Divine_Gate

Chapter 90 : Ingatan yang telah kembali



Chapter 90 : Ingatan yang telah kembali

2"Ko-kolonel Rose, apakah anda tidak ingin beristirahat terlebih dahulu?" ucap Mayor Milly.     

Terlihat Rose yang sedang mengerjakan tumpukan dokumen yang menggunung di meja kerja miliknya.     

"Apa maksudmu, Milly? Apa kau tidak melihat banyak sekali dokumen yang ada dihadapanku ini? Aku heran kenapa aku dulu tidak mengerjakan semua ini dan malah memilih pergi entah kemana, namun entah mengapa aku merasa ada sesuatu yang membuatku malah melupakan tugasku sebagai pemimpin provinsi ini" ucap Rose.     

Terlihat Rose melepas seragam miliknya dan mengikat rambutnya menjadi ponytail. Dirinya pun kembali mengerjakan beberapa dokumen dan terlihat semakin sibuk.     

"Ba-baiklah, maafkan saya" ucap Mayor Milly.     

Tiba-tiba terdengar suara pintu ruangan Rose yang terbuka, muncullah Aiko yang nampak membawa sebuah boneka beruang dan menghampiri Rose.     

"Mama, Aiko ingin bermain dengan mama" ucap Aiko dengan nada manja.     

"Mama sedang sibuk untuk sekarang, Aiko. Bermainlah dengan Milly dulu, nanti mama akan menyusul" ucap Rose dengan perhatiannya yang masih terpaku kepada dokumen yang sedang dia kerjakan.     

Aiko pun memasang ekspresi cemberut dan berlari kearah Rose. Aiko pun menarik lengan baju dari Rose, tiba-tiba saja tangan Rose menyenggol cangkir yang masih berisikan kopi. Gelas itu pun tumpah dan mengenai dokumen yang tengah dia kerjakan.     

"Aiko! Lihatlah apa yang sudah kau perbuat! Bukankah mama sudah berkata untuk bermain terlebih dahulu dengan Milly? Sekarang mama harus mengerjakan dokumen ini lagi untuk kedua kalinya" gerutu Rose dengan nada marah.     

Mata Aiko pun berkaca-kaca dan akhirnya berlari keluar dari ruangan itu sembari menangis.     

"Kolonel Rose! Anda tidak perlu sampai berkata seperti itu kepada Aiko" ucap Milly.     

"Apa kau sedang memarahiku sekarang, Milly? Apa kau sudah lupa siapa yang mempunyai pangkat lebih tinggi diantara kita berdua?" tanya Rose.     

Ekspresi Mayor Milly pun berubah menjadi kesal.     

"Anda bukanlah Kolonel Rose yang saya kenal lagi, anda sudah berubah sejak melakukan misi penangkapan Kolonel Erik waktu itu! Saya sudah tidak tahan melihat sikap anda yang kembali berubah menjadi dingin dan tidak acuh seperti dulu lagi" ucap Mayor Milly.     

Rose pun berdiri dan melangkah menuju sebuah lemari kaca lalu mengambil selembar kertas. Dirinya pun kembali duduk di kursinya dan terlihat menulis sesuatu di kertas itu.     

"Mayor Milly, ambillah kertas ini dan melaporlah kepada staff administrasi. Kau akan dipindah tugaskan ke provinsi lain, bersyukurlah karena aku tidak sampai membawa ini ke pengadilan militer dengan pasal pemberontakan kepada atasan" ucap Rose sembari menyerahkan selembar kertas itu kepada Milly.     

Milly pun mengambil kertas yang di sodorkan oleh Rose dan terdiam sejenak.     

"Ada apa? Cepatlah keluar dari ruangan ini" ucap Rose tanpa melihat kearah Mayor Milly.     

Mayor Milly terlihat mengamati kertas yang berada ditangannya, terlihat air mata menetes dan membasahi kertas itu.     

Mendengar suara tangisan lirih dari Mayor Milly, Rose pun akhirnya mengalihkan perhatiannya kepada Mayor Milly. Rose pun tertegun melihat air mata Mayor Milly yang menetes.     

"Sampai saat ini, saya sudah setia dan tidak pernah meminta apapun kepada anda. Namun kenapa anda tega memperlakukan saya seperti ini? Saya sudah salah ketika mengira bahwa anda sudah berubah dari sifat anda yang dulu. Terima kasih atas semuanya, Kolonel Rose" ucap Mayor Milly.     

Mayor Milly pun keluar dari ruangan itu. Tanpa sadar, Rose pun berdiri dari duduknya dan mengulurkan tangannya seakan-akan mencegah Mayor Milly untuk keluar dari ruangan itu.     

"Huh? Ke-kenapa dengan diriku? Mengapa aku menangis?" gumam Rose yang menyadari bahwa penglihatannya menjadi buram karena air mata.     

Air mata Rose pun mengalir ke pipinya tanpa dia sadari. Rose pun kembali duduk di kursinya dan mengepalkan tangannya di meja.     

"Mengapa aku merasa ada sesuatu didalam diriku yang mengatakan bahwa apa yang kulakukan ini salah? Ada apa ini sebenarnya?" ucap Rose.     

Rose pun tidak sengaja melihat gelang yang pernah diberikan oleh Ryouichi kepada dirinya. Gelang itu tersimpan di sebuah kotak kaca di atas perapian.     

Rose pun mendekati perapian itu dan meraih kotak kaca itu. Dirinya pun perlahan membuka kotak kaca itu dan mengambil gelang itu.     

"Mengapa aku merasakan kehangatan ketika melihat gelang ini? Tidak! Aku harus menghancurkan gelang ini" gumam Rose.     

Rose pun melempar gelang itu ke perapian, terlihat api perlahan membakar gelang itu. Namun tidak beberapa lama kemudian, Rose dengan cepat mengambil kembali gelang itu dari perapian.     

"Tidak! Aku tidak seharusnya membakar gelang ini, gelang ini adalah pemberian dari Ryouichi yang sangat berharga bagiku" ucap Rose.     

Rose pun mengusap gelang yang sudah hampir hangus itu dengan tangannya yang terluka karena terbakar api perapian, Rose pun tertegun untuk sejenak.     

"Ryouichi? Kenapa aku menyebut nama pria menyedihkan itu? Ryouichi? Siapa dia bagiku? Mengapa aku hanya memikirkan tentang pria menyedihkan itu sejak tadi?" gumam Rose.     

Rose tiba-tiba merasakan kepalanya mulai terasa sakit yang luar biasa, dirinya pun tumbang. Namun dirinya merasa ada seseorang yang menopang tubuhnya agar tidak jatuh.     

"Ka-kau? Bukankah kau adalah pria bertopeng yang sebelumnya pernah menyelamatkanku dulu ketika melawan Astaroth?" ucap Rose lirih.     

Sosok bertopeng itupun menggendong Rose dan meletakkannya di sebuah sofa besar.     

"Kau sungguh merepotkan sekali, Rose. Aku sudah mengamati dirimu selama lebih dari 3 bulan, namun aku tidak melihat adanya tanda-tanda bahwa ingatanmu akan kembali normal" ucap sosok bertopeng itu.     

"Si-siapa kau sebenarnya? Mengapa aku merasa tidak asing denganmu?" tanya Rose.     

Rose pun mencoba bangkit dari tidurnya, namun dirinya kembali merasakan sakit yang luar biasa di bagian kepalanya.     

"Bisakah kau tidak keras kepala untuk sekali ini saja? Berbaringlah, aku yakin kepalamu sangat sakit saat ini. Saat ini jiwamu sedang terbagi dua dan saling bertarung satu sama lain untuk memperebutkan ingatanmu saat ini. Satu jiwamu mencoba untuk mengembalikan ingatan yang pernah ada dan satu jiwamu yang lain sedang mencoba untuk menghilangkan ingatan itu secara penuh" ucap sosok bertopeng itu.     

"Ingatanku? Apa yang kau bicarakan?" tanya Rose.     

Sosok bertopeng itupun membuka topengnya, terlihat wajah dari sosok itu memiliki sebuah bekas luka di mata kanannya yang membuat matanya tidak terbuka sama sekali dan rambutnya yang berwarna putih keperakan.     

"Aku minta maaf jika penampilanku ini membuat dirimu takut, namun aku tidak pernah malu dengan penampilanku ini. Aku mendapatkan luka di mata ku ini karena dulu aku pernah berusaha menyelamatkan orang yang sangat kucintai, namun pada akhirnya aku gagal menyelamatkannya" ucap sosok bertopeng itu.     

Rose yang melihat sosok itu membuka topengnya pun berjalan pelan menuju sosok bertopeng itu dan menatap matanya     

"Aku tahu tatapan itu, itu adalah tatapan kesedihan dan hampa. Aku pernah melihat tatapan itu dari seseorang sebelumnya, namun aku tidak ingat siapa orang itu" ucap Rose sembari mencoba untuk menyentuh wajah dari sosok bertopeng itu.     

Sosok bertopeng itu pun menepis tangan Rose.     

"Aku sudah tidak punya apa-apa lagi untuk dilindungi di duniaku, namun aku masih memiliki sesuatu untuk diperjuangkan di dunia ini. Aku tidak ingin melihat kematian dari orang-orang yang aku cintai, setidaknya aku tidak ingin melihat adanya penderitaan di dunia ini. Dunia ini masih bisa diselamatkan" ucap sosok bertopeng itu.     

"Apa maksudmu? Dunia ini?" tanya Rose heran.     

Sosok bertopeng itupun berjalan ke arah jendela.     

"Tunggu sebentar! Aku masih tidak tahu siapa dirimu!" seru Rose mencoba untuk menghalangi sosok bertopeng itu untuk pergi.     

Sosok bertopeng itupun berbalik badan dan tersenyum, tampak sinar matahari yang sangat menyilaukan dari arah belakang sosok bertopeng itu. Rose pun kembali merasakan sakit yang luar biasa di bagian kepalanya dan jatuh terduduk.     

"Tampaknya satu jiwamu yang ingin mengembalikan ingatanmu itu telah menang dari jiwa yang lainnya. Pakailah gelang yang ada di genggamanmu itu, aku yakin kau akan menemukan kepingan kenangan yang selama ini kau lupakan. Aku juga telah membantu merapal mantra ke dirimu untuk mengembalikan ingatanmu, sisanya tinggal kau sendiri yang menentukan" ucap sosok bertopeng itu.     

Sosok bertopeng itupun kembali memakai topengnya dan keluar dari jendela ruangan itu meninggalkan Rose yang masih bingung dengan apa yang terjadi saat itu.     

Rose pun memakai gelang yang ada digenggamannya dan mengamati gelang itu untuk beberapa detik hingga akhirnya seluruh ingatan yang telah lama dia lupakan akhirnya kembali. Ingatan saat dirinya tertawa dan menangis bersama dengan Ryouichi, saat dirinya mengucapkan janji pernikahan dengan Ryouichi, dan seluruh ingatan tentang dirinya bersama dengan Ryouichi lainnya.     

Terlihat tetesan air mata Rose yang membasahi lantai, tempat dimana saat ini Rose sedang duduk bersimpuh mengingat seluruh kenangannya bersama dengan Ryouichi.     

"Kenapa? Kenapa aku sampai bisa melupakan seluruh kenangan berhargaku bersama dengan Ryouichi? Kenapa aku sampai bisa berkata kasar seperti itu kepadanya?" ucap Rose yang menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.     

"Benar, Milly! Aku harus segera mengejarnya. Aku tidak ingin menyesal untuk kedua kalinya" ucap Rose.     

Rose pun bangkit dan berlari keluar dari ruangan miliknya, dia pun menjadi sorotan perhatian dari para prajurit yang tengah berada di lorong serta tangga. Rose menuruni anak tangga dengan cepat hingga akhirnya dirinya sampai di lantai paling bawah dan melihat Mayor Milly yang tengah menggendong tas yang sangat besar dan hendak pergi menuju pintu keluar markas provinsi itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.