucap Ryouichi.
"Saya mohon ketua! Saya butuh anda! Saya tidak bisa mengontrol Akari dan yang lainnya sebaik yang anda lakukan, saya akan benar-benar menjadi gila jika harus terus mengurus mereka!" ucap Enzo.
Ryouichi pun tertawa kecil.
"Enzo, dengarkan aku dulu sebentar" ucap Ryouichi.
"Ketua?" ucap Enzo.
"Aku memang berniat untuk kembali ke pasukan [Saint Wolf], lagipula aku sudah tidak mempunyai alasan lagi untuk tidak kembali ke pasukan [Saint Wolf]" ucap Ryouichi.
Wajah Enzo pun berubah menjadi wajah bahagia.
"Benarkah ketua?! Sa-saya sangat senang sekali" ucap Enzo.
"Tapi… Aku tidak tahu apakah yang lainnya akan menerimaku kembali di pasukan [Saint Wolf]. Aku takut mereka tidak menyetujui kembalinya diriku di pasukan, khususnya Reina dan Chloe. Aku takut mereka membenciku, aku takut mereka bahkan tidak ingin melihat wajahku" ucap Ryouichi dengan nada sedih.
"Ketua, mengapa anda mengira mereka akan semarah itu kepada anda? Apakah anda takut mereka tidak akan menerima anda kembali?" tanya Enzo.
"Karena!.... Aku sudah meninggalkan mereka tanpa berkata sepatah kata apapun. Aku hanya berharap dapat bertemu dengan mereka saat ini dan meminta maaf langsung kepada mereka" ucap Ryouichi.
Enzo pun tersenyum dan menepuk pundak Ryouichi.
"Apakah kalian berdua mendengar apa yang diucapkan oleh ketua?" ucap Enzo.
"Enzo, apa maksudmu?—"
Ucapan Ryouichi terhenti setelah melihat Reina dan Chloe yang sebelumnya tidak ada ditempat itu tiba-tiba muncul entah darimana.
"Chloe?! Reina?! Ka-kalian berdua…" ucap Ryouichi.
Reina dan Chloe pun mendekati Ryouichi yang terdiam seribu bahasa.
"Reina, Chloe, aku minta maaf kepada kali—"
Tanpa sepatah kata apapun, Reina dan Chloe langsung memeluk Ryouichi dengan keras hingga mereka terjatuh ketanah.
"Sa-sakit… Reina, Chloe?" tanya Ryouichi.
"Master, jangan pernah mengatakan hal yang menyakitkan itu lagi. Reina tidak mungkin membenci master! Reina selalu ingin bertemu dengan master dan memberitahu master tentang perkembangan Reina, Reina sekarang sudah bergabung dengan militer. Jadi... Jadi, Reina Mohon jangan tinggalkan Reina seperti dulu lagi" ucap Reina dengan air mata yang mengalir.
Reina pun membenamkan wajahnya di dada Ryouichi dan menangis, sementara Chloe tidak berbicara sedikitpun dan hanya menatap Ryouichi dengan tatapan lega dan bahagia. Ryouichi yang melihat itu pun langsung mengelus kepada Chloe dengan lembut.
"Aku tidak mempermasalahkan jika kau tidak mau berbicara kepadaku, Chloe. Aku minta maaf sudah meninggalkanmu pada waktu itu" ucap Ryouichi.
"Doh…" ucap Chloe lirih.
"Chloe?" tanya Ryouichi.
"Bodoh! Master bodoh! Chloe benci master! Chloe tidak mau melihat wajah master lagi! Chloe benci— Chloe sangat rindu master!" teriak Chloe.
Chloe pun tidak kuasa untuk menahan tangisnya, dan menangis di pelukan Ryouichi bersama dengan Reina.
Ryouichi pun membalas memeluk mereka dengan lembut dan menenangkan mereka, Reina dan Chloe pun menangis di pelukan Ryouichi selama 5 menit.
"Apakah kalian sudah tenang?" tanya Ryouichi.
Terlihat mata dari Reina dan Chloe memerah karena menangis.
"Sungguh pertemuan yang sangat mengharukan" ucap Hayate.
Dari kejauhan Rose yang melihat hal itupun turut bahagia dan hendak menghampiri mereka, namun Rose tiba-tiba membatalkan niatnya karena ragu.
"Apakah mereka bisa memaafkanku? Aku takut mereka masih membenciku… Lebih baik aku membiarkan mereka dulu seperti itu, aku tidak punya lagi hak untuk bersama mereka. Dan aku juga tidak punya hak untuk meminta dimaafkan oleh mereka, lagipula aku sudah membuat mereka sangat terluka" gumam Rose.
Ketika Rose hendak berbalik badan, Akari dan Natsumi menyapa dirinya.
"Kolonel Rose? Apa yang anda lakukan?" tanya Akari.
"Ah tidak, aku hanya ingin mengecek kondisi Natsumi. Apakah kau baik-baik saja, Natsumi?" tanya Rose.
"Keadaan saya sudah membaik, terima kasih sudah mengkhawatirkan saya" ucap Natsumi dengan nada sopan.
"Be-begitukah…" ucap Rose.
"Ah! Bukankah disana itu adalah Enzo? Dan orang itu adalah Reina dan Chloe! Ayo kita kesana" ucap Akari girang.
Akari pun menggenggam tangan Rose serta Natsumi dan mengajak mereka untuk menghampiri Ryouichi.
Namun Rose melepaskan tangan Akari yang menggenggam tangannya.
"Kolonel Rose? Ada apa dengan anda?" tanya Akari penasaran.
"Tidak… Hanya saja aku…" ucap Rose lirih.
"Apakah anda takut mereka masih membenci anda? Apakah anda takut mereka tidak akan menerima anda?" tanya Akari.
"Aku!... Benar… Aku takut untuk bertemu dengan mereka, aku merasa sudah tidak memiliki tempat lagi bersama dengan mereka" ucap Rose.
Akari pun memasang ekspresi kesal kepada Rose.
"Kolonel Rose, itu adalah kejadian yang sudah berlalu. Anda hanya perlu melupakan hal itu dan bersikap seperti biasanya kepada mereka" ucap Akari.
"Akari benar, Kolonel Rose. Lagipula itu semua bukanlah kesalahan anda, kami semua tahu bahwa pada waktu itu anda sedang dipengaruhi oleh sihir dari Kolonel Erik" ucap Natsumi.
"Ta-tapi…" ucap Rose lirih.
"Rose! Natsumi!" seru Ryouichi sembari melambaikan tangannya dari kejauhan untuk menyapa mereka.
Chloe dan Reina pun langsung melihat kearah Rose dengan tatapan dingin dari kejauhan. Rose pun tersentak kaget, namun dirinya mengepalkan kedua tangannya dan memutuskan untuk menghampiri Ryouichi bersama dengan Akari dan juga Natsumi.