Chapter 94 : Penyesalan terbesar Rose
Chapter 94 : Penyesalan terbesar Rose
"Lice…"
"Alice!" seru Enzo.
Alice pun tersentak kaget dan melihat Enzo yang tengah berdiri di hadapannya.
"Ma-maafkan saya, Letnan Satu Enzo. Saya tidak mendengar anda menyapa saya" ucap Alice.
Enzo pun ikut duduk bersama dengan Alice.
"Tidak biasanya kau seperti ini, apa ada sesuatu yang menganggumu? Jika kau tidak keberatan, kau bisa menceritakan hal itu kepadaku" ucap Enzo.
"Letnan Satu Enzo, apakah anda masih ingat ketika saya kemarin meminta izin untuk bertemu dengan seseorang dan ingin menanyakan sesuatu kepadanya?" ucap Alice.
"Tentu, apakah kau sudah mendapatkan jawaban yang memuaskan dari orang itu?" tanya Enzo.
Alice pun menggelengkan kepalanya dan tersenyum sedih.
"Saya sudah memastikan sesuatu hal darinya, namun saya masih kecewa pada diri saya karena tidak dapat meyakinkannya tentang suatu hal" ucap Alice sedih.
Enzo pun memasang ekspresi datar dan menghela nafas.
"Begitukah? Jadi sampai sekarang tidak ada yang bisa meyakinkan dirinya untuk kembali?" gumam Enzo.
"Apa anda mengucapkan sesuatu?" tanya Alice.
"Ah, tidak. Aku hanya berbicara kepada diriku sendiri" ucap Enzo sembari tertawa kecil.
Tiba-tiba Tiara datang menghampiri Enzo dan juga Alice.
"Enzo, aku mencarimu kemana-mana sedaritadi. Ternyata kau ada disini" ucap Tiara.
"Tiara? Jarang sekali kau mencariku, ada apa?" tanya Enzo.
"Mungkin kau tidak percaya tentang hal ini, tapi Kolonel Rose datang kemari" ucap Tiara.
Ekspresi wajah Enzo pun berubah menjadi menjadi seperti orang yang kesal dan sangat marah.
"Orang itu kesini? Apa yang dia inginkan?" tanya Enzo geram.
"Ko-Kolonel Rose kesini? Mengapa anda menjadi marah seperti ini?" tanya Alice heran.
Enzo pun berdiri dan langsung meninggalkan Alice berdua dengan Tiara.
"Letnan Satu Tiara, apakah anda tahu mengapa Letnan Satu Enzo menjadi seperti itu?" tanya Alice penasaran.
Tiara pun menghela nafasnya dan menatap wajah Alice.
"Alice, apa kau tentang mantan ketua pasukan [Saint Wolf]?" tanya Tiara.
"Tentu saja, Letnan Satu Enzo sering menceritakan kepada saya tentang mantan ketua Ryouichi. Lalu apa hubungannya dengan Letnan Satu Enzo yang tiba-tiba menjadi marah seperti itu?" ucap Alice.
"Kolonel Rose adalah… istri dari mantan ketua Ryouichi" ucap Tiara.
"I-istri?! Sa-saya baru pertama kali mendengar hal ini" ucap Alice.
"Ceritanya sungguh panjang dan rumit, aku akan menjelaskannya lain waktu. Untuk sekarang aku harus menyusul Enzo, aku takut dia akan mengamuk ketika melihat Kolonel Rose" ucap Tiara.
Tiara pun meninggalkan Alice yang masih kebingungan dan berlari untuk menyusul Enzo. Di sisi lain, Kolonel Rose sedang menunggu di lobby markas provinsi timur bersama dengan Mayor Milly dan beberapa prajurit penjaga yang dia bawa.
"Kolonel Rose, apakah anda baik-baik saja? Muka anda terlihat sedikit pucat" tanya Mayor Milly khawatir.
"Mi-Milly, aku mengingat seluruh perlakuanku kepada Ryouichi sebelumnya. Apakah dia dan yang lainnya bisa memaafkan perbuatanku?" ucap Rose cemas.
Mayor Milly pun tersenyum dan menggenggam tangan Rose dengan lembut.
"Anda tidak perlu khawatir, saya akan membantu anda untuk menjelaskan kepada semuanya bahwa anda sudah sadar dan menyesal dengan seluruh perbuatan anda sebelumnya" ucap Mayor Milly.
"Milly, terima kasih" ucap Rose lega.
Tiba-tiba terdengar suara langkah sepatu yang mendekati mereka, Rose pun langsung melihat kearah asal suara itu.
"Ryouichi!" seru Rose bersemangat.
"Siapa yang kau panggil Ryouichi? Apa kau mau menjelek-jelekkan nama ketua Ryouichi lagi didepanku?" ucap Enzo dengan nada sinis dan kesal.
"E-Enzo… Aku ingin bertemu dengan Ryouichi, bisakah kau mempertemukanku dengannya?" ucap Rose memohon.
Emosi Enzo pun memuncak dan menatap tajam Rose.
"Bertemu dengan ketua? Jangan bercanda denganku sialan! Karena dirimu lah, ketua pergi meninggalkan pasukan [Saint Wolf] dan keluar dari militer!" teriak Enzo dengan segala emosi yang dia pendam.
Rose pun terkejut dan terdiam untuk beberapa saat dengan ekspresi tidak percaya.
"R-Ryouichi keluar dari militer? Di-dimana dia sekarang? Tolong beritahu aku" ucap Rose.
Rose pun berjalan menuju Enzo dan memasang wajah memohon, Rose pun meraih tangan dari Enzo dan menangis.
Enzo yang melihat hal itu pun menepis tangan Rose dan membuat Rose jatuh terduduk. Mayor Milly dan beberapa prajurit penjaga yang melihat hal itu pun langsung menghampiri Rose.
"Kolonel Rose! Apakah anda baik-baik saja?" ucap Mayor Milly.
"A-aku baik-baik saja, Milly" ucap Rose dengan seluruh tubuhnya gemetar.
"Letnan Satu Enzo, apa yang anda lakukan sudah berlebihan!" seru Mayor Milly.
Terlihat prajurit penjaga yang dibawa oleh Rose pun hendak menyerang Enzo, namun tatapan tajam dari Enzo membuat mereka mengurungkan niat untuk menyerang Enzo.
"Ada apa? Bukankah kalian hendak menyerangku? Ayo maju, aku tantang kalian. Lagipula apa yang kulakukan kepada Kolonel Rose tidak sebanding dengan apa yang dilakukannya kepada ketua Ryouichi" ucap Enzo.
"Turunkan senjata kalian!" seru Rose.
"Ko-Kolonel Rose…" ucap beberapa prajurit penjaga.
"Dia benar, aku sudah sangat bersalah kepada Ryouichi. Tapi tolong, aku sangat memohon padamu saat ini, Enzo… Tolong beritahu aku dimana Ryouichi sekarang, apakah aku perlu bersujud kepadamu dan memohon?" ucap Rose putus asa dan memohon.
Enzo hanya diam tanpa mengucapkan sepatah kata apapun dan membuang pandangannya dari Rose.
"Baiklah, akan aku lakukan..." ucap Rose.
Rose tanpa ragu bersujud dihadapan Enzo dan menangis.
"Enzo, aku tidak perduli jika kau mempermalukanku sejauh apapun. Aku bersedia melakukan apapun yang kau inginkan, tapi tolong pertemukan aku dengan Ryouichi" ucap Rose lirih.
"Kolonel Rose! Hentikan, apa yang anda lakukan? Anda tidak perlu sampai sejauh itu. Letnan Satu Enzo! Anda sudah sangat keterlaluan! Apakah seberat itu bagi anda untuk memberitahukan keberadaan Ryouichi?" ucap Mayor Milly.
Milly menatap tajam ke arah Enzo dengan penuh amarah, namun Enzo tetap tidak memperdulikan hal itu.
"Menyedihkan... Sungguh jalang tidak tahu diri" ucap Enzo dengan wajah datar dan sorot mata yang masih menunjukkan kekesalan.
Seluruh prajurit markas provinsi timur pun melihat pemandangan itu, sebuah pemandangan yang sangat jarang dilihat dimanapun. Seorang prajurit yang memiliki pangkat tinggi bersujud kepada prajurit yang memiliki pangkat yang lebih rendah. Banyak dari prajurit yang tidak tega melihat Rose yang bersujud dan mengiba memohon seperti itu kepada Enzo.
"LETNAN SATU ENZO!" teriak Mayor Milly penuh kemarahan dan sudah bersiap untuk menyerang Enzo.
"Milly, tolong berhenti! Enzo, apakah ini kurang bagimu? Jika kau mau, aku bisa menjilat sepatumu juga sekarang. Jika itu bisa membuatmu memberitahukan keberadaan Ryouichi kepadaku, aku tidak keberatan sama sekali..." ucap Rose.
Rose sudah hampir menjilat sepatu Enzo namun suara yang tidak asing terdengar dari kejauhan.
"Mama?"
Tiba-tiba tanpa mereka sadari, Aiko sedang berdiri didepan pintu dan melihat semua hal itu.
"A-Aiko?" ucap Enzo.
Aiko pun berlari kearah Enzo dan memukul-mukul Enzo dengan tangan mungilnya.
"Paman Enzo jahat! Paman Enzo membuat mama menangis! Aiko benci dengan paman!" seru Aiko sembari menangis.
Rasa bersalah pun perlahan muncul di benak Enzo.
"Aiko…" ucap Rose lirih.
Bersamaan dengan itu, Akari dan Tiara berlari menghampiri mereka semua.
"Enzo! Mengapa kau bisa begitu kejam kepada Kolonel Rose? Bahkan kau sampai membuat Aiko menangis seperti ini" ucap Akari.
Akari dengan spontan menampar pipi Enzo dengan keras dan menatapnya dengan penuh kekecewaan untuk beberapa saat.
Lalu tanpa berkata apa-apa lagi kepada Enzo, Akari langsung menggendong Aiko dan berusaha untuk menenangkannya. Sementara itu, Tiara menghampiri Rose dan membantunya untuk berdiri.
"Berdirilah, Kolonel Rose. Anda tidak perlu berbuat sampai sejauh ini" ucap Tiara.
"Te-terima kasih, Tiara" ucap Rose.
Rose pun berdiri dan terlihat matanya yang memerah karena menangis.
"Enzo, kau sudah sangat berlebihan! Aku tahu kau masih marah karena perilaku Kolonel Rose pada waktu itu, tapi kau tidak boleh sampai kehilangan kendali seperti ini. Aku benar-benar kecewa padamu" ucap Akari.
"Aku masih belum memaafkan dirinya! Apa kau lupa apa yang terjadi kepada ketua Ryouichi dulu? Ketua Ryouichi memasang ekspresi seperti orang yang sudah kehilangan segalanya dalam hidupnya! Bahkan dia terlihat seperti sudah siap untuk mati, namun untungnya Natsumi mencegah ketua untuk bunuh diri!" teriak Enzo.
Enzo pun pergi meninggalkan tempat itu tanpa berbicara lagi. Terlihat baik Akari maupun Tiara yang tidak dapat membantah semua ucapan dari Enzo dan terdiam seribu bahasa.