Chapter 92 : Mencari kebenaran yang sesungguhnya
Chapter 92 : Mencari kebenaran yang sesungguhnya
Suara bel yang ada di pintu pun berbunyi ketika Alice memasuki restoran itu. Terlihat restoran itu penuh dengan orang-orang yang tengah makan dan berbincang satu sama lain. Alice pun melihat kesana kemari mencari sebuah kursi kosong untuk duduk. Alice pun bernafas lega setelah melihat salah satu meja kosong yang berada di pojok ruangan, dirinya pun berjalan dan akhirnya duduk di kursi kosong itu.
"Baiklah, aku sudah berada di tempat ini. Sekarang dimana manajer itu?" gumam Alice sembari melihat kesana kemari.
Hingga akhirnya dirinya pun dikejutkan oleh suara yang ada disampingnya.
"Terima kasih sudah datang ke restoran kami, apakah anda ingin memesan sesuatu?" ucap Asuka.
Alice pun tersentak kaget dan melihat ke arah Asuka.
"Hmm? Permisi, apakah ada sesuatu yang salah dari saya?" tanya Asuka heran.
Alice pun menggelengkan kepalanya dan tersenyum.
"Ah, maaf. Aku nampaknya melamun, saya memesan sandwich telur dan kopi satu cangkir" ucap Alice.
Asuka pun tersenyum dan terlihat mencatat pesanan Alice.
"Baiklah, pesanan anda akan selesai sekitar 15 menit. Harap ditunggu" ucap Asuka dengan wajah ramah.
Asuka pun berjalan meninggalkan Alice, namun Alice memanggilnya kembali. Asuka pun berbalik badan dan kembali menghampiri Alice.
"A-anu, maaf. Dimana manajer tempat ini? Saya ingin bertemu dengannya jika memungkinkan" ucap Alice.
"Mengapa pasukan [The Saviour] seperti anda ingin menemui kakak? Apakah anda teman lama kakak?" tanya Asuka.
"Ah, ja-jadi kau adalah adiknya… Tidak, aku hanya ingin menanyakan sesuatu kepadanya" ucap Alice.
Raut wajah Asuka pun berubah menjadi datar.
"Baiklah, nanti Asuka akan sampaikan kepada kakak" ucap Asuka.
Asuka pun langsung meninggalkan Alice tanpa berkata apapun lagi. Alice pun menunggu kehadiran Ryouichi hingga berjam-jam lamanya, namun Ryouichi tidak pernah datang menemuinya sampai restoran itu sepi oleh pelanggan.
"Apakah manajer sedang tidak ada di restoran ini? Haruskah aku kembali atau menunggunya saja?" gumam Alice.
Alice pun melihat ke jam di dinding yang menunjukkan pukul 3 sore. Alice pun bangkit dari duduknya dan berjalan menuju meja kasir untuk membayar.
"Satu sandwich dan satu kopi" ucap Alice dengan suara lesu.
"Baiklah, semuanya berjumlah 2 keping koin perak kecil" ucap Ro-chan.
Alice pun menyerahkan dua keping koin perak kecil kepada Ro-chan, namun dirinya tidak langsung pergi meninggalkan restoran itu dan hanya berdiri termenung.
"Kenapa kau melamun seperti itu? Jika kau tidak ada kepentingan lagi, silahkan pergi" ucap Ro-chan.
"Ah tidak. Bi-bisakah anda menyampaikan pesan saya kepada manajer tempat ini? Anda bisa memberitahunya bahwa saya ingin mengobrol dan memastikan sesuatu darinya" ucap Alice dengan mata memohon.
Ro-chan pun menghela nafas dan melipat kedua tangannya.
"Baiklah jika kau sampai memohon seperti itu, tapi aku tidak menjamin bahwa manajer mau bertemu dengan pasukan [The Saviour] sepertimu" ucap Ro-chan.
Alice pun tersenyum lalu berjalan pelan menuju pintu dan keluar dari restoran itu.
"Jadi, hari ini aku tidak bisa bertemu dengan orang itu..." gumam Alice.
Alice pun melihat kelangit biru dan terdiam untuk beberapa saat, namun dirinya mendengar beberapa suara ricuh yang terdengar dekat dari posisinya saat ini.
"Ada keributan apa disana?" gumam Alice.
Alice pun berlari mendekati suara ricuh itu dan melihat beberapa prajurit [The Saviour] sedang berbicara dan bernegosiasi dengan seseorang pemuda yang tampak mabuk dan mengacungkan pisau, terlihat banyak masyarakat mengerumuni tempat itu. Alice pun memaksa masuk kedalam kerumunan itu dan melihat bahwa prajurit [The Saviour] sama sekali tidak punya keberanian untuk menangkap pemuda yang sedang membawa pisau itu.
"A-ada apa dengan para prajurit itu? Mengapa mereka tidak langsung menangkap orang itu? Bukankah mereka berjumlah lebih banyak?" ucap Alice heran.
Tiba-tiba tedengar sebuah celetuk yang membalas ucapan Alice.
"Para prajurit patroli [The Saviour] yang sekarang sungguh sangat pengecut, bagaimana bisa mereka tidak dapat menangkap seorang pemuda mabuk seperti itu"
Alice pun menoleh kebelakang dan langsung memasang wajah marah.
"Kau tidak sepantasnya berkata seperti itu kepada para prajurit [The Saviour], aku bisa menangkapmu—" ucap Alice kesal namun ucapannya terhenti setelah melihat sosok pria yang berdiri dibelakangnya.
"Setelah kau menangkapku, lalu apa? Kau akan memasukkanku kepenjara?" ucap Ryouichi.
"Ma-manajer restoran?" ucap Alice terkejut.
Ryouichi pun berjalan dengan santai menuju pemuda yang mabuk itu sembari membawa satu balok kayu.
"Tenangkan dirimu dan menyerahlah sekarang juga" ucap salah satu prajurit [The Saviour].
"Minggirlah kalian, sungguh tidak berguna sekali" ucap Ryouichi sembari membakar rokoknya.
"Ka-kau siapa?! Cepat pergi dari sini dan biarkan kami bekerja" ucap prajurit [The Saviour] itu.
Ryouichi tidak menghiraukan ucapan dari prajurit itu dan tetap berjalan menuju pemuda yang tengah mabuk itu.
"Oi, ini masih sore namun kau sudah mabuk seperti itu. Sungguh pria yang menyedihkan" ucap Ryouichi.
Pemuda mabuk itu pun melihat kearah Ryouichi dengan tatapan marah dan menyerangnya dengan pisau yang dia pegang.
"Apa kau bilang?! Mati kau" ucap pemuda mabuk itu sembari berlari kearah Ryouichi.
Sesaat sebelum pisau itu menusuk perut Ryouichi, tiba-tiba Ryouichi menghilang dan sudah berada dibelakang pemuda mabuk itu.
Alice yang melihat hal itu pun sangat terkejut dan tidak percaya dengan apa yang dia lihat.
"Ce-cepat sekali, kecepatannya mungkin setara dengan Letnan Dua Enzo. Tidak, kecepatannya sudah melampaui Letnan Dua Enzo!" gumam Alice.
Ryouichi pun menghela nafasnya dan memukul punggung pemuda itu dengan balok kayu yang dia pegang hingga pemuda mabuk itu jatuh tersungkur ditanah.
~BRAKK
Setelah melihat pemuda itu tumbang, para prajurit [The Saviour] pun langsung menangkap pemuda mabuk itu.
Ryouichi pun berjalan pelan meninggalkan tempat itu namun dengan cepat dirinya dihadang oleh beberapa prajurit [The Saviour] itu.
"Tunggu sebentar, siapa dirimu?" tanya salah satu prajurit.
Ryouichi pun mengerutkan alisnya dan menatap para prajurit itu dengan tajam.
"Minggirlah, aku masih harus mengurus restoranku" ucap Ryouichi.
"Kau!" seru salah satu prajurit.
"Tunggu sebentar" ucap Alice sembari mendekati prajurit itu.
"Seragam [The Saviour]? Siapa kau?" tanya prajurit itu dengan kesal.
"Saya adalah Sersan Alice, anggota dari pasukan khusus [Saint Wolf]. Dia adalah salah satu teman saya, biarkan saya yang mengurus hal ini" ucap Alice sembari menunjukkan identitas miliknya kepada para prajurit itu.
Para prajurit itu pun seketika memberi hormat kepada Alice.
"Maafkan saya Sersan Alice, saya tidak tahu bahwa anda adalah salah satu prajurit dari pasukan [Saint Wolf]" ucap seluruh prajurit [The Saviour] dengan nada sopan dan segan.
"Tidak apa-apa, kalau begitu kalian bisa membawa pemuda mabuk itu. Saya ingin berbicara dengan teman saya" ucap Alice.
"Baik, Sersan Alice"
Para prajurit itupun membawa pemuda mabuk itu dan meninggalkan Alice. Alice pun menggandeng tangan Ryouichi dan membawanya pergi.
"Hei, lepaskan tanganku. Kau mau membawaku kemana?" ucap Ryouichi.
Alice pun melepaskan genggamannya dari Ryouichi lalu menatapnya.
"Apakah nama anda adalah Ryouichi?" tanya Alice dengan sorot mata serius.
Ryouichi pun menghela nafasnya lalu berbalik badan, Ryouichi pun berjalan pelan meninggalkan Alice.
"Tu-tunggu sebentar, saya bel—" ucap Alice.
"Kau ingin berbicara denganku bukan? Lebih baik membicarakan hal ini di restoranku, tidak ada pelanggan lagi yang akan datang karena aku sudah menutupnya" ucap Ryouichi.
Alice pun tertegun lalu mengikuti Ryouichi hingga sampai ke restorannya. Mereka berdua lalu duduk di meja yang sama dan saling memasang ekspresi serius. Natsumi yang melihat mereka berdua pun memasang eskpresi khawatir dan hanya melihat dari kejauhan.