Divine_Gate

Chapter 89 : Awal dari segalanya



Chapter 89 : Awal dari segalanya

3Hayate terlihat berdiam seorang diri di sebuah makam besar dan meletakkan sebuah bunga di makam itu.     

"Lama tidak bertemu denganmu, Lily. Bagaimana kabarmu saat ini?" ucap Hayate sembari tersenyum.     

Langit masih tampak terlihat gelap, angin sejuk pagi yang berhembus membuat rambut Hayate tersibak ke belakang meninggalkan beberapa helaian rambut yang jatuh di dahinya. Hayate terlihat merenung untuk beberapa saat hingga dirinya di kejutkan oleh suara yang tidak asing menyapa dirinya.     

"Yo, Hayate. Apakah kau sedang melakukan kunjungan rutin ke makam ini?" ucap Mayor Jendral Havif yang menyapa dirinya.     

Terlihat tatapan sedih Hayate berubah menjadi senyuman ketika melihat Mayor Jendral Havif.     

"Dan apa yang kau lakukan disini pada pagi buta seperti ini? Aku tidak ingat kau punya keluarga ataupun teman yang di makamkan disini" ucap Hayate.     

Mayor Jendral Havif pun mendekati Hayate.     

"Apa maksudmu? Bukankah Lily adalah temanku juga? Apakah kau lupa kalau kita bersama dengan Lily pernah ada dalam satu pasukan sebelumnya?" ucap Havif.     

Hayate pun tertawa kecil lalu membakar rokoknya.     

"Kau benar, aku sudah lupa tentang hal itu. Sudah lama sekali sejak aku mengingat hal itu" ucap Hayate.     

Mayor Jendral Havif pun memasukkan kedua tangannya kesakunya dan berdiri disamping Hayate.     

"Jadi, aku dengar dari August bahwa kau punya sesuatu untuk kau perlihatkan padaku" ucap Havif.     

"Benar, ada sesuatu yang ingin aku perlihatkan kepadamu. Mungkin kau tahu sesuatu tentang benda ini" ucap Hayate.     

Hayate pun merogoh saku bajunya dan mengeluarkan sebuah kotak besi kecil berwarna hitam, dirinya pun memberikan kotak hitam itu kepada Havif.     

"Tampaknya benda ini sangat penting, bahkan hingga dirimu yang biasanya tidak peduli terhadap benda pun sampai meletakkan nya di kotak seperti ini" ucap Havif.     

Hayate pun menghisap rokoknya dan memasang ekspresi serius.     

"Benda itulah yang telah membuat semuanya menjadi kacau seperti ini" ucap Hayate.     

"Hmmm… Baiklah, aku akan mencari tahu tentang benda ini nanti. Kau bisa mengandalkanku ketika menyangkut barang penting seperti ini" ucap Havif.     

Mayor Jendral Havif pun memasukkan kotak itu kedalam sakunya.     

"Jadi, kau sedang memikirkan tentang orang itu bukan?" ucap Havif.     

"Aku hanya sedang memikirkan tentang nasib dari Ryouichi. Aku penasaran bagaimana bisa dia masih bisa tetap tegar menghadapi semua masalah yang menimpa dirinya" ucap Hayate.     

Mayor Jendral Havif pun menghela nafas.     

"Apa kau tidak ingin menjemput dia? Aku tahu bahwa kau sebenarnya khawatir dengan dirinya, lagipula kau sudah tahu tentang keberadaan dirinya kan?" ucap Havif.     

"Aku tidak ingin menjemput seseorang yang bahkan tidak ingin ditemui oleh siapapun" ucap Hayate.     

Hayate pun menyodorkan sekotak rokoknya kepada Mayor Jendral Havif.     

"Nanti saja, aku sedang tidak ingin merokok. Aku biasanya merokok ketika sendirian" ucap Havif.     

"Banyak sekali alasanmu, aku bosan mendengarnya. Baiklah kalau begitu, aku pergi dulu ke markas provinsi timur. Aku ingin melihat-lihat kesana" ucap Hayate.     

"Baiklah, aku juga ingin kembali ke Central untuk menginvestigasi barang yang kau berikan kepadaku" ucap Havif.     

Hayate pun bersiul. Beberapa saat setelah dirinya bersiul, muncullah Leviathan di langit dan turun dihadapannya.     

"Jika kau memiliki sesuatu yang ingin kau beritahu kepadaku, kau tinggal datang saja ke mansion ku" ucap Hayate.     

Setelah mengucapkan hal itu, Hayate pun terbang ke angkasa bersama dengan Leviathan. Di sisi lain, Alice sedang berlatih sendirian di lapangan markas provinsi timur.     

Terlihat Alice yang sedang memukul sebuah boneka kayu dan berlatih teknik bela diri militer.     

"Aku harus menjadi lebih kuat, agar aku tidak mengecewakan yang lainnya" gumam Alice.     

Tubuh Alice pun terselimuti keringat yang membuat dirinya tampak seksi dan ditambah rambutnya yang di ikat kebelakang menambah pesonanya sebagai seorang wanita yang menjadi salah satu primadona di markas provinsi timur. Bra sport yang dia pakai pun basah karena keringat yang mengucur dari lehernya. Satu serangan terakhir yang dia gunakan untuk memukul boneka kayu itu pun membuat boneka kayu itu hancur berkeping-keping.     

"Tidak… Belum cukup, aku ingin menjadi lebih kuat. Setidaknya hingga bisa membuat mantan ketua Ryouichi memberi pujian kepadaku ketika aku bertemu dengannya" gumam Alice.     

Tiba-tiba dirinya mendengar langkah kaki dari arah belakangnya, dirinya pun menjadi waspada dan menendang kearah orang yang berada dibelakangnya.     

"Siapa disana?!" seru Alice.     

Terlihat siluet seseorang yang menahan tendangan dari Alice.     

"Kau nampak bersemangat sekali di pagi buta seperti ini, Alice" ucap sosok itu.     

Matahari pun akhirnya muncul perlahan, sinar dari matahari itu pun perlahan menyinari sosok itu.     

"Let-letnan Satu Enzo?! Ma-maafkan atas perilaku tidak sopan saya kepada anda" ucap Alice sembari menundukkan kepalanya.     

"Hahaha, tidak apa-apa. Tendanganmu cukup kuat juga, nampaknya kau sudah banyak berkembang sejak pertama kali kau bergabung di pasukan [Saint Wolf]" ucap Enzo.     

"I-itu…" ucap Alice.     

~GROWL…     

Tiba-tiba suara perut dari Alice membuat keduanya terdiam untuk sejenak hingga akhirnya membuat Enzo tertawa lepas.     

"Nampaknya kau berlatih dengan keras hingga membuat perutmu berbunyi nyaring, Alice" ucap Enzo.     

"Ma-maafkan saya" ucap Alice dengan suara lirih menahan malu.     

Wajah Alice pun menjadi merah padam karena malu, Enzo pun melemparkan sebuah biskuit kepada Alice.     

"Makanlah itu. Kantin markas belum buka, jadi bersabarlah dan makanlah itu terlebih dahulu" ucap Enzo.     

Enzo pun duduk di sebuah bangku dan membakar rokoknya sembari menikmati pemandangan matahari yang baru saja terbit. Suara burung-burung pun terdengar merdu, dan angin sejuk yang lembut terkadang berhembus. Alice pun ikut duduk bersama dengan Enzo sembari menggigit biskuit yang diberikan oleh Enzo kepadanya.     

"Damai sekali bukan? Aku penasaran, sampai kapan suasana damai seperti ini bisa berlangsung. Kita masih belum bisa mengalahkan para demon itu dan merebut kembali hak kita sebagai umat manusia" ucap Enzo.     

"Anda benar, Letnan Satu Enzo. Saya juga berharap saya masih hidup ketika umat manusia bisa merebut kembali bumi ini dari demon" ucap Alice.     

Enzo pun menghembuskan asap rokoknya dan tersenyum.     

"Tidak biasanya kau berlatih sepagi ini, ada apa denganmu? Apakah ada sesuatu yang membuatmu merasa harus lebih kuat?" ucap Enzo.     

Alice pun menghentikan kegiatan makan nya dan mendongakkan kepalanya keatas.     

"Kemarin… Ketika saya dan yang lainnya sedang patroli, tiba-tiba hujan turun dengan deras dan kami terpaksa mencari sebuah tempat untuk berteduh dan menemukan sebuah restoran kecil. Ketika kami disana, ada beberapa sedikit masalah dan membuat kami sempat berurusan dengan manajer disana. Waktu itu, tangan Seth di remas oleh manajer itu dan membuatnya sangat kesakitan. Hal itu membuat kami sangat terkejut pada waktu itu dan kami memilih untuk tidak membuat masalah lebih lanjut dengan manajer itu. Hingga kami memutuskan untuk pergi dari tempat itu dan kembali ke markas provinsi timur" ucap Alice.     

Enzo pun terlihat sedikit terkejut.     

"Bahkan Seth yang biasanya dijuluki raksasa muda, bisa dibuat kesakitan oleh orang itu? Aku jadi penasaran tentang siapa orang itu sebenarnya…" ucap Enzo.     

Alice pun tersenyum kecil.     

"Dan karena itulah saya merasa bahwa masih ada orang diluar sana yang lebih kuat dari saya. Itu merupakan pelajaran yang sangat berharga bagi kami pada waktu itu" ucap Alice.     

Enzo terlihat termenung untuk sejenak.     

"Apakah saya bisa meminta sesuatu kepada anda, Letnan Satu Enzo?" tanya Alice.     

Enzo pun melihat kearah Alice dengan ekspresi penasaran.     

"Jarang sekali kau meminta sesuatu dariku. Katakanlah, mungkin aku bisa melakukannya untukmu" ucap Enzo.     

"Apakah anda mempunyai foto mantan ketua Ryouichi? Saya ingin sekali melihat wajahnya, setidaknya saya tidak ingin salah mengenalinya dan melewatkan kesempatan untuk berkenalan dengannya secara langsung" ucap Alice dengan tatapan serius.     

Enzo pun merogoh sakunya dan mengambil selembar foto, dirinya pun mengamati foto itu dan tersenyum.     

"Aku selalu melihat foto ini ketika aku sedang luang dan anehnya aku selalu tersenyum ketika melihat foto ini. Tidak perduli seberat apapun masalah yang kuhadapi, aku tetap tersenyum ketika melihat foto ini" ucap Enzo.     

Enzo pun menyerahkan foto itu kepada Alice.     

"Kau lihat orang yang berada ditengah itu? Seseorang dengan rubah kecil diatas kepalanya? Dia adalah ketua Ryouichi, dan diatas kepalanya itu adalah Letnan Dua Reina. Lucu sekali bukan? Rasanya seperti sudah lama sekali waktu berlalu" ucap Enzo.     

Alice menjadi terkejut dan terus mengamati foto itu dengan serius.     

"Tu-tunggu sebentar… Eh-Ehhh?! Bukankah orang ini adalah…" gumam Alice.     

Enzo pun bingung dengan ekspresi Alice dan menepuk pundaknya.     

"Ada apa denganmu? Mengapa kau tampak terkejut dan bingung seperti itu?" tanya Enzo heran.     

"Ah, tidak. Anda tampak lebih muda di foto ini, Letnan Satu Enzo. Saya sampai terkejut ketika melihat wajah anda" ucap Alice.     

Enzo pun tertawa, Alice pun menyerahkan foto itu kembali kepada Enzo.     

"Sebesar itukah perbedaan antara diriku yang ada di foto dan yang sekarang? Ya memang benar, banyak sekali perubahan yang muncul. Bukan hanya dari diriku, anggota pasukan [Saint Wolf] yang lain juga banyak berubah. Contohnya adalah Chloe yang dulunya selalu bertingkah polos, sekarang bisa membuat keputusan sendiri dan bahkan dipercaya oleh Jendral untuk melatih prajurit divisi Dark-Moon di Central" ucap Enzo.     

Alice pun beranjak dari duduknya dan berdiri.     

"Letnan Satu Enzo, apakah hari ini saya bisa meminta izin untuk tidak mengikuti pelatihan rutin?" tanya Alice.     

"Jarang sekali bagimu untuk meminta izin tidak mengikuti pelatihan rutin? Apakah kau mempunyai alasan yang bisa meyakinkanku?" ucap Enzo.     

Alice pun menatap Enzo dengan sorot mata serius.     

"Saya ingin menemui seseorang dan mencari tahu tentang dirinya" ucap Alice.     

Enzo pun tersentak kaget, namun dirinya tersenyum dan berdiri dari duduknya.     

"Baiklah, aku tidak bisa melarangmu jika kau membuat ekspresi seperti itu. Dan aku juga tidak akan bertanya lebih lanjut lagi, aku harap kau bisa mendapat jawaban yang memuaskan dari orang itu" ucap Enzo sembari menepuk pundak Alice.     

Wajah Alice pun menjadi berseri-seri.     

"Terima kasih, Letnan Satu Enzo. Sampai jumpa" ucap Alice girang.     

Alice pun berlari meninggalkan Enzo sendirian yang kembali menatap langit biru pagi yang indah.     

"Alice, aku akan sangat berterima kasih jika kau bisa membuat orang itu kembali ke sisi kami" gumam Enzo sembari tersenyum.     

Enzo pun pergi meninggalkan tempat itu dan menuju bangunan utama markas provinsi timur untuk mempersiapkan pelatihan rutin pada hari itu. Sementara di markas provinsi barat, Kolonel Rose terlihat sibuk diruangannya dan mengerjakan beberapa dokumen.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.