Chapter 93 : Perasaan Natsumi yang terhalang
Chapter 93 : Perasaan Natsumi yang terhalang
"Jika kau ingin bertanya, langsung saja tanyakan. Aku diam bukan berarti aku melarangmu untuk bertanya" ucap Ryouichi sembari membakar rokoknya.
Alice pun menelan ludahnya dan mencoba untuk bertanya namun dirinya khawatir jika dirinya akan menyinggung Ryouichi.
"A-apakah nama anda adalah Ryouichi?" tanya Alice.
"Benar, apa itu saja yang ingin kau tanyakan kepadaku?" ucap Ryouichi.
"Apakah anda adalah mantan ketua dari pasukan khusus [Saint Wolf]?" tanya Alice.
Ryouichi pun menghela nafas dan menggaruk kepalanya.
"Benar, aku adalah mantan ketua dari [Saint Wolf] dan juga pendiri awal pasukan itu" ucap Ryouichi.
Mata Alice pun menjadi berbinar-binar, dirinya pun berdiri dari duduknya dan memberi hormat kepada Ryouichi.
"Sersan Alice melapor kepada mantan ketua pasukan khusus [Saint Wolf]" ucap Alice dengan suara lantang.
"Ssssttt… Jangan berisik. Suaramu sungguh keras sekali, membuat telingaku sakit" ucap Ryouichi.
"Ma-maaf" ucap Alice.
Alice pun kembali duduk dan menatap Ryouichi dengan kekaguman.
"Bi-bisakah kau tidak menatapku seperti itu? Aku merasa agak aneh jika ada seorang yang aku tidak kenal menatapku seperti itu" ucap Ryouichi.
"Sa-saya hanya tidak percaya bahwa saya bisa bertemu dengan legenda seperti anda, pak Ryouichi. Apakah anda tahu bahwa banyak sekali prajurit-prajurit muda yang sangat ingin bertemu dengan anda? Saya merasa sangat terhormat bertemu dengan anda saat ini" ucap Alice bahagia.
Ryouichi pun meminum kopi yang ada dihadapannya.
"Begitukah... Tapi sebelumnya aku tidak mengira bahwa [Saint Wolf] akan menjadi sangat terkenal dan disegani banyak prajurit lainnya seperti sekarang ini" ucap Ryouichi.
"Anda benar sekali, anda perlu tahu bahwa bahkan nama anda sampai masuk kedalam 5 besar prajurit yang sangat disegani di kalangan militer. Terlebih anda mempunyai lencana [Glorius Wings] yang hanya dimiliki oleh dua orang di militer" ucap Alice antusias.
"Aku turut senang jika kau bahagia seperti itu, lalu apakah hanya itu saja yang ingin kau bicarakan denganku? Kalau iya, maka aku akan menyudahi percakapan ini dan kembali membersihkan dapur" ucap Ryouichi sembari bangkit dari duduknya.
"Tu-tunggu sebentar, pak Ryouichi. Apakah anda tidak ingin bertemu dengan Letnan Dua Enzo? Dia sangat merindukan anda saat ini, dia sering sekali menceritakan diri anda kepada saya" ucap Alice.
Ryouichi pun tertegun.
"Enzo? Aku tidak pantas untuk bertemu dengannya saat ini" ucap Ryouichi.
"Apa maksud anda? Mereka sangat ingin bertemu dengan anda, namun anda malah tidak ingin bertemu dengan mereka. Apakah anda ingin membuat perasaan mereka terluka?" ucap Alice.
"Terluka? Mereka? Dengarkan aku, bocah perempuan. Kau tidak tahu apa-apa tentang mengapa aku menjadi seperti ini" ucap Ryouichi.
"Anda menjadi seperti ini hanya karena seorang perempuan yang membuat anda keluar dari militer, bukan? Mengapa anda bertingkah seperti itu, apakah anda tidak tahu bahwa masih banyak perempuan lain diluar sana yang pasti mau dengan anda" ucap Alice dengan nada sok menggurui.
Ryouichi pun mengepalkan tangannya dan tatapan matanya berubah menjadi tajam.
"Hanya karena seorang perempuan, katamu?" ucap Ryouichi dengan suara dingin.
Ryouichi pun mengeluarkan aura gelap yang membuat seisi ruangan itu bergetar. Wajah Alice menjadi pucat dan ketakutan setelah melihat Ryouichi yang mengeluarkan hawa membunuh kepadanya.
"Cukup, Ryouichi. Kau bisa membunuhnya jika kau tetap mengeluarkan aura sekuat itu" ucap Natsumi.
Natsumi pun mendekati Ryouichi dan menepuk pundaknya, aura gelap dan hawa membunuh yang dikeluarkan Ryouichi pun perlahan menghilang. Ryouichi pun menatap Natsumi lalu pergi dari tempat itu.
"Ucapan mu tadi sungguh sudah keterlaluan. Jika aku tidak menghentikan Ryouichi, sudah pasti kau akan mati sekarang" ucap Natsumi.
"Si-siapa anda?" tanya Alice yang masih memasang wajah ketakutan.
"Aku adalah Natsumi, aku dulunya adalah salah satu prajurit [Saint Wolf]. Jadi bisa dibilang aku adalah seniormu" ucap Natsumi.
"Se-senior Natsumi, apakah mantan ketua Ryouichi memang sekuat itu? Saya merasa bahkan kekuatannya sudah melampaui akal sehat manusia" ucap Alice.
"Hmm? Aura yang dia keluarkan tadi belum menyentuh 10 persen dari kekuatan aslinya. Aku tahu persis bagaimana kekuatan aslinya karena aku sudah pernah melihat bagaimana dia mengeluarkan kekuatan aslinya" ucap Natsumi sembari tersenyum.
Alice pun terlihat termenung dan menatap meja.
"Senior Natsumi, tentang masalah wanita yang baru saja aku katakan kepada mantan ketua Ryouichi. Saya benar-benar sudah keterlaluan, saya hanya ingin agar mantan ketua Ryouichi bisa kembali dan bertemu dengan yang lainnya" ucap Alice.
Natsumi pun menghela nafas dan menceritakan seluruh kejadian yang sebenarnya kepada Alice. Alice yang mendengar seluruh cerita dari Natsumi pun berlinang air mata dan menutup wajahnya.
"Sa-saya sungguh merasa bersalah karena sudah mengucapkan hal itu kepada mantan ketua Ryouichi. Saya tidak tahu apa-apa namun mengatakan hal itu tanpa memikirkan perasaannya mantan ketua" ucap Alice lirih sembari menahan tangis dan sesalnya.
"Ryouichi bukanlah orang jahat, namun entah mengapa semua takdir buruk seakan terus hadir dalam hidupnya" ucap Natsumi.
"Senior Natsumi, saya akan kembali besok. Saya rasa bahwa mustahil untuk meminta maaf saat ini kepada mantan ketua Ryouichi, saya tidak akan mengatakan apapun kepada Letnan Dua Enzo maupun yang lainnya kalau saya sudah bertemu dengan mantan ketua Ryouichi. Karena saya yakin bahwa mantan ketua Ryouichi juga tidak ingin orang lain tahu dimana keberadaan dia saat ini" ucap Alice.
Alice pun bangkit dari duduknya dan keluar dari restoran itu setelah memberi hormat kepada Natsumi.
"Kau dengar itu, Ryouichi? Anak itu tidak berniat untuk menyakiti hatimu, dia hanya ingin menyadarkan dirimu dari keterpurukan dan membuatmu kembali ke militer. Meskipun niatnya baik tapi dia menggunakan cara yang salah" ucap Natsumi.
Ryouichi hanya berdiri dibalik dinding dan sedari tadi mendengarkan seluruh perbincangan antara Natsumi dan Alice.
Ryouichi pun berjalan kearah Natsumi dan menatapnya.
"Natsumi, apakah aku masih membuat keputusan yang benar? Apakah aku salah jika tidak ingin kembali ke militer selamanya?" ucap Ryouichi dengan penuh depresi.
Ryouichi pun jatuh terduduk di lantai sembari menangis, Natsumi yang melihat hal itu pun dengan cepat memeluk Ryouichi dan mengelus kepalanya.
"Tenanglah, Ryouichi. Aku pernah bilang padamu bukan? Aku akan selalu mendukungmu, entah jika kau memutuskan untuk kembali ke militer atau sebaliknya" ucap Natsumi.
"Kau tidak akan meninggalkanku, bukan? Aku takut tidak bisa bangkit lagi jika kau ikut meninggalkanku, Natsumi" ucap Ryouichi.
Natsumi tersenyum dan menidurkan Ryouichi di pangkuannya.
"Bagaimana kalau kau tidur sebentar, Ryouichi? Aku akan berada disini menemanimu hingga kau terbangun nantinya" ucap Natsumi sembari mengelus rambut Ryouichi.
"Ba-baiklah…" ucap Ryouichi sembari memejamkan matanya.
Tidak lama kemudian, Ryouichi tertidur pulas di pangkuan Natsumi dengan Natsumi tetap membelai kepala Ryouichi.
"Benar, Ryouichi. Aku akan selalu berada di sampingmu hingga saatnya tiba, hingga saat dirimu kembali bersama dengan Kolonel Rose" ucap Natsumi lirih.
"Apa kau puas dengan semua itu?" ucap Ro-chan yang berjalan menghampiri Natsumi.
"Ro-chan… Tentu saja, lagipula aku sama sekali tidak punya hak untuk memaksakan keinginanku" ucap Natsumi.
"Hmmph… Tapi ekspresi wajahmu itu sama sekali tidak mendukung perkataanmu" ucap Ro-chan.
Terlihat wajah Natsumi yang tersenyum dengan disertai air mata yang jatuh ke pipinya. Natsumi pun menyeka air matanya dan mendekatkan wajahnya ketelinga Ryouichi, dirinya pun membisikkan sesuatu kepada Ryouichi.
"Ryouichi, aku mencintaimu" ucap Natsumi lirih.
Ro-chan pun hanya melihat dengan wajah datar lalu berbalik badan meninggalkan Natsumi dan Ryouichi.
"Hmmpph, sekarang aku tahu bahwa ungkapan itu benar. Tingkatan tertinggi dalam mencintai seseorang adalah merelakan orang yang kau cintai itu bahagia bersama dengan orang lain… Benar-benar sungguh bodoh dan naif sekali" gumam Ro-chan.