Divine_Gate

Chapter 91 : Kesepian



Chapter 91 : Kesepian

2"Milly!" teriak Rose hingga mengagetkan seluruh prajurit di tempat itu.     

Mayor Milly pun menoleh kebelakang, dirinya melihat Rose yang berlari sangat cepat kearahnya. Dan dalam hitungan detik, Rose memeluk dirinya dengan sangat erat hingga membuat mereka berdua terjatuh.     

"Ko-kolonel Rose!? A-ada apa dengan anda?" tanya Mayor Milly.     

"Aku, aku…" ucap Rose sesegukan sembari menangis.     

Mayor Milly pun melihat tangan Rose yang melepuh karena terbakar dan dengan cepat meraih tangannya.     

"Ko-Kolonel Rose, mengapa tangan anda terluka seperti ini? Dan mengapa anda menangis seperti ini?" ucap Mayor Milly sembari mengusap air mata Rose dengan lembut.     

Rose pun menatap wajah Mayor Milly.     

"Milly, maafkan aku. Aku berjanji tidak akan pernah lagi berkata kasar kepadamu dan berjanji akan selalu menuruti kata-katamu, jadi tolong jangan pergi" ucap Rose.     

Mayor Milly pun menghela nafas panjang dan tersenyum. Dirinya pun merangkul Rose dan membantunya untuk berdiri.     

"Tapi bukankah anda sudah mengeluarkan surat resmi tentang pemindahan tugas saya? Saya tidak dapat melawan perintah dari surat itu" ucap Mayor Milly.     

"Di-dimana surat itu? Aku akan membakarnya saat ini juga, aku tidak peduli dengan pasal perusakan dokumen penting. Aku tidak keberatan asal kau tetap berada di sisiku saat ini, Milly. Jadi, jadi… Tolong tetaplah berada disisiku" ucap Rose dengan nada memohon.     

Milly pun tersenyum.     

"Apakah surat itu masih ada bersama anda, pak pengurus administrasi?" ucap Mayor Milly dengan suara keras.     

Terlihat pria paruh baya yang berada di dekat mereka tersenyum.     

"Tam-tampaknya surat itu tercampur dengan surat lain dan terbuang entah kemana. Apakah yang lainnya ada yang melihat surat itu?" ucap pria paruh baya itu dengan suara serak.     

Para prajurit lain yang berada ditempat itu pun ikut tersenyum dan berpura-pura tidak tahu.     

"Ah, aku tidak tahu tentang surat itu. Mungkin saja sudah terbuang jauh" ucap salah satu prajurit pria.     

"Aku juga tidak tahu, mungkin saja surat itu tercecer entah dimana" ucap prajurit wanita.     

Mayor Milly pun tersenyum dan menatap Rose.     

"Tampaknya anda tidak perlu lagi membakar surat itu, Kolonel Rose. Surat itu nampaknya sudah hilang dengan sendirinya" ucap Mayor Milly sembari mengedipkan matanya.     

"Mi-Milly…" ucap Rose sembari menangis.     

Rose pun menangis di pelukan Mayor Milly.     

"Bukankah anda punya sesuatu untuk dikatakan kepada prajurit disini, Kolonel Rose?" ucap Mayor Milly.     

Rose pun melepaskan pelukannya dari Mayor Milly dengan pelan dan berdiri. Dirinya melihat ke sekelilingnya dan menarik nafas panjang.     

"Semuanya, maaf sudah membuat banyak masalah selama 3 bulan ini. Aku kembali!" ucap Rose sembari menundukkan kepalanya.     

Suasana di tempat itu pun menjadi sunyi.     

"Sudah kuduga, mereka tidak bisa semudah itu memaafkan sikapku selama aku kehilangan ingatan" gumam Rose.     

Tiba-tiba perlahan terdengar suara riuh tepuk tangan. Rose pun mendongakkan kepalanya dan melihat seluruh prajurit bertepuk tangan, bahkan para prajurit yang berada di lantai dua dan lantai tiga pun melihat kebawah dan ikut bertepuk tangan.     

"Kolonel Rose, kami tidak pernah beranggapan bahwa anda adalah pemimpin yang buruk. Jadi sekarang saya yakin anda punya satu hal penting lainnya untuk anda lakukan, bukan?" ucap Mayor Milly.     

Rose pun menghapus air matanya dan memasang ekspresi serius.     

"Aku harus bertemu dengan suamiku Ryouichi. Milly, bisakah kau menyiapkan mobil dan menemaniku ke markas provinsi timur? Dan aku juga akan mencari Aiko" ucap Rose.     

Mayor Milly pun mengacungkan jempolnya dan tersenyum.     

"Saya akan menyiapkan mobil secepatnya, anda bisa menjemput Aiko terlebih dahulu" ucap Mayor Milly bersemangat.     

Mayor Milly pun bersama dengan beberapa prajurit pun menyiapkan mobil, sementara Rose kembali menuju keruangannya untuk mengambil seragamnya. Ketika dirinya berlari di lorong, dirinya melihat Aiko yang tengah berdiri dan menatap pintu ruangan miliknya.     

Terlihat Aiko yang ragu-ragu untuk mengetuk pintu ruangan itu.     

"Aiko!" seru Rose.     

Terlihat Aiko yang terkejut ketika melihat Rose yang tengah berlari kearahnya, Aiko pun berlari menjauhi Rose. Namun Aiko tersandung oleh sesuatu dan terjatuh, terlihat kaki nya yang terluka.     

Rose pun mempercepat larinya.     

"Aiko, apakah Aiko baik-baik saja? Kemarilah, mama lihat lukanya" ucap Rose.     

Aiko pun menggelengkan kepalanya dan terlihat menahan tangisnya.     

"Tidak apa-apa, mama. Aiko tidak mau merepotkan mama, Aiko minta maaf karena tadi sudah membuat mama marah. Aiko membuat gambar ini agar mama tidak marah lagi kepada Aiko, bisakah mama memaafkan Aiko? Aiko berjanji tidak akan membuat mama marah lagi" ucap Aiko dengan nada bersalah sembari memberikan selembar kertas lusuh kepada Rose.     

Air mata Rose pun tumpah ketika melihat gambar yang dibuat oleh Aiko. Gambar itu bukanlah gambar yang bagus, gambar itu hanyalah sebuah goresan yang membuat bentuk beberapa orang dengan garis yang tidak simetris namun masih bisa dikenali oleh mata biasa.     

Terlihat tiga orang ada digambar itu, dua orang yang sedang menggandeng seorang anak kecil yang berada ditengah mereka. Dan diatas gambar kedua orang itu, ada tulisan 'papa' dan juga tulisan 'mama'. Sementara di atas gambar anak kecil itu ada tulisan 'Aiko', mata Rose tertuju dengan sebuah kalimat dibawah gambar itu.     

Kalimat itu berbunyi 'Aiko harap papa dan mama bisa berbaikan, lalu bisa bermain bersama dengan Aiko lagi. Aiko sayang mama dan papa selamanya'.     

Rose pun memeluk Aiko dan menangis.     

"Aiko, maafkan mama. Mama minta maaf karena sudah berteriak dan mengatakan sesuatu yang kasar kepadamu. Maafkan mama yang selama ini selalu egois dan tidak pernah mau memahami dirimu yang selama ini kesepian" ucap Rose.     

"Mama? Kenapa mama menangis?" ucap Aiko.     

Aiko pun mengusap air mata Rose dengan perlahan, Rose pun menatap Aiko.     

"Mama jangan menangis, Aiko jadi sedih…" ucap Aiko.     

Aiko masih terlihat menahan tangisnya di hadapan Rose.     

"Aiko…" ucap Rose.     

Rose pun mengusap kepala Aiko berusaha untuk menenangkannya.     

"Apakah Aiko rindu dengan papa?" tanya Rose dengan nada lembut.     

Aiko pun menganggukkan kepalanya dengan pelan.     

"Apakah Aiko ingin bertemu dengan papa?" tanya Rose lagi dengan nada lembut.     

Aiko kembali menganggukkan kepalanya dengan pelan.     

"Aiko ingin bertemu dengan papa lagi, Aiko rindu dengan papa. Aiko ingin bermain lagi bersama dengan papa, Aiko ingin di ceritakan dongeng lagi ketika tidur olehnya. Aiko ingin di gendong dan disayang lagi oleh papa, Aiko ingin…" ucapan Aiko pun terhenti.     

Tangisan Aiko pun pecah, Rose yang melihat hal itupun langsung menggendong dan menenangkannya. Aiko menangis di pelukan Rose selama beberapa menit hingga akhirnya dia bisa tenang.     

"Baiklah, mari kita temui papa. Mama juga sudah sangat rindu dengannya, bagaimana? Mama yakin pasti papa juga rindu dengan Aiko" ucap Rose.     

"Aiko mau!" seru Aiko bahagia.     

"Kalau begitu, mari kita temui papa sekarang juga. Milly akan ikut bersama dengan kita juga, bisakah Aiko pergi kebawah untuk menemui Milly" ucap Rose.     

Aiko pun mengangguk dan tersenyum bahagia, Aiko pun menuruni tangga dan pergi meninggalkan Rose.     

Rose pun masuk kedalam ruangannya untuk mengambil seragam miliknya yang tertinggal. Dirinya pun hendak meninggalkan ruangan itu, namun Rose menghentikan langkahnya ketika teringat oleh sesuatu. Dirinya pun berjalan menuju meja kerjanya dan menarik laci meja miliknya. Terlihat secarik foto berukuran kecil yang langsung di ambil oleh Rose, foto itu adalah foto Rose dan juga Ryouichi saat pernikahannya dulu.     

"Ryouichi, aku akan kembali kepadamu. Tunggulah aku" gumam Rose sembari menempelkan foto itu di dadanya.     

Rose pun bergegas menuju halaman markas provinsi barat, terlihat Aiko yang sedang melambaikan tangan kepadanya sembari digendong oleh Milly. Rose pun tersenyum dan ikut melambaikan tangannya kepada Aiko, akhirnya mereka pun pergi menuju markas provinsi timur berniat untuk bertemu dengan Ryouichi. Di sisi lain, Alice sedang berada di depan pintu restoran milik Ryouichi dan mempersiapkan dirinya untuk masuk kedalam restoran itu.     

    

    

    


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.